SMC-6

1.5K 286 14
                                    

Membentang kedua tangannya dan membiarkan pelayan membantunya mengenakan jubah resmi yang sesuai statusnya saat ini, permaisuri pangeran. Tidak semegah pakaian pengantinnya tetapi jauh lebih elegan, Jaemin merasa kepercayaan dirinya naik pesat.

"Jangan lupa menyiapkan hadiah bagi departemen rumah tangga" Ibunya tergesa-gesa mengajari beberapa hal,  seperti menghargai usaha yang layak.

Para pelayannya mengangguk patuh. Jaemin tidak membawa banyak pelayan bersamanya, padahal maharnya sangat mahal. Orang-orang berdecak melihat setengah peti-peti berisi mahar sudah tiba di kediaman putra mahkota tetapi belum usai keluar dari gerbang keluarga Na.

Betapa keluarga Na mencintai putra satu-satunya...

"Kau sudah selesai?" Para pelayan mundur perlahan mendengar langkah kaki putra mahkota memasuki kamar.

Jaemin berbalik, senyumnya sehangat mentari pagi.

"Putra mahkota ah tidak maksudnya tuanku..." Jaemin mengedipkan sebelah matanya, putra mahkota terkekeh.

"Kemarilah, kita sudah terlambat" Putra mahkota mengulurkan tangannya yang disambut Jaemin.

Keduanya tersenyum penuh kasih sayang.

* * *

Putra mahkota melangkah mantap, sembari tangan kirinya menggenggam erat tangan permaisuri pangeran. Semua pelayan istana segera memberi penghormatan. Aura suram yang biasanya bergelenyut di pundak putra mahkota. Entah, mengapa hari ini tidak tampak lagi? Kemana perginya? Hanya aura cerah dan kebahagiaan tanpa kata yang terlihat.

Apa ini?.

Bukankah putra mahkota menikahi sepupunya yang seorang laki-laki? Walau laki-laki itu sendiri sangatlah indah...

"Memberi hormat kepada permaisuri agung. Kami pasangan yang baru menikah meminta berkah yang mulia..."

Pasangan ini!

Permaisuri hampir tersedak darahnya sendiri, melihat pasangan dalam jubah resmi merah dihadapannya!

Satu keponakannya, satu adalah putranya!.

"Bangkitlah, berkah permaisuri ini senantiasa menyertai kalian berdua sepanjang hidup" Keagungannya tidak goyah.

Andai Jaemin tidak memiliki keluarga Na dibelakangnya...

* * *

Menjadi menantu kekaisaran itu menyenangkan. Jaemin mendapat banyak sekali hadiah pada kunjungan resminya yang pertama ke istana. Semua berkualitas tinggi, bukannya dia tidak pernah yang sama mewah dan mahal sebelumnya. Bila dibandingkan milik kekaisaran tentu saja tidak bisa dibandingkan.

Diantara semua tumpukan hadiah, ada satu yang memikat mata indah mantan(?) pewaris keluarga Na itu. Sebuah giok berukir mirip sekali dengan kucing.

"Bukankah biasanya berbentuk kura-kura?" Jaemin bertanya. Putra mahkota tersenyum, dikecupnya pipi mulus Jaemin.

"Ya... Pangeran ini yang membuatnya. Tidakkah terlihat seperti permaisuri pangeran tercinta?"

Jaemin mendelik, dicubitnya pinggang putra mahkota. Tidak kuat karena tubuh bagian tengah putra mahkota otot semuanya. Tidak punya ruang untuk sekedar dicubit.

Tetap, saja putra mahkota mengaduh dan memasang wajah kesakitan.

"Sudah kubilang, aku mirip kelinci!"

Putra mahkota terkekeh, dia membawa Jaemin kedalam pelukan hangat nan erat.

"Tiada bedanya, mau mirip kelinci maupun kucing. Kau tetap selalu menjadi orang yang kucinta"

Seribu Mil CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang