Ini kisah yang selalu di rasakan semua orang. Merasa sendirian, merasa di buang saat kita menganggap dia sudah berharga dan sepesial.
Rata-rata dari kita pasti setuju, semua terjadi antar pertemanan ataupun sahabat. Karena jalinan merekalah yang begitu erat dan menyakitkan bila di tikung ataupun di abaikan.
Sesungguhnya aku juga merasakan hal yang sama. Ah, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Zhafira Arutami. Semua teman-teman memanggilku Aru.
Haha, cukup klise ya kalau cerita dimulai dengan perkenalan diri. Tapi jujur. Kata guruku, tak kenal maka tak terkenal. Oh, diriku bukan seleb. Hanya orang yang sekedar lewat dan memberi tahukan kisahnya saja.
Bestie, itu bahasa kerennya zaman ini. Aku dulu juga pernah punya bestie dan sirkel. Et, Shut up. Aku bukan mereka yang benar-benar terang-terangan membentuk sirkel seperti itu. Aku hanya seperti orang normal pada umumnya, yang dimana menganggap sebagian sahabat sangat berharga dalam hidupku.
Ey, jangan menganggapku sok tua atau apalah ya. Karena kita akan flashback ke masa SMA ku dulu. Masa dimana semua masalah serta intrik mulai terjadi di sekitarku.
Semua terjadi pada saat itu....
Umur 16 tahun. Masanya labil dalam mencari jati diri. Awal mula menjalin masa putih abu-abu menurutku sangatlah sulit. Sebab aku sendirian. Tanpa teman, sahabat, atau bahkan orang yang di kenal dalam 1 alumni yang sama.
Girl, itu sekolah negri favorit. Semua berlomba-lomba masuk ke sana. Salah satunya aku.
Pertama kalinya lagi aku menjerumuskan diri ke dalam lubang baru dengan nuansa berbeda. Sungguh menyeramkan. Aku kesepian. Setiap hari aku selalu berdoa agar waktu bisa berputar cepat dan diri ini bisa masuk kembali ke rumah.
Aku introvet? Yap, bisa di bilang begitu. Aku anak rumahan? Ya, betul. Betul sekali. Maka itulah aku merasa kesepian. Untuk dekat dengan orang lain bagiku sangatlah susah.
Kalau bukan karena mereka duluan yang menyapa, mungkin aku tak akan berbicara.
Namun dari semua itu...aku selalu nyaman pada satu sahabatku, yaitu Sheila Ishana. Aku selalu memanggilnya Sheli. Sebab pelafasan Sheila di lidahku begitu sulit.
Sheli itu sahabatku dari SMP. Tidak bukan hanya dia saja. Masih ada Nastusha Rania dan Astutia Daiva.
Kalian sirkel beranggotakan 4 orang ya? Iya, kami hanya membentuk 4 sirkel saja. Aku, Sheli, Nastusha dan Tia.
Kalian se-SMA? No, inilah yang membuatku sedih. Kami berpencar ke sekolah yang berbed😭. Oh, my bestie. Aku rindu kalian🤧.
Ok, stop. Kita lanjut.
◇◇◇
Seminggu pertama di sekolah aku merasa tidak nyaman. Tak ada teman, tak ada sobat. Bukan maksudku merasa sok keren. Tapi benar adanya, aku hanya lebih banyak ngobrol sama teman 1 frekuensi dan sebangku saja.
Blushit namanya kalau aku tak jujur dengan perasaan sendiri. Dalam kelas dengan ruangan yang besar, aku merasa kesepian.
Perlahan aku melupakan jati diri yang merupakan manusia ciptaan Allah. Sebab semuanya melihatku seperti benda transparan. Padahal aku duduk paling depan.
Dalam hati aku selalu membatin. "Hallo papan tulis. Semua selalu lewat di depan kita. Tapi semuanya mengabaikan dan hanya melengos saja. Kau dan aku berbeda. Aku hidup serta bernapas. Sedangkan kau benda mati dan tak dapat berpindah. Ya karena di pantek juga sih alasannya. Tapi...tapi, ngerasa gak sih? Kita hanya di samper bila di butuhkan saja. Namun jika tidak....semua mata pasti tak akan pernah menatap kita. Ya, itu juga yang sedang kurasakan saat ini, tuan papan tulis☺️"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lupa Diri
Short StoryMungkin 95% dari kita pernah merasakannya. Merasakan di tinggalkan, dan lupa akan jati diri saat sendirian. Dalam benak setiap jiwa bertanya. Apa jadinya kita tanpa mereka? Terutama sahabat yang selalu ada di samping kita sejak lama. Namun harapan p...