Tertegun

506 54 7
                                    

Kehilangan kata-kata untuk tidak kembali percaya, namun memiliki keberanian untuk terus berharap, berharap disukai, dan berharap dimiliki.




Minggu kedua dengan predikat pegawai paling rajin, telah Artha raih kembali. Bagaimana tidak? Pukul sepuluh malam Restaurant, tempat Artha bekerja masih belum tutup, ia masih bergelut dengan beberapa tumpukan berkas yang masih harus ia bereskan malam ini. Menjadi seorang kasir tak membuat hidupnya menjadi mudah karena rutinitas kerja yang hanya melayani pembayaran saja. Tapi juga seperti sekarang yang ia lakukan. Ia harus menginput beberapa menu baru yang mesti ia masukan manual.

Setengah jam berlalu, pelanggan yang masih berdiam diri tadi satu persatu mulai meninggalkan Restaurant. Helaan panjang yang Artha lakukan karena hari ini cukup melelahkan menurutnya.

Ia merapihkan mejanya dan bersiap untuk kembali pulang ke rumahnya, yang bisa dibilang sangat jauh. Bersama sepeda motornya ia membelah jalanan kota yang masih lumayan ramai.

Tak diambil pusing, Artha terus melajukan sepeda motornya dengan kecepatan yang tidak terlalu laju. Matanya sesekali harus bersentuhan langsung dengan debu jalan yang mana mengakibatkan ia menepikan dulu kendarannya. Ia memposisikan kaca spion motornya ke arahnya.

"Sial, ini gunanya visor helm, aku harus cepat menggantinya," omelnya yang entah untuk siapa itu dituju.

Artha kembali melanjutkan perjalannya. Hingga di persimpangan yang akan menuju ke arah rumahnya itu sangat terlihat sepi, Artha ragu untuk melanjutkan tetapi hari semakin gelap, ia takut jika nanti sampai di rumah hari sudah berganti karena kemalaman.

Beberapa menit berlalu ia melihat dari arah belakang ada motor dengan lampu yang begitu terang mengenai kaca spion kanan Artha, ini mengakibatkan pengelihatannya terganggu. Ia mencoba untuk sedikit meningkatkan laju motornya, namun pengemudi di belakangnya ikut melajukan motornya.

Artha sedikit panik, dan ya ia lumayan takut. Karena ini cukup berbahaya menurutnya. Ia mencoba untuk tenang dan menurunkan posisi spion kanannya agar tidak memantulkan lampu motor dibelakangnya ke mukanya. Namun belum lama ia melajukan motornya, seseorang dari belakangnya itu menepuk pundaknya. Artha spontan menoleh dan mendapati pria dibalik helm yang hampir menutupi seluruh wajahnya itu mencoba untuk berbicara padanya.

"Siapa kau?" setengah teriak Artha mencoba untuk tetap membuat motornya melaju kencang, namun sedikit hati-hati.

"Tolong berikan aku nomor ponselmu." Karena tidak ada respond dari Artha, sang pria menghadang motor Artha dan memberhentikan Artha di tengah jalan yang dihimpit oleh berbagai macam tanaman sayur warga yang letaknya lumayan jauh dari keramaian kota.

"Hei, siapa kamu? Ini termasuk rencana pembunuhan," cerca Artha, mencoba untuk terlihat galak.

"Aku hanya ingin nomor ponselmu, tidak lebih," balas sang pria tersebut sangat tenang.

"Untuk apa? Ini sangat tidak lucu, kau bisa mencelakakan aku. Kau harus tau itu."

Artha mencoba untuk bergegas pergi namun motornya ditahan, dan kunci motor tersebut dicabut oleh si pria ini, yang mana membuat mata Artha membola.

"Kau pencuri!" Teriak Artha kesal. Yang diteriaki masih tetap tenang dan malah memasukan kunci motor Artha ke dalam saku celanannya.

"Kau tidak akan mungkin mengingat aku, jadi ku harap jangan banyak membantah dan cepat berikan nomor ponselmu."

"Unt—"

"Atau kau mau aku tinggalkan di sini bersama motormu dalam keadaan mati seperti itu?" Artha sudah membola sebelum ia melanjutkan kata-katanya, ia sudah menggeleng takut. Dengan cepat ia membalas.

"Baiklah, cepat catat, aku tak akan mengulang kata-kataku."

"Make it simple, kau tak perlu membuang tenagamu hanya untuk teriak seperti tadi, Artha."

Setelah pria tadi mendial nomor ponsel Artha, pria tersebut bergegas menaiki motornya dan melemparkan kunci motor Arah ke arah pemiliknya.

"Jangan khawatir, kita akan bertemu lagi." dan motor tersebut melesat begitu saja melewati Artha, meninggalkan Artha yang masih membeku dengan kunci motor yang berada pada genggamannya.

Benar-benar hari yang aneh untuk dilewati, tidak disangka seseorang berani melakukan hal demikian hanya untuk mendapatkan nomor ponselnya. Ini sangat tidak ramah, akan ia beri bintang satu jika ketahuan pengemudi driver ojek online.

Seductive Barista

Teruntuk hari yang sudah letih ia lewati setiap harinya, ia hanya mampu memohon untuk tidak semakin berat di setiap hari lainnya, ia juga ingin melakukan aktivitas seperti orang normal pada biasanya, yang tidak selalu tentang pekerjaan, ia ingin sedikit bebas. Sebenarnya ia tidak menyalahkan pekerjannya, namun sesekali ia hanya ingin mengeluh, bahwa tidak setiap hari juga yang ia lewati itu berjalan mulus dan menyenangkan.

Dan kini ia harus sesekali membenarkan posisi rambut depannya yang ternyata sudah lumayan panjang dan sering mengenai bagian matanya, sungguh menganggu pengelihatan dan aktivitas lainnya. Tangannya terus bekerja membersihkan area restoran, sesekali juga ia menyeka peluh yang mengalir di pelipisnya, tidak sedikit pegawai lain yang ikut membantu Artha untuk membersihkan halaman resto bagian ia bekerja. Karena pegawai lain tahu, bahwa selain membersihkan tempat kerja, hal yang harus Artha lakukan masih banyak.

Setelah selesai dengan pekerjaan pertamanya, dilanjutkan dengan sesi membersihkan dirinya sendiri, kini Artha sedang di dalam toilet, memandangi penampilannya yang sudah dirasa cukup rapih dan siap untuk beraktivitas seperti biasanya.

Tidak lupa untuk menyempurnakan penampilannya dengan beberapa semprotan parfum yang ia bawa di dalam saku tasnya.

Tok tok tok...

Artha mendengarnya, sepertinya akan ada pegawai lain yang hendak memakai toilet ini, jadi ia segera keluar dari sana. Dan untuk informasi saja bahwa toilet hanya ada satu bilik untuk semua pegawai yang bekerja, sisanya ialah toilet pengunjung yang mana letaknya lumayan jauh dari loker pegawai.

Setelahnya ia memasukan kembali tasnya ke dalam loker dan disepersekian detik, ia tercekat karena pintu lokernya di tutup paksa dari arah samping, Artha menoleh dan mendapati pria yang ia temui malam tadi, kini hadir kembali di hadapannya.

"Sudah ku bilang, kita akan bertemu lagi, Artha."

"Hai, Artha, Perkenalkan ia Barista baru di sini, Alvian Sadega."

"H-ha?"





To be continued.
Page 01



Noted: Aku double up, karena akunya sendiri ikutan antusias hehe, semoga suka, ya?! Udah ada bayang ga kedepannya gimana? Jangan lupa jejak baiknya ya, makasih <3

Seductive Barista, Kookmin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang