Aku, dan Bandung di kala itu.

91 13 21
                                    


♪ ...Aku tahu, kamu lahir dari
Cantik utuh cahaya rembulan
Sedang Aku dari badai marah riuh yang berisik
Juga banyak hal-hal yang sedih... ♪

Amin Paling Serius.
(Sal Priadi, Nadin Amizah)

Runtutan lirik lagu "Amin Paling Serius" yang di alunkan oleh Sal Priadi dan Nadin Amizah, sukses membuat Nirmala merasa Relite dan Overthinking dengan kehidupannya. Ia memasangkan headphone yang berwarna orange tepat di daun telinga nya.

Dia merasa, bahwa Ia memang terlahir dari gemuruh riuh badai marah yang berisik... 'Apakah akan ada insan yang menerimaku sebagai badai dan menjadi askara rembulannya?' batin Nirmala

Di tengah desir angin yang mulai kencang, dan di Sertai awan yang mulai gelap, Nirmala melipat kedua kakinya dan bersender pada sebuah pohon yang berada di salah satu taman yang berlokasi di Bandung.

Bandung terlihat muram sore ini, bahkan cahaya mentari pun enggan menampakan cahaya indahnya. Begitu pun dengan Nirmala, Ia enggan menampakan senyum indah nan elok itu. Senyum nya mulai luntur, semenjak kejadian itu..

...
Flashback on

Bandung, 25 Maret 2014.

" Ayahh! ayoo oper bola nya ke Nirmala, Ayahh!!! Nirmala juga ingin bermain bolaa! " Ucap gadis kecil, dengan rambut yang di kepang dua itu. Ia terlihat sangat antusias bermain bola dengan ayah nya.

" Coba saja, kalo Nirmala bisa merebut bola nya dari Ayah, hahahaha! " Jawab Ayah, yang sedang mengerjai putri nya. Pria dengan berpakaian formal itu menyempatkan diri bermain dengan putri nya dibanding ia beristirahat sepulang dari kantor.

Mereka terus bermain, halaman yang tidak terlalu luas itu selalu menjadi sarana bermain Nirmala dan Ayahnya. Dimana Ibu Nirmala? Mungkin kalian berpikir, apakah Ibu Nirmala sudah meninggal? Apakah Ibu Nirmala sudah cerai? Tentunya, Kita akan menjawab semua pertanyaan yang ada di pikiran Anda.

Setelah selesai bermain, Nirmala dan Sang Ayah memutuskan untuk masuk ke rumah, membersihkan diri dan berkumpul bersama di ruang TV, di suguhi dengan teh hangat. Namun, ternyata teh tidak bisa menghangatkan suasana hati Nirmala, Dia teringat dengan apa yang hilang sejak tadi siang.

Yap,Benar! Ibunya!

Entah kenapa, malam ini Ibu Nirmala masih belum pulang ke rumah. Biasanya, dengan waktu se sore ini Ia pasti sedang ikut berkumpul dengan Nirmala dan Ayah.

...

Malam pun tiba...

'BRAK!'

Pintu yang di banting, mengejutkan mereka berdua.

"Mas, Aku perlu bicara sama kamu."


Dengan penampilannya yang berantakan, Senja, ibunya Nirmala. mengajak Renjana, sang Ayah, untuk berbicara empat mata.

Mentari yang mendengar semua percakapan itu pun seolah takut, bingung ingin berbuat apa. Yang bisa dia lakukan adalah diam.

...

"Ada apa, senja?"  Dengan rasa penasaran, Renjana mencoba membuka suara.

"Aku ingin kita bercerai, Mas." 4 kata yang sukses membuat suasana menjadi tegang saat itu. Nirmala yang menguping dari balik pintu kamar sontak kaget dengan apa yang Ibu nya katakan.

" Tapi kenapa senja? Apa aku punya salah sama kamu? Kita bisa selesaikan baik baik masalah ini... Kasihan Nirmala, senja. " Dengan penuh kekhawatiran Renjana mencoba intropeksi diri. Ia tak mau bercerai, Putri nya yang masih berusia 5 tahun itu masih sangat kecil untuk menerima ini. Bukankah hak seorang anak adalah memiliki keluarga yang Cemara?

" Aku punya seseorang yang lebih baik dari kamu, mas! Bawa anak itu, dia anak kamu. " Ucap Senja, yang seolah tidak menginginkan Nirmala berada dalam kehidupannya.

" Tapi Nirmala anak kamu juga Senja. Dan Aku masih mencintai kamu! Kenapa kamu lebih milih orang itu daripada keluarga kecil kita? Aku kecewa Senja...Suara Renjana perlahan mulai bergetar, menahan sesaknya realita dan pahit nya perpisahan.

Pantas saja, senja akhir akhir ini sering keluar rumah dan pulang dalam keadaan berantakan, dengan emosi yang tidak stabil. Entah sejak kapan perempuan itu mengikat janji dengan pria lain, hingga Ia meninggalkan Renjana dan Nirmala.

"Aku engga peduli! Aku mau pergi dari rumah ini. Urus saja putrimu itu, Aku tak Sudi. "

Kejadian itu seolah terjadi begitu cepat.

...

Kemudian...

"Nirmala, sekarang Nirmala masih punya Ayah. Jangan sedih ya putri kecil nya Ayah?" Setelah kejadian tadi, mau tak mau Renjana memutuskan untuk melepaskan Senjanya itu.

Senja, memilih meninggalkan mereka berdua. Meninggalkan 'Rumah' yang ia dan Renjana tata dari awal. Kini, 'Rumah' itu malah hancur berkeping-keping. Nirmala kecil yang saat itu hanya mendengar perdebatan dan hanya bisa menangkap bahwa Ibu nya membencinya, dan Ibu nya akan pergi. Hanya Ayah nya lah yang menjadi sayap pelindung nya Nirmala

Renjana memeluk erat Anak semata wayangnya. Memastikan tidak akan lagi yang menyakiti putrinya.

Namun, Nyatanya semakin bertambah besar putrinya itu, semakin banyak beban yang Ia tanggung.

Flashback off

...

Nirmala masih terduduk di taman itu, sembari membaca buku yang Ia bawa. Headphone oranyenya masih menempel di telinga Nirmala. Sambil bersenandung mengikuti irama nada lagu. Ia memutuskan untuk mengobati Overthinkingnya dengan membaca buku.

Nyaman memang, bagi seorang introvert seperti Nirmala yang sering me-time di taman, membaca buku, dan mendengar lagu favorit.

Masih menikmati lembaran buku dan lagunya itu, Tiba-tiba kegiatan Nirmala terhenti karna ada seseorang yang mengganggu kegiatannya.

"eeh, Kamu Nirmala ya? Ngapain Sendirian disini?"

...

To be continued...

Kira-kira siapa ya yang menyapa Nirmala?

Note : sorry kalo banyak typo dan penggunaan katanya kurang bagus, saya baru pemula :'D

Anw, Selamat hari raya idul Fitri ya readers !! Mohon maaf lahir dan batin :D Dukung terus ceritanya Nirmala(・∀・)

834 kata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang