Gini ya rasanya kehilangan?Malam ini aku merasa benar-benar kehilangan kamu, walau sejenak, namun rasa sesak itu nyata adanya.
Dan karena kehilangan ini, aku semakin yakin, aku butuh kamu dalam hidupku.Aku kembali merasakan rindu hidup sendiri, tanpa orang lain, tanpa siapapun.Aku terbayang nikmatnya sendiri tanpa terpikirkan oleh siapapun dan apapun.Aku malam ini kembali duduk di sudut kamar mandi. Setengah jam aku berdiam di dalam kamar mandi, menikmati semua dingin yang menjamahi tubuh ini.Menikmati air yang mengalir dari ujung mata menuju pipi. Ah, lega sekali rasanya.Ah, begini rasanya sendiri, tanpa ada satupun orang yang tau bagaimana perasaanku. Aku lepaskan semua rasa sesak kehilanganmu. Sesesak ini memang. Karena aku pun terlanjur amat menyayangimu.
Setengah jam itu aku hanya terduduk diam seperti biasanya.Membayangkan bagaimana hariku kelak tanpa kamu. Bayangan yang terus ada, yang berkali-kali hadir. Dan tak bisa aku hindari.Aku sudah bisa merasakan rasanya kehilangan kamu barang sejenak, malam ini. Saat aku bisa berjumpa denganmu, namun aku tak bisa menyentuhmu.Karena biasanya, perasaan aku ingin hidup sendiri ini akan runtuh, ketika aku menggenggam erat tanganmu.
Kesendirian yang masih terus ada saat aku berada dalam sudut kamar mandi.Kesendirian yang selalu ingin aku rasakan.Dan aku menyadari, bahwa memang, sentuhan lembut jari tanganmu yang melingkar di tanganku, adalah nyawa.Aku memang butuh kamu.Dan aku ingin selalu bersamamu.Berjalan bersamamu sepanjang jalan yang gelap, tanpa lampu, hanya ada aku dan kamu.
Seseorang pernah berkata padaku, bahwa menangis bukan pertanda kita lemah, itulah kenapa alasan kita diciptakan satu paket bersama sebuah makhluk bernama perasaan.Aku tidak pernah memilih kondisi seperti ini.Aku tidak pernah memilih mencintaimu.Tapi aku punya pilihan untuk tetap mencintaimu, atau berhenti.Namun, jika ada pilihan ke tiga, aku akan memilih untuk hidup sendiri.Ya benar-benar sendiri, tanpa kenal siapapun lagi di dunia ini. Menghilang dari gema dunia yang saling bersahutan. Bergetar memperebutkan urusan duniawi.Jika bisa aku untuk memilih benar-benar sendiri, hanya berteman dengan sepi. Sepi saja tanpa ada hal lain apapun yang menemani.Dan aku memilih untuk tetap mencintaimu dalam kesendirianku. Aku mencintaimu dalam sepi itu.Aku mencintaimu tanpa perlu khawatir dan takut lagi untuk kehilanganmu.
Ketakutan terbesarku dari awal dan akan terus bertahan sampai kapanpun adalah: aku kehilanganmu.
Aku tak akan pernah siap kehilanganmu. Jiwaku terlalu dalam mencintai dan membutuhkanmu.Jiwaku terlalu rapuh untuk berjuang tanpamu.Jiwaku terlalu ingin hidup bersamamu, Choco.