41. SEMAKIN ANEH

375 33 1
                                    

Bab 41
Berbalik arah, tanpa diduga. Sungguh membuat pusing.

•••

Ketidakhadiran Kei hari ini, membuat Naya menjadi suntuk. Biasanya ia akan berkeliling untuk mencari tempat santai guna menghabiskan waktu istirahat yang membosankan.

Tapi, kali ini Naya memilih untuk tetap berada di dalam kelas. Berhubung Ivona dan Lila juga berkeliaran entah ke mana. Setidaknya tanpa dua nenek sihir itu, Naya lebih lega karena tidak mendengar ocehan cempreng mereka.

Tapi, lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak pada Naya. Ia hampir terlelap namun gagal, karena kehadiran seseorang yang tidak diundang.

Bagaimana pria itu tanpa izin menempati kursi kosong milik Kei. Naya hanya bisa mendengus kesal.

"Mau apa lo?" tanya Naya tidak ramah.

"Hape lo mana? Gue telepon nggak diangkat."

"Di rumah." Naya menjawab seadanya, lagi pula memang itu realitanya.

"Lo benar-benar!!"

"Gue lupa bawa, " akui Naya lemah.

"Kalau gitu kembaliin sini!" pinta Vier kembali.

Mendengar hal itu, Naya langsung melotot pada Vier. Tidak bisa, ponsel mahalnya itu cukup berguna dan sering dipakai oleh Anika.

Naya tidak bisa kehilangan benda pipih itu. Meskipun, ia jarang menggunakan sebagaimana fungsinya. Namun, Naya menggunakannya untuk hal lain, yang jauh lebih bermanfaat.

"Enak aja, nggak bisa gitu, dong. Lo udah ngasih gue." Benda multifungsi itu sangat berguna untuk menyogok Anika yang bandel.

"Tadi pagi lo bareng sama Keenan?"

Naya mengangguk lemah. "Hmm."

"Besok bareng gue aja."

"Lo pikir, setelah diculik dan bolos kayak kemarin ... gue masih mau satu mobil mobil sama lo?" Naya bertanya pada Vier, lalu menggeleng. "Ogah!"

"Lo! Udah berani ngelawan gue, ya?!"

"Ngelawan dan nurutin perintah lo sama aja, nggak ada bedanya. Malah gue capek sendiri, ini itu serba salah di mata lo!"

Vier terpaku diam, mendengarkan ocehan panjang lebar dari bibir Naya.

Selain itu, bibir Naya juga menjadi pencuri fokusnya. Kenapa benda kenyal merah muda itu nampak sangat menggoda?

Dengan berat, Vier menelan saliva, mengalihkan perhatian untuk menatap sekitar.

"Sapi, lo dengerin gue nggak, sih?!"

"Nggak! Bikin panas kuping gue."

"Yaudah, mending lo pergi dari kelas gue."

Mendapat pengusiran terang-terangan, Vier mengangkat sebelah senyum. Menatap Naya lekat, lalu berbisik pelan ke telinga gadis itu.

"Gue akan pergi, asal lo ngelakuin satu hal buat gue."

Kepala Naya mundur, kerutan di wajah cantiknya tercetak jelas. Ia tidak akan memakan umpat tersebut.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang