Ikat Aku di Tulang Belikatmu.

4 2 0
                                    

Deruan ombak menghipnotis sepasang netra yang meremat lekat luka-luka. Terasa begitu perih, ketika serayu angin menusuk ke tulang-belulang tanpa ampun. Ia pun meringis. "Kalau seandainya aku lahir sebagai bentuk keinginan dan cinta yang benar, pasti aku sudah bahagia." Mengayunkan kakinya, menatap sinar rembulan dari pantulan bentangan air, ia sedikit tertawa renyah membiarkan setetes demi tetes air matanya membasahi pipinya.

"Memang sekarang Lara belum bahagia?" tanyanya. Pria berahang tegas itu, menggenggam tangan Lara. Memberikan kegenapan dalam sepinya, bahwa ia— Leogatan, akan berada di sisinya hingga selekat tulang belikat.

"Ya sudah, namun—"
ㅤㅤㅤ
"Namun, kamu merasa tidak pantas bahagia?" timpal Leo, seperkian detik ditatapnya mata Sang Gadis dengan seulas senyumnya yang seperti biasa, selalu menghangatkan gundah.
ㅤㅤㅤ
"Kalau seluruh semesta dan seisinya memiliki keindahan yang membuat pasang mata terkesima, tanpa terkecuali. Maka kebahagiaan itu layaknya sebuah keindahan yang jadi hak bagi seluruh manusia 'tuk menikmatinya. Lara, jikalau lelah, kamu bisa pulang, biar ku rebah dan teduh mendengar keluhmu," ungkap Leogatan, dengan air wajah teduhnya kini ia tatap Lara lamat-lamat.
ㅤㅤㅤ
Dari sana, Lara meyakini bahwa rasi bintang terindah ada di galaksi netra milik penyempurnanya, dunianya; Leogatan. Ia percaya kaulah rasi bintang bagai arah, 'tuk serpihan hati yang merintih pulang.
ㅤㅤㅤ

Dan kini, ia membuka matanya, menyelesaikan lembaran-lembaran memori yang tersisa termakan usia yang kini tua, lusuh tak berarah. Mengelus batu nisan yang berlukiskan nama terindah baginya, ia pun mengalihkan pandangannya pada langit. "Kini aku tak pernah menemukan rasi bintang seindah milikmu. Bahkan aku tak pernah benar-benar pulang selain kepadamu, sebab aku sudah lekat pada tulang belikatmu. Namun, kini, kau tiada tanpa pamit, tanpa senyum dan tanpa peluk. Bukan 'kah tak adil? Lalu bagaimana aku pulang? Tak bisa 'kah kau kembali menetap lebih lama, dengan kehangatan milik mentari? Leo, aku luluh lantak tanpamu."

Kini Lara, hancur tak berbentuk, remuk-redam tertatih dalam kehilangan pulang yang sesungguhnya. Hingga, sore ini ia hanya mampu memukul dadanya sebab perih yang menjalar dengan rintih-rintihan air mata di pipinya dan raut wajahnya yang telah di makan usia.
ㅤㅤㅤ
Lara, tak pernah pulang, selain kepadamu ....

Lantunan [Antologi songfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang