Happy reading all!〒▽〒
Dalam gelapnya rumah, senandung ria dari seorang remaja yang tengah berjalan menuju dapur terdengar. Meski waktu masih menunjukkan pukul 04 dini hari, semangatnya sudah melebihi batas.
Penyebab utamanya tentu saja sang kekasih. Pertandingan Voli melawan Sma Margasatwa hari ini pasti membuat William, kekasihnya kelaparan.
"Masak apa ya, enaknya?" gadis itu tersenyum tanpa henti.
Degh!
Namun, segera saja langkah gadis itu terhenti di ambang pintu dapur. Dalam kegelapan, ia melihat cahaya samar. Apa itu?' pikirnya parno sendiri.
Menilik dari sifat orang rumah, rasa-rasanya mustahil ada yang bangun dini hari. Tentu saja itu bukan tebakan semata, dirinya sering bangun lebih dulu selama satu minggu belakangan. Dan tidak ada satupun yang bangun di jam seperti ini.
Ctak!
Begitu lampu di nyalakan, barulah dia menyadari siapa yang menakutinya pagi ini. "ABANG!" panggil gadis itu tertahan.
Punggung pria muda yang sedang berkutat dengan ponsel tersentak. Kepalanya bergerak untuk menoleh dan menatap gadis itu tajam. "Lu ngagetin! Ngapain sih, pagi-pagi udah rusuh aja?!" Levan bertanya sambil mematikan ponselnya cepat.
Mata cokelatnya menatap gadis itu sebal. Kenapa harus Natasha yang memergokinya di dapur? Terlebih, dia adalah gadis kecil yang memiliki hobi membuat Levan marah.
"Rusuh matamu! Elu yang ngapain di sini? Bukannya lu biasa bangun kesiangan?" heran Natasha, anak kedua dari keluarga Francisco.
Guratan curiga memenuhi wajah Natasha. Gadis berusia 14 tahun itu mendekat. Memerhatikan setiap detik perubahan mimik wajah Levan. "Lu.. Lu sendiri ngapain pagi-pagi?!" hardik Levan balik tidak ingin menjawab pertanyaan sang adik.
Tersadar kalau kakaknya enggan menjawab, Natasha hanya bisa menghela napas. Dia memilih untuk duduk di kursi, kemudian menjawab. "Mau bikin bekal buat Willy,"
Merasa asing dengan nama tersebut, Levan mengerutkan keningnya. "Willy?!"
Natasha mengangguk. Diteguknya segelas air putih lalu menyuruh kakaknya agar diam dan duduk dikursi pula. "Iyaa, pacar gue. Jadi.. Ngapain lu di dapur? Mau bikin bekal juga?" ceplosnya tanpa sadar.
"..."
Mendapat pertanyaan dari sang adik, Levan terdiam. Dia termenung beberapa saat sampai ponselnya kembali menyala.
Nosat
Ay, udah tidur?
Udh.
Buahahaha! Kalo udah, trus siapa yang balas chat akuu? >//<
Roh.
Singkat amat sih ayang akuu!
Eh, tau ga sih, aku abis mimisan ¶ _¶
K bs?
Kata Yova sih, karna kebanyakan belajar ∩(︶▽︶)∩
Tdr gh!
Gamaauu, aku mau telpon ihh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nolev: Pacarku Galak!
Teen FictionBerkat sifatnya yang pemarah, Levante Francisco tidak pernah merasakan cinta. Bahkan meski parasnya rupawan sekalipun tidak ada yang mendekat. Lalu, bagaimana jika Levan yang terbiasa sendiri, serta mengomel tiba-tiba kejatuhan durian runtuh? Bukan...