Esok pagi jisung bangun lebih awal, membantu ibunya membuat sarapan lalu ikut sarapan bersama di meja makan. Sarapan pagi ini hanyalah makanan sederhana, walau begitu rasanya pun sudah nikmat membuat jisung seakan sudah mulai menikmati bahwa dirinya saat ini tengah pulang ke rumahnya yang hangat.
Ibunya memang tidak banyak berbicara sama seperti jisung, obrolan biasanya di dominasi oleh adiknya yang berubah menjadi pribadi cerewet. Kedua orang tersebut menikmati posisi mereka sebagai pendengar, setidaknya mereka tidak harus bersuara dan menghabiskan banyak tenaga untuk mengobrol.
Tetapi semakin siang maka rumah semakin sepi. Adiknya telah pergi ke sekolah sedangkan ibunya memilih pergi ke rumah tetangga yang sedang mengadakan acara, jisung ditinggal sendirian. Dengan ragu jisung memilih untuk memasukkan jurnal ayahnya dan juga buku kecil miliknya ke dalam tas lalu beranjak ke luar rumah, menatap kosong ke arah hutan yang tidak jauh dari rumahnya. Hari ini jisung akan mulai kembali masuk ke dalam hutan tersebut demi menyelesaikan apa yang sudah di mulai.
Jisung melangkah melewati jalanan setapak yang dikanan-kirinya penuh dengan sawah hijau. Hawa pagi ini membuat tubuhnya terasa segar, tetapi jisung masih terus berfikir apa yang harus dirinya lakukan di dalam hutan tersebut? Jisung harus berjalan kemana sedangkan ia sendiri tidak tau tujuannya ke hutan itu untuk menuju titik yang mana.
Akhirnya dengan nekat jisung tetap masuk tanpa tujuan, mungkin menyapa beberapa tumbuhan dan hewan di sekitar pintu masuk hutan adalah awal yang baik. Jisung menyapa mereka semua seakan-akan mereka akan menegur jisung juga, tentu pelajaran yang ia terima sejak kecil membuat jisung bisa memahami bahwa semua mahluk hidup disekitar nyaman serta menerima kehadiran jisung.
Tiba-tiba mata jisung menangkap seekor tupai yang sangat dikenalnya. Jisung mengulurkan tangannya ingin menyentuh tupai tersebut tetapi tidak sampai karena ranting pohon itu cukup tinggi, akhirnya jisung memilih menatap bola mata milik si tupai yang ikut membalas tatapan jisung.
"Squirrel?"
Tupai itu seakan-akan mengenal nama tersebut membuat jisung tersenyum. Iya, itu tupai kesayangannya yang telah lama tidak pernah ia jumpai karena semenjak ayahnya pergi jisung tidak pernah menghampiri hutan lagi. Jisung begitu senang saat tau akhirnya ia kembali bertemu squirrel.
"Hei, apa kabar?"
Squirrel mencicit kecil, mengeluarkan suara seakan menjawab pertanyaan jisung membuat ia tersenyum senang. Nyatanya komunikasi ini sangat dinikmati jisung karena merasa bahwa mereka itu dekat sekali, seakan jisung saat ini benar-benar menyatu dengan alam. Jisung seperti menemukan dirinya yang dulu.
Jisung ingin menegur squirrel lagi tetapi tupai kecil tersebut malah lompat menjauh membuat jisung bingung dan memilih mengikuti tupai itu. Langkahnya cepat sambil terus mendongak keatas, memastikan bahwa tupainya masih berada dalam pengawasan matanya. Sampai tanpa jisung sadari squirrel berhenti lalu jisung melihat ke sekelilingnya, menyadari bahwa jisung sudah masuk ke dalam hutan terlalu jauh dan saat ini berada di jantuh hutan.
Jisung menelan ludahnya karena berfikir dirinya harus cepat kembali tetapi tiba-tiba pandangannya berkabur lalu merasa hutan seperti bersenandung merdu membuat ia terduduk di tanah karena lemas. Kepalanya benar-benar pusing dan sakit, matanya terus melirik ke sekitarnya untuk mencari tau penyebab dirinya tumbang tetapi yang jisung temukan malah tupai itu telah berdiri dekat dengannya lalu seakan-akan tengah menggerakan bibirnya untuk berbicara.
Jisung mencoba meraih apapun untuk mengurangi rasa sakitnya sampai dimana jisung melirik kearah kanannya dan mendapati sebuah jamur yang sangat dikenalinya berada beberapa meter dari tempatnya. Susah payah jisung menyeret tubuhnya untuk meraih jamur tersebut, mencabut tiga jamur dan memasukannya ke dalam mulu. Ini adalah jamur langka yang kemarin jisung teliti dan jamur ini ternyata bisa dikonsumsi untuk obat karena berhasil mengatasi halusinasi.
Saat itu kondisi jisung mulai membaik tetapi anehnya suara senandung yang berada dari pohon tinggi yang mengelilinginya tidak berhenti, jisung termangu di tempatnya. Sampai jisung tidak sadar sebuah cahaya mulai muncul membuat jisung yang masih setengah berbaring di tanah mengernyit, kepalanya kembali pusing sehingga jisung berniat untuk meraih jamur itu lagi tetapi jamurnya hilang padahal ia yakin jamur tersebut masih ada disana beberapa buah.
Jisung mencoba meraih-raih apapun yang ada di sekitarnya. Menjulurlan tangan kearah cahaya tersebut sambil meminta tolong walau tidak ada suara yang keluar dari bibirnya seakan-akan jisung bagaikan bisu.
"Sudah sampai disini saja, jangan masuk lagi"
Jisung merintih kecil, berusaha melayangkan protes tetapi tidak mampu. Aku ingin masuk kesana, aku ingin tau ada apa disana.
Setelah itu jisung jatuh pingsan dan cahayanya menghilang. Semua kembali normal lalu semilir angin seakan-akan mencoba untuk menepuk-nepuk pipi jisung agar ia bangun dari pingsannya, sayangnya jisung masih terlelap sampai hari semakin terik.
Butuh waktu juga untuk jisung sadar sendiri. Beranjak duduk sambil memegang kepalanya yang sakit, jisung menoleh ke kanan dan ke kirinya. Mendapati bahwa hutan tidak bernyanyi dan juga tidak ada apapun cahaya disini membuat jisung terbujur kaku di tempat.
"Apa ini? Aku berhalusinasi?"
Tidak ada yang tau jawaban atas pertanyaan jisung tetapi ia yakin kalau kejadian tadi sangatlah nyata. Seorang laki-laki seakan-akan keluar dari cahaya tersebut lalu berbicara kepadanya sebelum jisung pingsan. Sebenarnya yang tadi itu apa dan siapa.
Semua pertanyaan tersimpan di otak jisung. Dengan lemas jisung beranjak lalu memilih pergi keluar dari hutan untuk pulang, ada beberapa hal yang harus ia teliti termasuk jamur yang tadi di temukan olehnya. Jisung yakin jamur ini ada hubungannya dengan kejadian tadi tetapi anehnya saat jisung beranjak pulang, jamur itu tidak ada dimanapun.
Pokoknya jisung akan kembali ke hutan nanti sambil melakukan penelitian lagi. Tidak sia-sia rasanya jisung ikut dalam kegiatan penelitian kemarin bersama dosennya, setidaknya sekarang jalannya lebih mudah untuk menemukan apa yang dicari oleh ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] FOREST • MINSUNG
FanfictionTidak ada yang mustahil di dunia ini walau semua orang menatap aneh kearahnya. Sepeninggal ayahnya, jisung memberanikan diri untuk melanjutkan penelitian tentang sebuah hutan yang seperti memanggil dirinya dan meminta di hampiri. - Cerita kali ini t...