Bab 1

43 9 8
                                    

14 November 1997 menjelang sore lahir seorang Anak Perempuan dari Keluarga sederhana, ia diberi Nama Xania yang memiliki arti
(Pejuang dan Pelindung) .

Sesuai dengan namanya, Xania harus berjuang dan melindungi dirinya sendiri dari kerasnya hidup.
Xania tinggal bersama dengan Kakek dan Neneknya semenjak usia 2tahun Xania tidak mengetahui sosok hangat seorang Ayah karena bercerai,
ia juga ditinggal pergi oleh Ibunya keluar negeri.

Xania anak ketiga dia mempunyai kakak laki-laki bernama Adwar dan satu kakak perempuan bernama Aish.

°°°°
"Nek kapan Ibu pulang?" Tanya Aish kakak kedua Xania pada Neneknya

"Nanti Ibu pulang Nak, mungkin masih macet dijalan" jawab Neneknya dengan senyum tipis .

Aish yang masih berusia 4tahun ia percaya dengan apa yang diucapkan Neneknya , mereka hanya tahu bahwa Ibunya pergi kepasar untuk membelikan mereka mainan.

sebaliknya dengan Adwar dia tahu bahwa Ibunya pergi meninggalkannya

Hari demi hari dilalui bersama, Aish tidak lagi menanyakan Ibunya sebab ia tahu Ibunya tidak akan kembali pulang untuk waktu yang lama

sedangkan Xania ia belum mengerti apa-apa.
Adwar pergi masuk kedalam kamarnya dengan wajah sedihnya ia duduk diatas ranjang , disusul oleh Neneknya .

"Nak... kenapa?" Tanya Nenek

"Gpp Nek, aa cuma sedih aja Aish nanyain Ibu terus apalagi liat Xania aa ngerasa gak berguna banget buat mereka Nek, aa ngerasa kalo allah gak adil sama kehidupan kita" ucap adwar dengan mata berkaca-kaca

"Nak.. gak boleh ngomong gitu allah itu maha adil , ada Nenek sama Kakek yang akan selalu ngurusin kalian.. ini juga bukan mau Ibumu pergi mencari nafkah hanya untuk anak-anaknya , juga ini semua bukan kesalahan Ibumu sepenuhnya Nak.." sahut Nenek sembari mengelus kepala Adwar

"Aa bisa Nek hidup tanpa Ayah tanpa Ibu, sedangkan Xania dan Aish mereka masih terlalu kecil untuk semua ini ,mereka perlu kasih sayang dan bimbingam dari Ayah dan Ibu apa ini yang disebut adil?,
jika dulu Ayah tidak memukul Ibu ini semua gak bakal menimpa Aa, Aish dan Xania!" Ucap adwar yang mulai menangis tersedu

"Sabar Nak,Nenek tau ini sulit tapi lapangkan dadamu allah punya rencana yang indah dibalik semua permasalah atau musibah yang menimpa semua hambanya,
yang tabah Nak Nenek ada disini bersama kalian" ucap Nenek lalu memeluk Adwar.

Sementara itu Aish menangis dibalik pintu mendengar perkataan Adwar dan Neneknya, sekarang ia tahu betul apa yang sebenarnya sedang menimpa dia dan kedua saudara/i nya itu
Saat Aish menangis dalam diam Xania menghampirinya lalu menarik kaos yang Aish kenakan

"Mamama mamama" celoteh Xania pada Aish

"Ah Adek.." ucap Aish mengusap air matanya dan menggendong Xania lalu mengajak Xania pergi kekamar tidur mereka .

~~~~~~~~~~~

○15TAHUN KEMUDIAN○

seperti biasa sebelum membangunkan semua cucunya Nenek selalu terlebih dahulu membuatkan sarapan untuk
Mereka,
sementara dengan Kakek sebelum matahari terbit dan para cucunya bangun ia sudah lebih dulu pergi kepasar untuk berjualan ikan.

"Nak.. bangun solat subuh Nak " tepuk Nenek pada Adwar lalu setelahnya pada Aish dan Xania

"Emmm... iya Nek" ucap Adwar, Aish dan Xania bersamaan.

Waktu cepat berlalu tidak terasa Xania sudah duduk dibangku kelas 3smp dan akan mengikuti kelulusan .
Ia bersama ke dua kakaknya mampu melewati semua lika liku yang mereka alami selama beberapa tahun kebelakang .

Walau mereka hidup tanpa sosok Ayah dan Ibu tetapi mereka hidup dengan berkecukupan dan meskipun Nenek dan Kakek sangat menyayangi mereka tetap saja yang mereka perlu dan butuhkan adalah kasih sayang yang sebenarnya dari kedua orang tua.

(DiMEJA MAKAN)

"Nek kelulusan tahun ini Ibu pulang kan ?" Tanya Xania dengan pedenya seketika membuat Adwar dan Aish terhenti makan

"Mm.. Nenek belum tau Nak, nanti Nenek tanyakan yah kalo Ibumu ada telpon" jawab Nenek mengelus kepala Xania

"Pengambilan ijazah tahun ini Xani pengen sama Ibu Nek , tahun lalu tiap kali ngambil raport atau ijazah selalu Nenek atau kak Aish yang ambil sampe temen-temen Xani bilang Xani gak punya orang tua, Xani anak gak punya Bapak" timbalnya agak keras pada Nenek

"Xania! Gak boleh ngomong keras sama Nenek!" Kata Adwar

" Xani.. kan ada ka Aish , selama kepala sekolah ngerti sama pekerjaan orang tua kita gpp ya Dek sama ka Aish dulu?"

"Tapi kak, kakak gak ngerasain apa yang Xani alamin dari kelas 1 sd sampai sekarang , Xani juga pengen kayak temen-temen tiap kelulusan Ibu Ayahnya ada dukung mereka dibelakang panggung sementara Xani?!,
udahlah kalian emang gak ngerti Xani!" ucapnya keukeh dan berhenti memakan sarapan yang Nenek buat lalu pergi.

"Xania! Dasar gak sopan!" Ucap Adwar yang melihat itu kesal dan ingin beranjak menyusul Xania

"Udah A udah , dia emang belum ngerti apa-apa meskipun sudah beranjak dewasa" kata Aish menenangkan Adwar , sementara Nenek hanya terdiam sedih mendengar perkataan Xania

"Nek, udah ya jangan dipikirin Xania emang gitu kan dia belum ngerti sepenuhnya keadaan dirumah ini" ucap Aish yang juga menenangkan Nenek

"Iya Nak Nenek paham, tapi apa yang di ucapkan Xani semua benar dia memang butuh sosok yang dibutuhkan itu, tapi..
yasudahlah Nak kalian berangkat saja nanti telat" kata Nenek menyeka air matanya , Adwar dan Aish hanya mendengar apa yang Nenek perintahkan

"Baik Nek, kami berangkat ya assalamualaikum.." ucapnya bersamaan

"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan Nak " ucap Nenek sedikit keras pada Adwar dan Aish yang sudah berjalan keluar rumah .

Sesampainya disekolah, semua orang sibuk dengan tugas mereka
masing-masing.

(DIDALAM KELAS)

Xania duduk dengan wajah masamnya itu

"Kenapa lagi Xan ?" Tanya Karlina teman sebangkunya

"Gpp Na cuma lagi aga bete aja, lu juga pasti udah bosen dengernya nanti" jawab Xania

"Oh masalah dirumah.. ok gak bakal nanya lagi deh" ucapnya dan tidak dijawab lagi oleh Xania

"Udah jangan bete-bete terus nanti pulang sekolah mending lu ikut gueh Xan sama temen-temen yang lain kerumah si Silvia oke?! Lagipun sekolah udah bebas inikan" ajak Karlina pada Xania

"Ngikut aja guemah" jawab Xania dan Karlina hanya senyum padanya

~~~~~~~~~~~~~~

Sepulang sekolah Xania, Karlina dan teman-teman yang lainnya pergi kesuatu tempat yang berbeda dengan apa yang dikatakan Karlina tadi pagi pada Xania

"Lah, inikan bukan jalan kerumahnya si Silvia?" Tanya Xania heran

"Ya emang bukan, kata siapa mau kerumah gue ?" Jawab Silvia

"Sialan lo!" Ucap Xania yang lalu memukul Karlina

"Haha ya sori Xan, kalo gue gak bohong lu pasti gak bakalan mau ikut" sahut Karlina

"La terus mau ngapain kita kesini?" Tanya Xania

"Jadi gini Xan lu tau kan sekolah kita emang gak pernah akur sama sekolah sebelah , mereka ngirim surat ngajak sparing disini ya masa gue tolak ya gaklah" kata Silvia .

KUKIRA RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang