Part 13

143 25 14
                                    

Hoseok menatap Taehyung, pikirannya menjelajah kemana-mana.




Dia menyukai Taehyung. Dia berpikir mungkin itu saja sudah cukup. Tapi setelah dipikir-pikir, setelah Hoseok berada dalam pandangan Taehyung dan kini dia memang sudah punya posisi di hati Taehyung. Rasanya terlalu berat.









Dari awal bukankah posisi itu milik Seokjin?










Hoseok menggenggam tangan Taehyung dengan erat, ia rasakan betapa hangatnya tangan sosok itu.












Ternyata posisi yang diambilnya terlalu berat baginya. Dipikirnya, semua ini terjadi karena keserakahannya. Andai hari itu dia bersikeras, dan menjauh dari Taehyung, mungkin semua hal ini tidak akan terjadi.

Tapi semuanya telah terjadi, tidak ada yang bisa diubah soal itu.








Mereka saling menggenggam tangan satu sama lain.

Menggenggam tangan dengan erat tanpa tahu sebenarnya 'apa' mereka.

Bukan teman, bukan juga pasangan kekasih.










Menurut Hoseok terlalu sulit untuk menyimpulkan. Hoseok tidak bisa menjawab, tapi semua tindakannya terasa seperti dia tidak menginginkan Taehyung pergi darinya.

"Kita lihat saja nanti..." Kata Hoseok saat mereka berbaikan. Kalimat yang sama sekali tidak diinginkan Taehyung jika dia boleh jujur. Terlalu banyak kemungkinan dalam kata 'nanti', rasanya Taehyung berada diujung tanduk, seperti siap jatuh tapi tidak juga.

Taehyung tidak bisa memahami, bagaimana Hoseok bisa terlihat baik-baik saja.







Menurut Taehyung kejam sekali rasanya bahwa semuanya terasa hampir sama seperti dulu. Hampir, tidak sama.

Semua senyum, tawa, pelukan dan sebagainya menyenangkan, rasanya familiar. Tapi tidak seperti dulu, seperti ada yang berbeda.

Taehyung menatap Hoseok lekat-lekat. Begitu banyak pertanyaan yang lewat di kepalanya, tapi diantara pertanyaan itu, yang paling kuat bersuara adalah, apakah kau masih mencintaiku?

Karena apapun yang mereka lakukan, rasanya tetap berbeda. Kata 'hampir' menjadi kata yang terus terngiang di kepala Taehyung.









Hoseok perlu menelan ludah berulang kali, rasanya tidak bisa dia ucapkan kalimat dalam kepalanya, tapi tetap harus dia katakan juga.

Akhirnya ketika tekadnya sudah bulat dan rasanya sudah cukup, akhirnya ia buka suaranya.

"Mungkin ini saatnya kita katakan 'Selamat tinggal' kepada satu sama lain" kata Hoseok perlahan namun pasti.





Taehyung tidak bisa berkata, jantungnya berdegup begitu kencang, bibirnya bergetar, entah apa yang ingin dikatakannya, segala emosi didalamnya berkecamuk ketika kalimat itu terdengar telinganya. Tapi sebelum itu semua, Hoseok menyelesaikan kalimatnya,

"Aku menyerah. Kamu dari awal bukan tempat akhir aku tinggal. Ini semua berawal dari keserakahanku. Aku menyerah, bukan karena aku tidak mencintaimu. Tapi tidak kah kamu merasa bahwa pijakan kita berdua terbuat dari pasir? Kita bisa hancur kapan saja. Aku tahu kita akan baik-baik saja, mungkin tidak sekarang. Tapi nanti akan baik" Air mata Hoseok memenuhi pandangannya.

Taehyung pula teteskan air mata, suara yang keluar ikut bergetar, "Aku akan lakukan apapun untuk memperbaikinya, bisakah kamu tidak menyerah?"

"Mulai dari awal lagi terasa begitu sulit. Aku tidak bisa melanjutkannya. Ternyata yang bisa kupikul hanya sebatas rasaku padamu"






Ini berat. Hoseok rasanya tidak sanggup. Jikalau betul Taehyung jatuh cinta pada sosok Hoseok, biarlah itu jadi rasa Taehyung sendiri.

Awal yang buruk. Sosok yang membuat Taehyung merasakan cinta waktu itu dengan tubuh Seokjin namun dengan personaliti yang berbeda. Tidakkah rasa Taehyung bisa jadi rancu?





Bukan Hoseok tidak percaya pada Taehyung, pada rasa Taehyung. Tapi awal mereka sangat buruk, dan mulai dari nol — mulai dari awal lagi tidak menjanjikan hubungan mereka akan menjadi lebih baik. Dan bagaimana mereka bisa mulai dari awal jika mereka sudah sempat berada di pertengahan? Mereka tidak bisa menghapus ingatan begitu saja bukan?




Dihantui mungkin kata yang paling dekat bisa jelaskan ketakutan Hoseok. Dihantui rasa bersalah mungkin jadi kata yang paling tepat.

Terlalu berat, Hoseok tidak kuat. Dia menolak beban itu.





Hoseok tidak bisa menghentikan dirinya untuk melihat Taehyung seakan Taehyung melihat sosok di hadapan Taehyung, bukannya sosok Hoseok sendiri.


Hoseok terus membayangkan dia berada di dalam tubuh Seokjin ketika berada di sekitar Taehyung.

Dan akhir dari semua itu hanya akan jadi Hoseok yang terus meminta Taehyung untuk memvalidasi dirinya sendiri secara terus menerus. Bukankah itu akan melelahkan untuk keduanya.

Terlalu berat.

Jadi Hoseok menghentikan semuanya saat ini juga. Agar semua tidak berlarut dan lebih runyam lagi kedepannya.







Taehyung yang keras kepala sulit sekali menerima semuanya.

Tangan mereka masih menggenggam satu sama lain, air mata juga masih menetes dari keduanya.

Rasanya belum dimulai tapi harus selesai begitu saja.





"Aku tidak mau kamu pergi"


Hoseok hanya bisa menghapus air mata yang menetes dari sepasang mata Taehyung, dia tidak mampu menghapus sedihnya Taehyung.



"Jangan menangis, kamu akan baik-baik saja nanti" kata Hoseok, tapi bahkan dirinya sendiri tidak bisa mengatakan hal itu pada dirinya.




Karena Hoseok tidak baik-baik saja. Dia tidak sanggup.


Dia hanya ingin jadi dia, tidak lagi terbayangi sosok Seokjin.
Jadi Hoseok melepaskan Taehyung.



Meskipun sekarang berat, tapi Hoseok berjanji segalanya akan jadi lebih baik nantinya.





Kalau dia tidak pergi sekarang, dia akan terjebak lebih dalam lagi nantinya.

Mereka harus bisa mengatasi rasa mereka sendiri-sendiri. Tidak perlu diumbar, mereka hanya harus menghentikan rasa di hati mereka. Agar hidup lebih nyaman mereka.

Menurut Hoseok ini adalah jalan terbaik, dan dia percaya seperti itu.



















- To be continued

Mannequin - 마네킹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang