"Gak mau jadi presenter kayak Mama kamu?"
"Ya ampun, ternyata ini anak Uut ya? Cantik banget!"
"Jarang banget lihat anak Uut yang pertama ini! Sama suaminya yang pertama kan?"
"Sopan, lembut, benar-benar mirip Uut!"
Gadis itu segera mungkin melipir ke meja dekat kolam ikan ketika perhatian orang-orang kepadanya kian mereda. Tak lupa mencomot risoles untuk yang sekian kalinya ia nikmati dan duduk kembali dengan tenang.
Grup penyanyi indie turut mewarnai pesta ulang tahun mama malam ini. Iramanya senada dengan dekorasi yang serba putih dan riakan ombak Bali yang romantis. Tamu undangan juga turut menikmati suasana sekaligus makanan yang tersaji di meja-meja berukuran panjang. Semua tamu berkelompok, memiliki circle masing-masing dengan topik pembicaraan yang berbeda.
Utara Vian, kerap di sapa Uut, presenter berbakat di MoonTV yang juga ibu dari Skylar terlihat sangat anggun dengan gaun berwarna putih dengan tangan bermodel balon. Gaun yang sederhana, namun tetap terlihat elegan karena payet yang tersusun di bagian dada dan sejumlah titik. Rambut beliau di gelung ke atas di sertai sematan mahkota kecil. Tak kelihatan jika beliau sudah melahirkan tiga anak berusia remaja, yang dua dari mereka kembar dengan jenis kelamin berbeda.
Tapi, suasana pesta malam ini tak pernah sepadan dengan suasana hati Skylar. Dia tak pernah merasa senang berada di antara keluarga baru mamanya meski sudah bertahun-tahun mamanya menikah lagi. Dia masih memanggil suami mama dengan sebutan Om Wendy.
"Kakak nggak ikutan main sama teman-teman mama?" Menghentikan lamunannya, seorang remaja berusia delapan belas tahun mengambil kursi tepat di sebelahnya. Wajahnya cantik, mengambil mata dan hidung mancung persis mama. Sedangkan bibirnya, menarik garis keturunan Om Wendy. Tipis.
Skylar menggeleng. Dia meraih segelas mocktail dan menegaknya sampai habis. "Nggak tertarik," jawab Skylar singkat. "Lo sendiri kenapa gak ikut. Catur bukannya udah jadi keahlian lo?" Skylar melempar pertanyaan sedang matanya menatap kerumunan ibu-ibu dan bapak-bapak yang berkumpul di meja bagian tengah. Dua orang dari mereka bermain catur.
"Gue nggak di bolehin main. Di usir gue!" Keluh Lea. Gadis yang baru duduk di bangku kuliah itu lantas menggeser pandangannya ke arah pantai. Sejak usia enam tahun, Lea sudah menjuarai perlombaan catur hingga usianya sekarang. Mulai dari tingkat daerah sampai nasional. Kepintarannya memilih strategi membuat dia memilih program studi bisnis di universitas yang sama dengan Skylar.
"Lea! Ya ampun, dari tadi gue cariin. Anak-anak udah nungguin lo buat fotbar!" Seorang gadis berusia sama dengan Lea menepuk pundak Lea dan menarik lengan gadis itu. "Kak! Pinjam Lea sebentar ya," teman Lea itu lantas mengangguk kepada Skylar dengan sopan.
Mama memang menyuruh anak-anaknya membawa teman untuk datang ke pesta ini. Tapi Skylar tidak membawa siapapun. Bahkan Anggi sahabatnya sekalipun tak dia ajak, sehingga berakhirlah Anggi dengan marah-marah di telpon hampir satu jam. Skylar ingin sendiri tapi hal itu juga tak membuatnya senang. Dengan kata lain, dia menyesal tak mengajak Anggi datang ke pesta. Dan dia makin terlihat menyedihkan.
Skylar menjentikkan jari ke pelayan yang sedang membawa baki berisi mocktail untuk mendekat. Dia menyambar satu gelas mocktail sembari tersenyum ke arah pelayan tersebut. Pandangannya jatuh kepada sesi foto di atas panggung. Mama, Om Wendy, Lea, dan kembarannya, Davin saling merangkul. Mengisyaratkan keluarga harmonis.
Bagian ini yang tidak pernah dia sukai. Melihat mereka bersama, selalu membuat Skylar jadi kecil. Seolah boneka Barbie-nya di rebut di sebuah taman bermain. Dia meneguk mocktail, menyisakan setengah.
Andai dia tidak pernah terlahir.
>//<
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost For Love
Romance"Sejauh apapun kamu beralih, kamu pasti kembali," ••• Skylar Silje "Dan kamu pasti menyambutku," ••• Reksa Ryhs ♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪