Belum genap pukul enam pagi namun si pahlawan desa sudah mengenakan seragam misinya lengkap dengan ransel yang terisi penuh oleh peralatan misi, pakaian, dan makanan.
Pria itu mengembuskan napas pelan ke udara dengan tangan yang tersimpan di saku celana, dirinya harus pergi ke kantor Hokage sebelum berangkat ke luar desa untuk menjalani misi bersama Shikamaru dan Sai.
Naruto sebetulnya bukanlah tipikal manusia yang gemar bangun di pagi buta namun dirinya harus melakukan itu beberapa kali untuk melakukan perjalanan misi ke luar desa.
Atau yang baru-baru ini jadi hobi Naruto adalah menemani Hinata pergi ke toko-toko untuk membeli bahan masakan meski dengan mata separuh terpejam, dia akan menemani gadis itu, namun tentu saja itu tidak dilakukan secara gratis karena Hinata akan memberinya sarapan romantis dengan menu yang sangat lezat setelahnya.
Suasana pagi Konoha memang indah, beberapa warga desa yang mulai membuka toko mereka, para shinobi baru kembali dari misi di luar desa dengan raut lelah, berbanding tebalik dengan para shinobi yang baru akan berangkat misi dengan penuh semangat, atau tak sedikit juga warga desa yang hanya ingin menikmati suasana pagi dengan berjalan di luar rumah.
Sedangkan Naruto pagi itu termasuk pada golongan shinobi yang akan berangkat misi, meski tanpa semangat membara seperti biasanya.
"Naruto!" Suara keras seseorang membuat Naruto tersadar dari lamunannya. Dia menoleh ke arah kiri, tepatnya ke sebuah toko dango yang baru dibuka.
"Kiba?" Naruto agak terkejut mendapati temannya itu ada di sana. Otaknya bekerja dengan cepat membuat sebuah hipotesa, jika Kiba sudah ada di desa, berarti Hinata juga sudah kembali dan tim mereka telah menyelesaikan misinya.
"Kukira kau berjalan sambil tertidur." Kiba berujar dengan kening menyerenyit sambil menepuk bahu Naruto keras-keras, sobatnya itu nampak lemas entah karena apa.
"Kapan kau kembali? Apa Hinata kembali bersamamu? Bagaimana misinya?" Naruto lekas menodong Kiba dengan beberapa pertanyaan yang semuanya ditujukan untuk Hinata, kekasihnya. "Hinata tidak terluka kan?"
Kiba merasa terserang sakit kepala saat secara tiba-tiba diberikan banyak pertanyaan. "Kau mengerikan!"
Naruto tak memedulikan itu, dia masih menatap Kiba penuh harap seolah menunggu kabar soal kekasihnya yang sudah tak dia temu selama delapan hari.
"Pertama, kami baru kembali semalam, kedua tentu saja Hinata kembali bersama kami, ketiga misinya sangat merepotkan, dan terakhir Hinata baik-baik saja." Kiba mencoba menjawab semua pertanyaan itu sejelas yang dirinya bisa. Akan dia maklumi kelakuan Naruto yang seperti ini karena Hinata pun sering kali nampak muram belakagan ini, sepertinya akibat persiapan pernikahan yang sangat merepotkan.
"Baiklah, terima kasih." Naruto kemudian melesat pergi setelah mendapati semua jawaban yang dia butuhkan.
...
"Hey kakak ipar, ada apa?" Hanabi mengerutkan kening saat mendapati si pahlawan desa ada di depan mansion secara tiba-tiba dengan waktu kunjungan yang tak bisa dikatakan normal.
Berkunjung di pagi buta ke rumah seorang gadis bukankah terasa agak janggal meski pernikahan semakin dekat?
Naruto berdehem pelan kala mendengar adik Hinata memanggilnya dengan sebutan yang belum resmi itu. "Kudengar Hinata sudah kembali semalam?"
"Dia masih tertidur di kamarnya, ingin kupanggil dia kemari?" Hanabi menoleh ke arah pintu utama rumahnya.
"Ah, begitu ya." Naruto jadi agak ragu, Hinata pasti lelah sekali setelah seminggu lebih berada di luar desa. "Tidak perlu membangunkannya kalau begitu. Katakan saja padanya bahwa aku pergi misi selama sepuluh hari. Aku akan menemuinya saat kembali nanti."