"Bagaimana tawaran Ayah? Menarik bukan?"
Sehun menatap ke arah ayahnya. Lelaki paruh baya itu memegang iPad di tangannya, tetapi kedua matanya difokuskan kepada anak semata wayangnya. Mereka berdua sedang duduk di ruang keluarga yang di dominasi warna putih. Sehun baru saja pulang dari Amerika, dijemput oleh supir. Meskipun ia ingin langsung pulang ke rumahnya sendiri, tetapi Paman Cho-supir mereka-membawa paksa dirinya ke rumah utama keluarga Oh. Tempat kedua orang tua dan nenek dari pihak ayahnya tinggal.
Tubuhnya lelah setelah penerbangan panjang. Yang ia inginkan hanya mandi, kemudian merebahkan diri di atas kasur yang telah lama ia tinggalkan. Namun, apa boleh buat. Sebagai anak yang berbakti, ia harus memberi salam terlebih dahulu kepada para sesepuh di keluarganya. Terutama setor muka kepada wanita yang melahirkannya.
"Aku ingin istirahat dulu, Yah. Mungkin tiga bulan kemudian baru aku mencari kerja. Di perusahaan lain."
"Kamu ini, sudah mahal-mahal Ayah sekolahkan di luar negeri, untuk apa memakai ilmu yang kamu dapat untuk perusahaan orang lain?"
"Mencari pengalaman? Merasakan merintis karir dari bawah."
"Ada-ada saja. Ayah sudah berniat mengosongkan posisi CEO. Semakin tinggi jabatanmu, semakin kamu sibuk. Maka kamu tidak akan punya waktu untuk mengikuti kencan buta. Ide bagus, bukan?"
Embusan napas panjang keluar dari mulut Sehun. Benar. Kencan buta. Ibu dan neneknya langsung mengatur kencan buta untuknya begitu ia melangkahkan kaki di pintu masuk tadi. Membuat kepalanya pusing saja.
"Sepertinya karyawan baru akan lebih sibuk."
"Jangan meremehkan kesibukan seorang CEO."
Sehun berpikir sejenak. Tentu saja sejak kecil ia sudah diwanti-wanti agar meneruskan bisnis keluarga. Bahkan ketika ia bergurau mengatakan bahwa ia ingin menjadi pengacara, ayahnya marah besar. "Aku akan melamar ke perusahaan Ayah dengan syarat identitasku sebagai anak Ayah harus dirahasiakan. Oh, ayolah, Yah. Jika aku langsung menjadi CEO aku pikir pasti banyak yang akan tidak suka."
Mr. Oh meletakkan iPadnya di meja kemudian meminum teh buah premnya. "Baiklah. Penerimaan karyawan barunya bulan depan."
"Kalian ini para pria hanya mengurusi perusahaan saja," ujar Mrs. Oh yang datang membawa nampan berisi buah-buahan yang sudah dipotong-potong. "Sehun baru saja pulang, biarkan dia beristirahat dulu."
"Lebih cepat bekerja lebih baik."
Wanita paruh baya itu duduk di sebelah Sehun. Senyuman tak lepas dari bibirnya. Ia mengusap-ngusap tangan anaknya. "Bukankah lebih baik kita mencari pasangan dulu untuk Sehun?"
Sehun mengerang protes. "Aku belum tiga puluh tahun, Bu. Tidak bisakah aku memikirkan pernikahan nanti?"
"Mana boleh. Semakin cepat kamu menikah, semakin cepat kamu memberikan cucu untuk ibu. Teman ibu punya putri yang baru lulus S-1. Dari fotonya sih cantik. Bagaimana kalau minggu depan kamu ketemuan dengannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not So Innocent
FanfictionHe should't have touched her in the first place. Sehun pulang ke Korea untuk memulihkan patah hatinya, meski tahu bahwa jika ia pulang, ia akan menjadi korban perjodohan ibunya. Pulang ke rumah yang diwariskan kakeknya kepadanya, Sehun berharap bisa...