Ketika seorang perempuan dipaksa untuk tetap menjalin hubungan dengan lelaki yang telah menyakiti hatinya, masuk akal kah?
Bahkan si perempuan telah mengatakan alasan kenapa dia tak lagi ingin melanjutkan hubungan ini. Hatinya sudah terlanjur hancur. Namun apa yang didapat? Apakah sebuah pembelaan seperti yang diharapkan? Nyatanya tidak!
PEMAKSAAN lah yang didapatkan, dengan dalih kasih sayang. Bukankah itu namanya EGOIS?
Pernahkah mereka berpikir atau memiliku pemikiran seperti ini : "eh, dia sudah tidak ingin melanjutkan, dia sudah mengatakan alasannya. Kenapa masih kita paksa? Apakah kedepannya dia akan baik-baik saja? Apakah MENTAL nya akan baik-baik saja?"
Pernah kah mereka berpikir seperti itu? Nyatanya tidak. Karena mereka hanya mengedapankan egoisme dengan bercover kasih sayang. Kasih sayang seperti apa?
Disaat dia buruh sandaran san dukungan, nyatanya hanya hujatan dan cacian yang didapatnya. Seseoeang yang dianggap bisa dia jadikan sandaran malah menjadi pemberi luka terdalam.
"Kalau kamu gak mau lanjutin hubungan sama Dia (si cowok brengsek), lebih baik aku mati aja" Kata-kata seorang ibu, kepada anak perempuannya.
Lalu sebagai anak, apakah itu sebuah pilihan?
" Kalau, sampai ibumu kenapa-kenapa, awas aja kamu!" Saudara si ibu.
Bisakah dia bertahan? Dibawah tekanan? Yang setiap saat mentalnya diuji? Setiap saat harus menjaga kewarasan otaknya?
Ada yang mengatakan padanya bahwa, dia dipaksa demi kebaikannya? Baik dari mananya? Adakah sesuatu yang dipaksakan itu jadi baik? Adakah sesuatu yang dipaksakan itu akan baik-baik saja?
Ada juga yang mengatakan, 'aku sudah pernah ada diposisimu.' tapi nyatanya dia juga hanya bisa iku menyalahkan. Kalau dia sudah pernah ada di posisi si perempuan ini, harusnya dia paham, rasa sakit yang dimiliki seoerti apa, bukan ikut menyalahkan.
