bagian tiga

9 0 0
                                    

Sudah menginjak waktu tiga minggu semenjak kejadian Aiden mengantar Sandra pulang ke rumahnya, sejak saat itulah mereka berdua semakin dekat. Entah mengantar pulang, keluar bersama, atau chatting.

"Den, habis ini mau kemana?" tanya Sandra. Mereka berdua sekarang tengah menikmati malam minggu di taman kota tempat mereka tinggal. Sangat ramai memang.

Aiden melihat keadaan di sekeliling mereka berdua, "kamu mau pulang ndra?"

Sandra hanya mengangguk untuk menanggapinya, dan mereka berdua memutuskan untuk pulang. Saat tengah berjalan ke tempat Aiden memarkirkan motor, tiba - tiba hujan datang tanpa aba - aba. Mereka dengan terpaksa mencari tempat berteduh, syukurlah ada ruko yang sedang tutup di dekat mereka, setidaknya ruko itu mampu melindunginya dari hujan.

Hujan bertambah deras, Aiden melihat Sandra yang kedinginan pun lantas melepas jaket yang ia kenakan untuk Sandra, "ini, pakai aja" ucap Aiden. Sandra tersenyum menerimanya.

Hujan tidak berhenti, Aiden tiba - tiba merasakan sebuah tangan melingkar di pinggang nya, ia menoleh ke arah Sandra dan ia menemukan Sandra yang tengah memeluknya. Hati Aiden menghangat, perlahan ia membalas rangkulan nya.

"Sandra" panggil Aiden, Sandra menoleh kearahnya. "iya?"

Aiden menghela nafas, ia berencana mengungkapkan rasanya kepada Sandra hari ini.

"aku mau bilang sesuatu", Sandra langsung melepas pelukan nya. Saat Aiden hendak mengatakan sesuatu, Sandra tiba - tiba berkata

"Aiden dingin" ucap Sandra tiba - tiba. Aiden sontak memeluknya lagi, Aiden tidak tega jika orang terkasihnya kenapa - kenapa.

Sandra tau apa yang akan Aiden katakan. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak tau tentang perasaan laki - laki itu kepadanya. Tapi, Sandra belum siap untuk membuka hati lagi. Karena dia belum selesai dengan masalalunya. Dia masih menyayangi masalalunya itu. Aiden sangat baik, hingga Sandra tidak mau Aiden hanya menjadi pelampiasan nya untuk melupakan masalalunya.

.
.
.
.
.
.

Sekarang adalah hari senin, hari dimana anak sekolah menjalani aktivitas nya lagi. Aiden hari ini berangkat sendiri, tidak menjemput Sandra. Aiden berangkat dengan wajah tertekuk mengingat kejadian dimana ia akan confess namun gagal.

Teman - teman Aiden yang melihatnya pun merasa heran. Tumben saja tukang rusuh itu diam. Biasanya dia akan paling berisik dan berbunga - bunga karena berangkat dengan orang yang disukainya, namun sekarang tidak.

Ketiga temannya saling menyenggol satu sama lain, untuk menyuruh salah satu dari mereka untuk bertanya.

Saat Yoga akan membuka mulutnya, guru pun datang. Mereka menunda pertanyaan yang akan mereka lontarkan.

.
.
.

"Riyan"

Riyan menoleh ke asal suara, Aiden memanggilnya.

Aiden mengajak Riyan ke halaman belakang sekolah dekat kantin untuk membicarakan sesuatu, tentu saja mengenai pujaan hatinya. Aiden hanya ingin bertanya, apa hubungan antara Riyan dan Sandra sebenarnya.

"Gue kemarin hampir confess ke Sandra" ucap Aiden untuk memulai pembicaraan. Riyan sontak menoleh ke arah Aiden lalu sedikit tersenyum, "lalu?"

Aiden menghela nafas berat, "cuma hampir, soalnya waktu gue mau bilanh dia alihin pembicaraan gue"

Riyan pun ikut menghela nafas berat, tidak habis fikir kenapa temannya ini sangat lama hanya untuk masalah confess nya itu. "lo lama banget, masa gue yang bilang ke Sandra kalau lo suka sama dia"

Dari ekspresi Aiden yang lesu pun berubah menjadi terkejut, bisa gila kalau beneran di adukan ke Sandra. Lebih baik dia sendiri yang mengatakannya.

"jangan lah bego, gue aja yang bilang"

Riyan hanya menepuk bahu Aiden, alih-alih untuk memberinya semangat agar dia semakin berani mendekati gadis itu dan cepat-cepat untuk menyatakan perasaannya.

"yaudah hayu ke bu Sus, perut gue keroncongan banget ini mah" kata Riyan. Aiden pun merasa perutnya juga sangat lapar. Memang ya, galau bisa menguras energi.

Mereka berdua pun menuju ke warung bu Sus dan memesan makanan untuk mereka makan, rencana untuk bertanya apa hubungan antara Sandra dan Riyan pun hilang seketika.

.
.
.

"terus gimana lanjutan kisah lo sama si cantik lo itu?" tanya seseorang dari telfon yang tersambung di hp Aiden.

"ya gitu Re, maju mundur gue mah. Anaknya kayak ada yang ngeganjel gitu tiap gua makin maju" jawab Aiden.

"hah? gimana sih tai" tanyanya sekaligus umpatannya yang kebingungan.

"gini, gua nih dikasih lampu kuning ibaratnya. Hati-hati. Ada kali sewaktu-waktu gua dikasih lampu ijo, disuruh maju lah ibaratnya, tapi anaknya sekaligus gamau gua makin maju" jelas Aiden, yang di seberang diam untuk berusaha mencerna apa yang dikatakan Aiden

"nih anak kayak ibarat nyuruh gua maju sekaligus berhenti dalam satu waktu, udah gitu aja" jelas Aiden lagi, yang diseberang hanya berdehem menanggapi apa yang dikatakan Aiden, walaupun mungkin saja tidak mengerti.

"nih ya den, cewe tuh biasanya kalau gitu ada kemungkinan gamon sama mantannya. Mau nyuruh lo maju tapi anaknya belum bisa move on gitu. Tapi gue gatau sih den bener apa gak nya, tapi bisa jadi gitu" jelasnya

Aiden makin lesu saat mendengarnya, sebaik apa masalalu Sandra sampai gak bisa dan mungkin saja gak ingin ngelupain?

"Re, gimana lah" keluh Aiden kepada Rea, dia telfon dengan Rea, untuk curhat saja.

"gimana apanya"

"ya itu, menurut lo gue maju apa mundur?"

"terserah lo, yang lakuin lo. Ikutin kata hati lo den, kalau sayang ya terus aja pepet sampai mampus, kalau gak atau setengah doanh niat lo ya udah cari lain aja mau gimana lagi. Udah ah mau tidur gue, bay bocah"

Sambungan telfon pun terputus. Aiden pun melempar hpnya ke kasur dan mulai memejamkan mata untuk meredakan pusing akibat memikirkan kata kata Rea tapi, namun itu hanya sebentar. Karena tak lama dari itu dia sudah berada di alam mimpinya.












TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐀𝐈𝐃𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang