Juli 2022, adalah saat di mana semua fantasiku hancur.
Realita menghantamku cukup keras untuk sekadar menyadarkanku dari hal-hal yang aku dambakan.
Semua fantasiku hancur dibuatnya.
Semua impian, ekspektasi, serta khayalan akan diriku yang tersenyum hancur berkeping-keping.
Bagaikan kepingan kaca yang memantulkan diriku yang sedang menangis.
Bahkan di saat seperti itu pun, aku tidak punya siapapun untuk diandalkan.
Entah itu hanya perasaan sesaat oleh perubahan hormon esterogen,
atau memang begitu lah kenyataan yang harus aku tempuh.
Aku lelah.
Beban ini terasa sangat berat.
Kukatakan hal itu pada salah satu orang yang kusayang.
Kuteriakkan semua bebanku padanya.
Liput oleh emosi, aku pun menangis setelahnya.
Aku sudah tidak peduli, bagaimana pikirannya tentang diriku.
Aku sudah berhasil mengekspresikan diri, meski harus menyakiti orang lain dan diriku sendiri.
Seakan aku menancapkan pisau tanpa pegangan apapun pada pisau tersebut.
Diriku berdarah, pun orang itu.