Semua kehidupan yang kulewati selama ini cukup untuk membuatku tersenyum ketir saat ini. Kilas balik seperti tersirat begitu saja saat aku menikmati sepi.
Sejenak bolehkah aku mengingat satu persatu rangkaian kisahku? Akan ku uraikan sedikit cerita ketika aku masih menikmati hidup bersamanya.
...
Flashback
“Jeno-ya sudah jam berapa ini? Bukankah kita janji bertemu jam 8 malam? Ini sudah lewat dari perjanjian kita.” tuturnya sembari mengelap kamera kesayangannya itu.
Jeno datang ke studio milik jaemin dengan tergesa. Dia masih mengatur nafasnya karna dia sangat terburu-buru datang untuk menemui sahabatnya itu.
“Maafkan aku sedikit terlambat dear. Jalanan macet, dan aku sedikit berlari dari ujung jalan sana”“Jadi kau meninggalkan motormu dimana kali ini?” seolah tau kebiasaan yang Jeno lakukan setiap kali anak itu meninggalkan motornya di bengkel.
“Hehehe anu, ban nya kempes dan aku harus mendorongnya sampai menemukan bengkel tempat tambal ban. Aku takut terlambat jadi kutinggalkan disana sebentar.” matanya tersenyum, dan tangannya menggaruk tengkuk yang tak gatal.
“Yeah baiklah, nanti kita jemput motor kesayanganmu itu bersama. Sekarang ayo kita mulai.”
Setelah percakapan singkat itu, mereka berdua sibuk bergulat dengan kamera mereka. Jaemin dengan kamera untuk memotret, sedangkan Jeno dengan kamera untuk mengambil video recording. Sudah bisa ditebak mereka berdua kuliah di jurusan apa.
Mengerjakan tugas bersama dengan deadline yang mendesak adalah kebiasaan mereka berdua. Tidak. Sebenarnya Jaemin lebih rajin, tapi dia tidak mau meninggalkan sahabatnya dalam urusan tugas. Sehingga dia mendesak Jeno agar dia segera mengerjakan tugasnya bersama.
Flashback end—
...
Aku membuka handphone ku, memandangi satu persatu file foto yang ada didalam memory card itu. Ini adalah potret-potret darinya yang kusimpan secara sembunyi-sembunyi.
Kalian tahu? Jaemin sangat pelit dengan hasil jepretannya. Ku kira isi kameranya penuh dengan foto pemandangan yang indah, karna dia selalu mengatakan kalau dia akan memotret pemandangan indah setiap kali dia beraksi dengan kameranya. Dan hingga akhirnya aku tau, pemandangan indah itu adalah aku.
‘Jeno Lee, mengapa kau sangat tidak peka akan satu hal penting yang sangat berarti. Hingga kau hanya bisa menyesal dengan waktu yang sudah dilewati. Waktu yang tak akan pernah bisa terulang kembali. Waktu dimana Na Jaemin masih berada disisimu.’
Kalimat itu yang selalu ku teriakkan dalam pikiranku. Berputar hingga mengantarkan angin. Angin yang berhembus menerpa tubuhku yang sangat rindu dengan kehadirannya.
“Jaemin-ah bisakah kau kembali bersama angin, agar aku bisa menggenggam tanganmu dan merasakan hangatnya keberadaan mu?” bisikku pada hembusan angin. Berharap angin akan mengantarkan pesan rindu ini untuknya.
__________
Satu perkenalan tentang Lee Jeno dan Na Jaemin, sepasang sahabat yang dipertemukan oleh takdir.
Takdir yang menghantarkan sebuah perasaan diantara mereka.
Sebuah cerita ringan yang akan membuat kalian sedikit terbawa pada sebuah kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Yang Hilang
Short Story"Jaemin-ah bisakah kau kembali bersama angin, agar aku bisa menggenggam tanganmu dan merasakan hangatnya keberadaan mu?" . . . Sebuah takdir yang datang diantara dua sahabat yang mendatangkan anugerah dan petaka.