Halo, maaf, aku revisi lagi. Janji, ini yang terakhir. Sebenernya nggak dirombak sih, cuma aku padatin aja, soalnya yang kemaren tokoh yang muncul terlalu banyak.
Semoga suka <3
Pulang syuting, Karina Nareswari Prambandani dibuat geleng-geleng oleh ulah random kedua anaknya—Ryuga Miguel Altair dan Adora Micha Natasya Altair. Sepasang kakak beradik yang hanya terpaut usia dua tahun itu mendekatkan dua sofa single lalu diatasnya diselimuti taplak meja dan mereka berteduh di bawahnya sambil menikmati nasi goreng.
Astaga!
Wait.
Mata Karina teralih pada area bawah tangga. Di sana, terbentang karpet merah yang ia yakini diambil dari gudang sementara tidak jauh dari tangga, tergeletak kursi dan meja—juga buku serta bolpoin di atasnya. Oh, jangan lupakan dua lembar kertas yang di dalamnya tertera tulisan Golden Ticket.
Ya Allah, apa ini?
"El, Cha," panggil Karina, menyadarkan kedua anaknya dari aktivitas.
Dua bocah SD itu melongokkan kepala kemudian memperlihatkan cengiran. "Mami!"
"Ini kenapa kursi, karpet, meja, taplak, pada berantakan begini?" dumel Karina. Meski ada beberapa ART yang ditugaskan untuk bersih-bersih, bukan berarti mereka harus bekerja 24 jam nonstop. Karina lah yang bertanggung jawab atas ulah kedua anaknya—jika sudah jelang malam begini. Astaga, aku bahkan baru pulang.
"Tadi kita audisi Indonesian Idol, Mi," kata Miguel. "Terus aku dapet Golden Ticket deh," lanjutnya bangga. "Kata Juri Regas, suara aku keren dan berkarakter. Udah pantes jadi vokalisnya Dewa 19."
Kembali Karina geleng-geleng, pantas rumahnya jadi nggak keruan begini, ternyata ada adik iparnya. Regas. "Om Regas-nya mana? Udah pulang?"
"Di kamar mandi, Mi. Sakit perut," jawab Tasya disela kunyahan nasi gorengnya.
"Tadi Om Regas bikin nasi goreng tapi keasinan, Mi," ungkap Miguel. "Mau dibuang, Om Regas-nya takut ketahuan Papa sama Mami. Jadi ya udah deh dimakan, terus Om Regas malah sakit perut."
"Itu nasi goreng bikinan Om Regas?" tunjuk Karina, ke arah piring kedua anaknya.
Miguel menggeleng. "Enggak. Ini dibuatin lagi sama Mbok Tem. Mantap banget, Mi! Mami mau nggak?"
"Buat kalian aja," tolak Karina, halus.
"Akhirnyaaaa ..." Suara Regas menyita seluruh perhatian. Cowok berusia 20 tahun itu mengusap-usap perut sembari tersenyum lega. Hingga kemudian tatapan matanya tertuju pada si kakak ipar. "Mbak Karin?" Yang disebut namanya langsung merespons dengan senyuman. "Sorry ya, Mbak, aku nggak ada maksud berantakin rumah Mbak. Ini tadi aku lakuin biar bocil-bocil-nya Yang Mulia Rigel nggak ngerengek minta jalan-jalan."
Memang begitu alasan Regas setiap kali tu cowok berantakin rumah kakaknya, karena kalau Rigel—suami Karina alias kakak sulung Regas tahu, pasti dia bakal diomeli habis-habisan. "It's okay. Makasih ya, udah jagain El sama Tasya," ucap Karina.
"Ma-sama, Mbak," balas Regas, nyengir.
"Lagi pada makan ya?" Suara lain terdengar menginterupsi, menarik seluruh atensi. Rigel muncul dengan senyum tipis di wajah. Tatapannya tertuju pada Miguel dan Tasya yang dengan kompak turut melengkungkan senyum.
Karina pikir Rigel akan pulang larut dengan alibi lembur.
"Ya Allah, Gas!" pekik Rigel setelahnya, begitu menyadari kekacauan di area ruang tengah. "Ini rumah gue lo apain? Astaga!" Ia mendelik pada sofa yang dijadikan rumah-rumahan. "Segala ada taplak meja. Terus ini—ya Allah!" Rigel menggeleng tidak habis pikir, "Itu papan tulis buat apaan?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
RomanceDitulis ulang dengan versi baru Di tahun ke-10 pernikahan mereka, Karina mencium aroma pengkhianatan. Satu momen. Satu nama. Dan keyakinannya runtuh. Tapi saat kebenaran mulai terungkap, muncul badai yang lebih membingungkan. Fitnah menghantam. Masa...