Dulu, kupikir aku akan mendapatkan apa yang sudah ditakdirkan untukku. Namun ternyata butuh banyak hal untuk mempertahankan pemikiran itu. Ketika kau terlalu banyak melihat, terkadang kau akan curiga. Mencurigai takdir yang sudah diatur dengan waktu dan proporsi yang tepat.
Terkadang kita memerlukan pemikiran sederhana masa kecil kita. Pemikiran orang dewasa lebih sering membuat segalanya rumit, memikirkan ini dan itu, mempertimbangkan ini dan itu. Begitu sulit mempertahankan fokusmu pada satu hal. Kamu akan mendapatkan yang kamu inginkan adalah ego masa kecil yang terkadang diperlukan dalam beberapa hal.
Orang dewasa saat ini bukan berarti menjadi bijak dalam berpikir dan bertindak. Umur bukan sebuah standar dalam melabeli seseorang sebagai sosok dewasa. Karena itu, aku akan menyebut mereka sebagai bocah berumur banyak. Bukan berarti mereka buruk secara keseluruhan, namun sebagian besar karakter mereka masih cukup memalukan untuk mendapat label dewasa. Analogi terburuknya adalah mereka dapat disebut sebagai produk gagal, dari dewasa sebagai mereknya.
Aku tidak bermaksud mengatakan aku adalah orang di luar label itu, aku hanya salah satu di antaranya yang ingin mengungkapkannya dalam tulisan.
Aku rasa saat ini banyak hal yang tertukar. Ketika orang yang disebut dewasa bertingkah seperti anak-anak, namun begitu banyak anak-anak yang berusaha mencoba hal-hal yang bisa mereka lakukan sebagai orang dewasa. Jika kalian mau memperhatikan, kenyataan ini cukup menakutkan.
Kalian lihat, banyak orang dewasa kehilangan fungsi sebagai pelindung anak-anak. Karena itu anak-anak mencari perlindungan dari orang lain, sesama anak-anak yang memberikan janji manis. Berujung melakukan apapun karena dasar percaya. Mereka hanya anak-anak yang ingin mencoba hal-hal dewasa. Hal yang membuatku takjub, keberanian mereka memasuki dunia dewasa saat orang dewasa lain ingin kembali menjadi anak-anak seperti mereka.
Secara tidak sadar, mereka sedang membuat mata rantai yang kurang lebih sama untuk generasi yang mereka hasilkan berikutnya. Anak-anak meniru apa yang dilihatnya, aku tidak menyebut hanya orang tua, tapi semua yang ada disekitar anak-anak. Orang dewasa, dimanapun mereka berada, idealnya menjadi contoh bagi anak-anak. Sayangnya, orang dewasa terlalu lelah untuk menjalankan perannya saat ini, mereka memilih menjadi anak-anak saja.
*
*
*Hai, ini bukan sebuah cerita.
Jika kalian membacanya, apakah kalian setuju?
Jika tidak, kalian boleh memberikan pendapat kalian.
Mari bicara tentang hal-hal di sekitar kita saat ini dengan santai.
YOU ARE READING
Nothing
Non-FictionIni bukan sebuah cerita, hanya pemikiran kecil yang ingin ku bicarakan pada dunia.