"Astaga, apa yang Lady Arletta lakukan?"
Beberapa anak buah Alaric, pagi-pagi dibuat heboh karena melihat calon istri majikan mereka, yang tak lain juga majikan mereka tengah melakukan hal yang di luar kebiasaan bangsawan. Beberapa orang saling mengikut untuk mendekati Arletta. Cukup cemas jika nanti majikan mereka salah paham, dikira mereka 'lah yang tidak bisa menjaga Arletta dengan baik.
"Lady, apa yang Anda lakukan?" tanya Gerald, pria yang akhirnya didorong oleh rekan-rekannya untuk bertanya.
Wanita itu, Arletta Davies, dia tengah berlutut dengan membawa kain basah yang telah berubah menjadi kecokelatan setelah mengepel seluruh lantai kayu di rumah ini. Wanita itu mendongak, menatap Gerald dengan senyum merekah.
"Oh, hai! Aku hanya sedang bersih-bersih."
"Lady, tahukah Anda jika Anda tidak perlu melakukan ini?"
Tidak paham akan maksud Gerald, kedua mata Arletta mengerjap cepat. Adakah aturan seperti itu? Tidak boleh melakukan bersih-bersih? Itu aneh sekali.
"Di sini tidak boleh bersih-bersih?" Kening Arletta mengernyit kebingungan. "Mengapa? Mengapa tidak boleh bersih-bersih? Siapa yang membuat peraturan aneh itu?"
Belum sempat Gerald menjawab, mulutnya dibuat bungkam kembali ketika menyadari kedatangan sosok yang sangat mereka segani. Gerald tak jadi menjawab pertanyaan Arletta. Pria itu memilih segera membungkuk hormat dan mundur beberapa langkah, berbaris dengan rekannya yang lain.
"Karena aku adalah seorang Duke, dan aku tidak akan menikahi pelayan. Apakah kurang jelas?"
Mendengar suara berat dan rendah menginterupsi, bulu kuduk Arletta dibuat meremang seketika. Suara itu jelas terdengar familiar. Siapa yang tidak mengenalinya?
Dengan ragu, Arletta membalikkan badan. Di depan matanya, sepasang kaki jenjang telah berdiri tegak. Perlahan, Arletta mengangkat wajah, mendongak ke atas hingga ia bersitatap dengan Alaric yang tengah melipat kedua tangan di depan dada dengan tatapan tajam khas elang.
Otak Arletta mendadak berhenti berfungsi. Selalu saja seperti ini, setiap bertemu Alaric, seluruh sensor dalam tubuhnya seolah terganggu dan berhenti beroperasi sesaat. Sebelum akhirnya ia jadi terbata-bata.
"Du-duke?"
Mata tajam itu merendah, menyipit tidak suka. "Berdirilah!"
Sudah dibilang, tubuh Arletta terasa nge-lag ketika berhadapan dengan Alaric. Jantungnya berdebar kencang, darahnya terasa berdesir hangat. Kegugupan itu membuat Arletta jadi berperilaku tanpa bisa dikontrol penuh.
Baru saja hendak bangkit, Arletta malah salah menginjak gaunnya, membuat wanita itu kehilangan keseimbangan dan malah terjatuh.
Melihat itu, beberapa pengawal yang berbari di sana refleks mengarahkan pandangan pada sang Duke. Tepat ketika mereka beradu pandang dengan sang majikan, pria itu mendelik tajam. Itu adalah kode keras. Ketiga pengawal yang berbaris langsung membalikkan badan dengan sikap prajurit. Memunggungi Arletta, bersikap seolah tidak pernah melihat sesuatu.
Ini adalah salah satu norma tata krama yang selalu dijunjung tinggi oleh para ksatria. Buta dan tuli ketika di dalam kediaman sang atasan di luar jam dinas, dan bisu ketika keluar dari kediaman atasan. Berikut menjadi bukti kesetiaan mutlak bagi para ksatria.
"Bisakah kau bersikap stabil? Mengapa kau selalu ceroboh?" gerutu Alaric memegang lengan Arletta, menuntunnya berdiri.
Tatapan pria itu jatuh ke salah satu kaki Arletta yang bergerak tidak nyaman. Langsung paham jika kakinya terkilir.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...