24'

8 2 2
                                    

4 Juli 2022

Suara petikan gitar perlahan terdengar meskipun samar bak mimpi bagi seorang wanita yang kini tengah terlelap dalam tidurnya. Dia, Irena Wang. Seorang wanita muslim yang baru saja tak sadarkan diri setelah dirinya sah di nikahi oleh seseorang yang tak dikenalnya. Dalam lelapnya kembali ia berkelana jauh pada masa lalu. Dimana dia yang dulu barulah menjadi seorang muslim, sebuah keputusan yang membawanya pada satu tempat dimana hatinya tertaut akan seorang laki-laki.

***

Juli 2016

Irena berdiri di depan sebuah gerbang besar bertuliskan 'Pondok Pesantren Nurul Iman'. Rasa waswas bergejolak dalam dadanya, bukan karena cerita-cerita lama atau bayangan bahwa pondok pesantren adalah tempat dengan sejuta aturan atau kekangan. Melainkan, dia baru saja menjadi seorangan muslim. Setelah kedua orangtuanya memutuskan untuk menjadi mu'allaf, Irena ikut terpanggil dalam hatinya sehingga memantapkan diri untuk mengikuti keyakinan kedua orangtuanya. Dia yang baru saja lulus SMA, sekarang memutuskan untuk mempelajari ilmu agamanya dahulu sebelum menginjak jenjang yang lebih tinggi untuk pendidikannya.

Setelah memasuki gerbang besar tersebut, Irena merasa sangat terpana saat melihat beberapa orang yang berlalu lalang. Penampilan mereka sangat jauh dibandingkan dirinya yang hanya memakai celana kain panjang, atasan tunik dan kerudung pasmina putih yang tersampir tanpa pengait di kepalanya. Hampir semua yang berlalu lalang menggunakan abaya berwarna hitam dengan hijab yang hampir menutupi kepala sampai lutut, tidak jarang pula ada yang bercadar. Semua orang berjalan sambil menunduk menjaga pandangan mereka, entah itu laki-laki ataupun perempuan. Tanpa sadar, angin membawa terbang pasmina yang dipakainya. Membuat Irena terkejut dan seketika berbalik hendak mengejar pasminanya. Siapa sangka, jika seorang laki-laki yang sedang berjalan dibelakangnya tanpa sengaja mendapatkan pasmina itu tanpa harus bersusah payah. Pasmina itu tersampir dibahunya, dibawa oleh angin seolah menjadi satu pertanda.

"Maaf ini milikmu." Ucap laki-laki bermata sipit, bibir tipis, dan berkulit pucat. Dengan tangan terulur memberikan pasmina putih itu pada Irena, ia tetap menundukkan pandangannya.

Irena mengambil pasminya dan berucap "terima kasih."

Tanpa disangka, sebelum pergi laki-laki itu memberikan sesuatu dari saku bajunya. Sebuah pin. "Akan lebih baik jika menggunakannya untuk memakai hijabmu.' ucapnya sebelum pergi.

Irena menatap pin di tangannya lalu memandang kepergian laki-laki itu. Meskipun laki-laki itu menundukkan kepalanya seakan-akan menatapnya adalah dosa terbesar, laki-laki itu begitu peka. Dengan pin itu Irena kembali memakai pasminanya, kali ini ia pastikan angin sebesar apapun tak akan menerbangkannya kembali.

****

Tak terasa satu tahun sudah berlalu. Ia melihat pin di tangannya, kembali teringat bagaimana pin itu bisa ada padanya. Pin kecil dengan aksara Thailand yang entah artinya apa, Irena tidak pernah mencoba mencaritahunya.

Hari ini adalah hari pelepasan untuk para pengabdi pesantren. Yang berarti laki-laki pemilik pin ini akan segera pergi. Ya... Laki-laki yang satu tahun bertemu dengan Irena adalah seorang pengabdi di pesantren ini. Phusanu Wongsavanischakorn, ia berasal dari Thailand. Hanya saja ia menempuh pendidikan di Malaysia dan pernah berkesempatan untuk melaksanakan pertukaran pelajar di Pesantren ini. Sehingga satu tahun yang lalu, ia memutuskan untuk melaksanakan pengabdianya disini. Akhi Phu adalah panggilannya disini.

Cerita itu Irena dapatkan dari teman sekamarnya, Hayyin. Hayyin merupakan teman pertama sekaligus teman terdekatnya di pondok ini. Pernah beberapa kali Irena melihat laki-laki itu ketika sedang mengisi kajian ataupun tanpa sengaja berpapasan. Entah kenapa, selalu timbul rasa penasaran saat melihatnya, sehingga temannya itu menyadari bahwa Irena memiliki ketertarikan pada laki-laki itu. Saat menyadari hal itu, Hayyin pun sering menceritakan apa yang ia ketahui tentang Akhi Phu pada Irena.

Promise 24'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang