"Chuuya,kita harus bicara"
Chuuya,seperti biasa,tidak mengindahkan perkataan Dazai. Alih-alih mengindahkan,menatap sang pembicaranya pun tidak
"Apa? Jangan membuang waktuku seperti halnya kau membuang perban-perban yang ada ditubuhmu itu." Chuuya berkata dengan kebencian yang tergambar jelas,namun Dazai tidak keberatan. Dengan kata lain,ia sudah terbiasa.
"Maafkan aku atas semua perlakuan,ejekan,hinaan yang pernah kulontarkan padamu..",Dazai menjeda,"Semua hal tak mengenakkan yang harus kau rasakan dariku. Aku minta maaf.."
Chuuya yang berdiri membelakangi Dazai itu berkerenyit aneh
"Kau kerasukan apa?",Chuuya bertanya kasar," Dasar bodoh."
Mendengar kata hinaan legendaris para umat manusia yang dilontarkan mulut mantan partnernya itu,Dazai masih tersenyum
Chuuya berjalan menjauh, meninggalkan Dazai yang berdiri terpaku melihat kepergian sang partner .Dalam pandangannya yang tak ia lepas,Dazai menggumamkan sesuatu.
Bukan. Bukan pernyataan kalau dia membenci Chuuya yang sudah berkata kasar seperti itu, melainkan sesuatu yang jauh lebih baik
Dazai masih berdiri, menunggu keberadaan Chuuya menghilang dari pandangannya.
"Kurasa, tadi itu sudah cukup. Iya kan? Rasanya agak menyakitkan mengetahui dia tidak mengucapkan sampai jumpa atau selamat tinggal..", Dazai terkekeh pelan kemudian berbalik pergi
~''~
•1 bulan kemudian•
Surai oranye berjalan lambat. Tanpa dikawal seorangpun,dengan santai ia berjalan menuju gedung yang terlihat tua namun bertingkat.
Ditangannya,ia membawa sebuah kotak kecil yang tertulis diatasnya nama seseorangDazai Osamu,Port Mafia
Sarung tangan hitam membuka pintu cafe yang terletak didekat bangunan Agensi Detektif Bersenjata. Langkah kakinya membawanya kesebuah kursi kosong.
"Selamat siang, tuan. Ingin pesan apa?"
Chuuya melirik wanita berpakaian pelayan yang membawa nampan didepannya
"Oh, tidak tidak..
Aku ada perlu dengan Dazai."Keheningan menghampiri. Wanita itu terdiam total,memeluk nampannya erat.
"S-saya akan panggilkan rekan-rekan Kak Dazai..""Terserah."
Perempuan rupawan itu pergi kebelakang meja cafe untuk menelfon para anggota detektif
"Hai'..dia mencari Dazai-san..
Saya tidak berani untuk memberitahunya tentang apa yang terjadi..
...
Mn.. hai'
Tuan,tolong tunggu sebentar.."Chuuya tak merespon. Ia masih sibuk dengan menelfon nomor Dazai berulang-ulang
"Tch,kemana si bodoh ini sampai tidak menjawab panggilanku?!"gerutunya kesal.
Setelah beberapa saat menunggu, lonceng pintu berbunyi, tanda ada kostumer lain yang masuk5 orang anggota ADA membuka pintu,berjalan menuju tempat Chuuya duduk lalu berdiri mengelilinginya
"Konbanwa,Nakahara-san",ucap Atsushi,Chuuya memperhatikan satu-satu orang dari mereka, seperti mengabsen kehadiran
Dan orang yang dia cari tidak ada disana
"Dimana si penggila perban itu?",tanyanya dingin,"Aku ada perlu dengannya"
Pertanyaan Chuuya membuat mereka terdiam sempurna
"Dia tidak menjawab panggilanku,dia bahkan tidak membaca sms dan emailku. Dimana dia!?",Chuuya berkerenyit kesal,seakan mendesak para anggota Detektif untuk menjawab pertanyaannya secepat mungkin
Para anggota Detektif menunduk,membuat Chuuya bertanya-tanya
"Ada apa dengan kalian?", Ia kembali bertanya dengan intonasi yang tak enak didengar, namun para anggota agensi masih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
L.I.F.E
Fanfiction⚠️OOC warning [Cringe warning] "Maafkan aku", katanya. Menyesal mungkin iya. Tapi bukankah tangis itu seharusnya adalah sebuah kebahagiaan yang tertunda? Iya. Secara teknis, begitulah kenyataannya.