°°°
Saat ini, Eila sedang menatap punggung Endranu yang sudah menghilang dari jangkauan matanya. Dia terpaku. Tindakan kecil yang Endranu lakukan membuat benaknya penuh dengan tanya. Endranu yang mengenakan jersey futsalnya benar-benar berbeda dengan Endranu yang sering Eila lihat.
Jersey futsal putra SMK Arcadia membuat Endranu terlihat jauh lebih keren. Kelopak mata Eila berkedip beberapa kali sebelum ia tersadar dengan isi kepalanya yang melenceng. Dia melihat kembali ke tempat terakhir yang diduduki oleh Endranu. Wangi parfumnya masih samar-samar tercium.
Kilas balik ketika Eila menyuruh Endranu untuk segera pergi. Endranu setuju, tetapi ia meminta Eila untuk segera meminum teh yang dia berikan. Tak ingin berdekatan terlalu lama dengan Endranu, Eila langsung memenuhi keinginannya. Endranu tersenyum tatkala melihat Eila menurut.
Dia segera bangkit dan pamit, tetapi sebelum kakinya benar-benar melangkah, tangan Endranu terlebih dahulu mendarat di kepala Eila dan mengelus rambutnya dengan pelan. Eila yang sedang meminum teh hampir tersedak karena tindakan Endranu yang tiba-tiba.
Seakan bangun dari pikirannya, Eila menyadari jikalau Endranu sudah melangkah pergi. Dia mengangkat tangannya dan mendaratkan sendiri ke tempat di mana Endranu mengelusnya. Dia memandang minuman teh yang berada di tangan kanannya dengan pandangan ragu.
Mungkinkah halusinasi? batin Eila bertanya.
Namun, semuanya terasa begitu nyata. Tak ingin banyak berpikir, Eila segera menepis kejadian yang baru saja terjadi. Dia membawa teh kemasannya dan bangkit untuk pergi meninggalkan perpustakaan. Dia agak penasaran dengan kegiatan classmeeting yang sedang berjalan karena mendengar celotehan beberapa murid yang melewati perpustakaan.
Dia juga ingin memastikan euforia menyenangkan yang Endranu sebutkan, juga dia agak penasaran dengan Endranu yang akan bertanding futsal. Membuang sampahnya ke tempat yang seharusnya, Eila menelusuri tanjakan yang akan menghubungkannya langsung dengan lapangan indoor.
Di tengah perjalanan, perutnya kembung dan napasnya tersengal-sengal. Baru kali ini Eila memiliki inisiatif sendiri untuk mengunjungi lapangan selain pelajaran olahraga. Hampir mendekati lapangan, suara para pendukung terdengar begitu bersemangat. Eila berdiri di gerbang masuk dan menjelajah sekitar agar dapat menemukan di mana teman-teman kelasnya berada.
Setelah menemukannya, Eila bergabung dengan mereka dan mencari tempat duduk yang sekiranya masih kosong. Baru saja terduduk, teman sekelas Eila memandanginya dengan heran.
Ada angin apa sampai Eila Kaneshia mau bergabung dengan keramaian seperti ini? Sebuah pertanyaan itulah yang kira-kira mewakili isi hati murid kelas XII TKJ 2. Eila balik menatap mereka dan langsung kembali abai, lalu ia memfokuskan dirinya ke lapangan pertandingan. Final antara kelas Endranu dan salah satu kelas di jurusan lain membuat para murid cewek saling berteriak mendukung kubu mana yang akan memenangkan pertandingan panas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILUSI
Teen FictionDia ada, tetapi bersembunyi di dalam kepedihan dan ketidakadilan dunia. Dia ada, tetapi membisu dalam keheningan yang terus menyerbu. Dia ada, tetapi tak lagi merasakan hangat. Semua terjadi begitu cepat dan berlalu dengan cepat. Hingga akhirnya...