Glimpse Of Us

14 0 0
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Ada teori mengatakan tentang lima tahap kesedihan setelah ditinggalkan seseorang yang amat disayangi. 

Pertama adalah penyagkalan atau disebut juga dengan penolakan, seseorang yang baru saja ditinggalkan orang tersayangnya pasti tidak akan peracaya dan akan menyangkal semua fakta yang nyata bahwa dirinya sudah ditinggalkan, serta merasa tidak terima jika orang lain berkata bahwa dia yang dikasih sudah pergi meninggalkannya. 

Kedua adalah Amarah, itu sifat yang wajar bagi manusia bukan? Amarah itu pasti akan meluap setelah penyangkalan atau penolakan, apalagi banyak orang yang mengatakan bahwa dia sudah meninggalkanmu.

Ketiga adalah Tawar-menawar, bukan hanya saat transaksi jual-beli saja terjadi tawar -menawar, namun saat kesedihan itu muncul, pasti dalam diri kita akan menawarkan sesuatu yang diinginkan oleh diri sendiri, misalnya dengan mengajaknya kembali bersama dan memohon untuk kembali dengan harapan penuh bahwa dia akan kembali di dekapanmu.

Keempat adalah Depresi, masa yang paling kelam dan paling kejam menurut beberapa orang, setelah banyaknya penolakan dari diri sendiri, serta amarah yang kian lama kian membesar, dan tawar menawar yang tak kunjung mendapatkan hasil bagus menjadi satu dalam keadaan ini. Penyesalan pasti terasa sangat dalam di sini, dengan merasa tak berharga di dunia ini, lalu berniat untuk meninggalkan dunia ini dan berharap agar seseorang yang dicintainya memberi kasih kepadanya kemudian kembali kepadanya.

Kelima dan paling sulit untuk dilakukan adalah Penerimaan. Maka dari itu tak ada penjelasan untuk tahapan ini.

Karena pemeran utama di dalam cerita ini, belum bisa menerima kehilangan itu.

Ya, Nagita Saleva seorang perempuan yang tak pernah menerima kepergian Jeno Alvaro dalam hidupnya, padahal Tuhan sudah memberikan seseorang yang lebih baik dari Jeno, dengan hadirnya Julio Alexander, tapi Gita tak pernah bersyukur atas hal itu.

Selalu ada perbandingan di antara keduanya bagi Gita dan selalu ada ruang untuk Jeno menetap di hatinya, walaupun hanya untuk singgah. Jeno selalu nomor satu dalam hal apapun. Meski Julio selalu mencoba untuk merebutnya.

Setelah bersenang-senang hari kemarin di taman bunga matahari, impiannya. Gita bukannya bersyukur karena Julio telah mengabulkannya, Ia malah membuat perbandingan lagi di pikirannya, bagaimana Julio dan Jeno memperlakukannya.

Jeno di dalam pikiran Gita selalu sempurna tanpa cacat sedangkan dapat dipastikan dengan jelas Jjika ulio selalu tak sempurna di pikiran Gita. Seperti itulah keadaan Gita setiap harinya, seperti seseorang yang berjalan dengan orang baru, tapi raganya masih memeluk orang lama untuk tetap tinggal bersama.

"Bego!" teriak seseorang, kala terdengar suara barang yang pecah.

Gita mengerjap matanya hingga tersadar dalam lamunannya.

"Baju gue basah kan!" teriaknya lagi.

Gita yang belum sadar sepenuhnya hanya terdiam mematung, melihat semuanya sudah berantakan dan basah.

"Lo tuli, bego, atau tolol sih? Gue ngomong sama lo ya..." ucapnya seraya melihat name tag yang terpasang di seragam Gita, "Nagita Saleva."

Gita mengerjap matanya dan langsung tersadar, setelah itu ia langsung menyimpan nampan yang sudah kosong karena barang bawaannya telah jatuh berantakan.

"Kak, maaf ya, Gita gak sengaja, aduhhh...." ucapnya panik seraya mengambil beberapa tisu yang ada di meja kantin dan mengelap baju seseorang yang terkena air minum Gita.

"Ah elah, awas lo, gak guna, baju gue udah basah," ucapnya seraya menyingkirkan tangan Gita di bajunya dengan wajah yang marah.

"Gak mau tau ya, lo harus bawain gue baju ganti buat gue atau pake baju lo aja sini!" ujar perempuan ber-name tag Olivia Gunawan dengan menarik kerah baju Gita.

Setelah tahu siapa yang sedang Gita hadapi, ia hanya bisa menunduk dan terdiam, "Maaf kak, nanti aku bawain baju ganti ya, kebetulan aku bawa sweater," ucap Gita lirih.

"Bawa sekarang."

Olivia melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju Gita, lalu menatap Gita acuh.

Gita menghela napasnya, lalu mengangguk serta berbalik badan hendak mengambil sweater yang ia simpan di kelas. Namun belum sempat berjalan begitu jauh, suara yang dikenal jelas oleh Gita terdengar mengelegar di lorong kantin ini.

"Olivia!" teriaknya.

"Kamu gapapa kan, sayang?" tanyanya seraya memeluk Olivia sebentar lalu menatapnya penuh kasih.

"Gapapa kok, cuma baju aku aja basah sedikit," jawab Olivia dengan memperlihatkan bagian bajunya yang basah.

"Aduh, ganti pake hoodie aku aja yuk, nanti kamu masuk angin lagi," ucapnya terdengar khawatir lalu membawa Olivia pergi dari kantin, meninggalkan kekacauan di sini, dengan gelas pecah dan lantai yang basah. 

Gita terdiam seraya duduk timpuh mencoba membersihkan kekacauan ini sendiri setelah tadi melihat adegan yang tak pernah diharapkan oleh Gita untuk melihatnya, Jeno dan Olivia adalah pasangan yang paling tidak diharapkan untuk ditemui Gita.

Gita mengambil satu demi satu serpihan dan potongan gelas yang pecah menjadi kepingan kecil, sedetik kemudian, seseorang datang dan duduk di sebelahnya melakukan hal yang sama.

"Jangan ngelamun kalau lagi ambil barang yang pecah, nanti bukan cuma gelasnya yang hancur, tapi tangan kamu juga hancur, hehe."

Gita hanya mampu tersenyum mendengar ucapan kekasihnya yang datang untuk membantunya.

Dan terjadi lagi pikiran itu muncul dengan perbandingan lainnya yaitu, Julio selalu terlambat dibanding Jeno untuk melindungi kekasihnya.

🦋🦋🦋













- frommyaeri
18.09.22

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Glimpse Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang