"Kau akan pulang secepat ini?
Ucap seorang pria manis berambut jingga, dia meraih dasi pria jangkung di hadapannya lalu merapihkannya. Pria tersebut tersenyum tipis, meraih dagu si surai jingga dan memberi ciuman singkat di bibir lembutnya.
"Tentu, aku harus berangkat kerja, kalaupun aku mau tinggal lebih lama, dia akan segera pulang kan?" si surai jingga cemberut lucu membuat pria di hadapannya gemas, "Selanjutnya aku akan ke apartemenmu." ujar pria manis itu.
pria jangkung berambut hitam sebahu itu terkekeh pelan, "Aku bahkan belum pergi kau sudah sangat merindukanku ya Chuuya?"
"Aku hanya ingin bersamamu terus-menerus."
"Sayang, aku sudah lima hari menginap disini, sudah saatnya aku kembali bekerja. Kita akan bertemu nanti di apartemenku ya." dengan berat hati Chuuya mengangguk, pria jangkung itu mengecup bibirnya sekilas lagi sebelum keluar dari apartemen itu.
"Hati-hati di jalan, Fyodor."
🍁🍁🍁
"Chuuya, aku pulang."
Suara itu terdengar bersemangat ketika memasuki apartemennya, Seorang pria tampan bersurai coklat ikal dengan ciri khasnya leher dan lengannya yang berlilitkan perban. Dirinya mencari sosok sang istri yang sangat di rindukannya selama 5 hari penuh ini.
Gotcha!
Dia menemukan istrinya sedang bersiap di dalam kamar, memakai kemeja kerja resminya seperti biasa. Berjalan mengendap dan memeluk tubuh pendek itu dari belakang, sedikit mengangkatnya saking antusiasnya dia.
"D-Dazai!"
Dazai tertawa, mengecup bahu istrinya sekilas lalu menduselkan kepalanya di ceruk leher istrinya.
"Aku sangat merindukan Chuuya, setengah mati."
Chuuya tersenyum tipis, hingga sulit di lihat, membawa tangan kanannya mengelus surai Dazai yang saat ini memeluknya dari belakang.
"Kapan kau tiba?" tanyanya.
"Baru saja, Chuuya tidak mendengarku?" Chuuya menggeleng, selanjutnya dia melepaskan diri dari Dazai dan melanjutkan mengancingkan kancing pergelangan tangan kemejanya dan kembali ke cermin untuk memastikan penampilannya sekali lagi.
"Chuuya masuk siang? tumben sekali. Aku sangat merindukanmu, bagaimana jika mengambil libur hari ini? aku yang akan bicara dengan bosmu." ucap Dazai mendudukkan diri di tepi kasur sembari mengambil tangan Chuuya dengan lembut dan membawanya agar menghadap padanya.
"Maaf Dazai, hari ini ada berita acara penting yang harus ku liput. Kalau kau lapar kau bisa langsung ke meja makan, aku sudah memasak untukmu." raut wajah Dazai yang tadinya sendu berubah jadi agak cerah.
"Serius Chuuya? Kau memasak untukku?" wajah berbinarnya itu membuat Chuuya tersenyum geli. Jujur saja Chuuya itu orang sibuk menurut Dazai, dia jarang memasak di rumah dan jarang juga berada di rumah, itu karena pekerjaannya sebagai reporter yang banyak menuntut waktu darinya, itu menurut Dazai dan itu juga yang diketahui Dazai.
"Tentu Dazai, aku ini kan istrimu." Chuuya melepaskan genggaman Dazai pada tangannya lalu menangkup pipi Dazai dan sekilas mendaratkan kecupan di ujung hidung Dazai, itu semua mampu membawa Dazai ke langit ketujuh saking senangnya.
Semua interaksi dan afeksi kali ini sungguh lebih dari ekspetasi Dazai, dan ini adalah hal yang jarang terjadi, maka dari itu Dazai harus banyak bersyukur hari ini.
"Chuuya, tapi siang kau luang kan?" Chuuya mengerutkan keningnya, memberi jeda sebelum menjawab, "Tentu, itu jam makan siangku."
"Kalau begitu, ayo makan siang bersamaku, kita sudah sangat lama tidak pergi keluar bersama. Apa kau keberatan?" diam sebentar sebelum Chuuya mengangguk, "Kalau begitu boleh, aku akan menunggumu di lobby kantorku."
KAMU SEDANG MEMBACA
An Affair
FanfictionDazai pikir dia sudah berusaha yang terbaik dan cukup untuk seseorang, nyatanya tidak.