#01

3.7K 303 8
                                    

Park Jimin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Jimin

☆☆☆

Perjodohan.

Satu kata yang tak pernah Jimin bayangkan akan ia alami didalam hidupnya.

Jimin menghembuskan nafas panjang lewat mulutnya. Sorot matanya bergerak ke arah jam dinding yang terus berdetak mendekati angka 11 malam, lalu ke arah pintu rumahnya yang masih tertutup rapat dan berakhir ke layar televisi yang sedang menayangkan acara malam. Beberapa menit kemudian dia melakukan hal itu lagi, seakan-akan dia tidak memiliki apapun untuk dilakukan selain duduk di ruang keluarga dan memandang jam, pintu dan televisi secara berkala.

Jika ditanya apakah dia tidak lelah, tentu saja Jimin lelah. Pemuda mungil dengan rambut pirangnya itu sudah mengantuk dan ingin segera pergi tidur. Tetapi dia tidak pergi tidur walaupun dia bisa. Dia masih duduk sendirian disana, seperti malam-malam sebelumnya.

Jika orangtuanya melihatnya, mungkin mereka akan mengira Jimin sedang asyik menonton televisi hingga lupa waktu. Akan tetapi si mungil itu hanya menatap televisinya dengan tatapan kosong. Hanya jari tangannya saja yang bergerak random menekan tombol remote sampai puluhan kali.

Rasa kesal, cemas, khawatir dan juga marah bercampur menjadi satu saat si mungil melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 11 lebih 15 menit. Jimin lalu berdiri dan berjalan mendekati jendela rumahnya untuk melihat apakah orang yang ia tunggu-tunggunya sudah datang.

Dan Jimin harus menelan kekecewaan saat mendapati bahwa orang yang ia cintai belum juga kembali.

Sejak pukul 8 malam tadi Jimin menunggunya. Tetapi sampai pukul 11 pun sosok yang dinantinya tak kunjung kelihatan. Jimin akhirnya memutuskan untuk kembali ke sofa dan melanjutkan ‘menonton’ televisi.

Rasa kantuk kembali menyerangnya. Jimin menguap sambil menutupi dengan tangannya. Ia lihat lagi jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 11.30 malam.

Jimin tersenyum miris.

Lagi-lagi telat pulang.

Sakit. Hanya itu yang dapat Jimin rasakan saat ini. Jimin merebahkan tubuh di sofa yang ia duduki sembari menghadap ke arah televisi.

Jimin tidak terlalu fokus dengan apa yang ditampilkan di layar televisi. Tetapi matanya yang sempat meredup kembali bersinar saat televisinya menayangkan sebuah iklan dimana seorang model prianya yang sangat tampan tersenyum lebar ke arah kamera.

Jeon Jungkook.

Pria yang akan Jimin cintai sampai kapanpun.

Pria yang selama 2 tahun terakhir sudah menyandang status sebagai suaminya.

Jungkook adalah suami Jimin dan dia adalah seorang penyanyi solo sekaligus aktor yang sedang naik daun.

Setelah iklan itu selesai, Jimin beranjak dan ingin kembali menengok ke arah jendela untuk mencari tau apakah yang ia tunggu sudah tiba atau belum.

[ ⭐️ ] Park Jimin, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang