Chapter 1 : Bertemu

2.4K 19 0
                                    

Weekend yang panjang ini seharusnya dia pergunakan untuk bercinta dengan tunangannya. Reservasi hotel yang sudah dia pesan harus dibatalkan secara mendadak ketika dirinya menerima telepon dari sang direktur. Titah pria tua itu tidak bisa dibantah olehnya. Jika dia membantah maka hidupnya akan dalam masalah. Contohnya, black card miliknya akan dicabut paksa darinya, dan itu seperti mimpi buruk baginya.

Mobil BMW berwarna hitamnya pun terparkir di depan sebuah rumah dua lantai bergaya modern. Pria itu membuka pintu dan mendaratkan kaki beralaskan sepatu kulit berwarna hitam ke atas tanah. Dia berdiri dengan gagahnya sambil menyapukan pandangannya ke segala arah.

Acara amal dilakukan di belakang rumah panti. Mengingat banyak kegiatan yang akan di adakan membuat mereka memutuskan untuk menggelar acara di sana. Pria itu berjalan melewati ruang tamu, dapur dan akhirnya tiba di halaman belakang panti, yang luasnya bisa menampung dua puluh anak, dan beberapa karyawan Wellmart yang diikut sertakan untuk memeriahkan acara amal ini.

Pandangannya menyapu ke sekeliling.   Berbagai macam makanan sudah di siapkan di meja panjang yang di letakkan di sebelah kiri. Ada steak, ayam goreng, salad, dan buah-buahan segar. Kemudian tatapannya terkunci ketika melihat seorang gadis berambut pirang dengan mata bulat berwarna hijau yang sedang duduk di tengah-tengah anak panti.

Gadis itu memakai pakaian pegawai Wellmart. Pria itu baru menyadari jika salah satu karyawannya ada yang memiliki paras cantik seperti itu. Sial, ke mana saja dirinya sampai tidak tahu ada salah satu pekerjanya yang cantik seperti itu.

"Tuan, saya pikir anda tidak akan datang ke sini."

Mendengar suara yang sangat dikenalnya membuat pria itu berbalik ke belakang. Pria yang tingginya sama dengan dirinya menatap kepadanya sambil memamerkan senyuman lebarnya.

"Tentu saja aku datang. Jangan lupa beritahu pria tua itu jika aku sudah tiba di sini."

"Baiklah," jawab Samuel sembari memotret sosok atasannya itu. "Tuan Robert tidak akan percaya sebelum melihat buktinya langsung."

Pria itu berdecak kesal. Dia pun kembali ke posisi semula, hanya saja iris birunya mendadak panik ketika tidak menemukan sosok gadis bermata hijau itu. Ke mana gadis itu? Sial! Dia kehilangannya!

Tubuhnya pun berbalik ke belakang untuk menyuruh Samuel agar mencari sosok gadis cantik itu. Akan tetapi dia tersentak hebat ketika mendapati sosok itu ada di hadapannya.

"Selamat pagi Tuan William," sapa gadis itu sambil membungkukkan badannya. Sontak semua yang mendengar perkataan itu menjadi menyadari jika Williams Poulter pewaris satu-satunya Wellmart sudah ada di panti asuhan ini.

Wanita paruh baya yang merupakan pemimpin panti asuhan ini segera mendekati Williams. "Saya kira Tuan Williams tidak akan datang ke mari. Bukannya sedang sibuk-sibuknya menyiapkan pesta pernikahan?"

Pria itu tersenyum kaku. Meski pun dia tidak berbicara kepada gadis itu hanya saja tatapan matanya terus tertuju kepada sosok cantik itu.

"Acara amal ini hanya diadakan satu tahun sekali. Tentu saja aku akan meluangkan waktu untuk datang ke sini," jawabnya.

Kemudian ibu panti menyuruh semua anak-anak yang ada di sana untuk mengajak Williams agar bermain bersama dengan mereka. Tentu saja mereka semua sangat senang, kecuali Williams. Padahal gadis itu sudah mendekat kepadanya hanya saja sekarang malah sebaliknya, dia yang menjauh dari gadis itu.

Sial!

Pria itu pun duduk di kursi yang menghadap langsung kepada anak-anak itu. Di tangannya sudah ada sebuah buku dengan judul Cinderella. Ibu panti menyuruhnya untuk menceritakan kisah ini, karena tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan.

Padahal dia tidak pernah menyukai kisah Cinderella ini. Menurutnya alasan pangeran memilih Cinderella sebagai ratu di kerajaannya bukan karena kebaikan hatinya. Melainkan kecantikan yang dimiliki oleh Cinderella. Jika Cinderella itu buruk rupa, tidak mungkin pangeran akan menyukai dan menjadikannya sebagai ratu di istananya.

"Cinderella dan pangeran pun menikah... Tamat," ucap pria itu yang merupakan akhir dari cerita tersebut.

Semua yang ada di sana pun bertepuk tangan. Para anak-anak yang senang mendengar cerita itu tersenyum dengan ceria. Ibu panti yang ada di sana pun menyuruh semuanya untuk mengambil makanan siang masing-masing. Williams pun memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan memutuskan untuk berdiri di samping Samuel.

"Apakah aku terlihat tampan di dalam video itu?" tanyanya ketika melihat Samuel menutup handycam yang dipegangnya.

Pria bermata cokelat itu menganggukkan kepalanya. "Malam ini kau akan diizinkan keluar."

Williams terkekeh dan setuju dengan ucapan asisten pribadinya itu. Iris birunya kembali menatap gadis itu yang sekarang sedang memakai apron berwarna merah muda. Melihatnya membuat pikirannya bergerak liar. Bagaimana jika gadis itu memakai apron tanpa menggunakan sehelai benang pun di baliknya?

Tubuh pria itu seketika merasakan sensasi aneh ketika membayangkannya. Dia rasanya ingin sekali menarik wanita itu ke ranjangnya dan membuatnya telanjang buat di kasurnya. Pasti sangat menyenangkan.

"Sepertinya malam ini kau tidak akan menghabiskan malam dengan tunangan kau," ujar Samuel yang sedari tadi memperhatikan tatapan tuannya yang tertuju kepada sosok gadis yang sedang membagikan makanan.

William menyeringai lebar. Pria itu memang selalu terbuka kepada Samuel. Tidak ada yang dia tutupi. Termasuk ketertarikannya kepada gadis itu.

"Jangan terlalu berisik." William lantas berjalan menjauh dari Samuel dan mendekati meja penuh makanan itu. Jantungnya berdetak dengan cepat ketika mereka bertemu tatap.

"Aku ingin steak itu. Bisakah kau membawakannya untukku?"

Gadis itu menganggukkan kepalanya. Membuat William menyeringai lebar dan terus memperhatikan gerakan tangan mungil yang sedang menaruh steak itu di atas piringnya.

"Aku harus membawanya ke mana?"

Ke kamarku.

Hanya saja dia tidak bisa mengatakannya. Belum saatnya William, kau harus bermain secara lembut agar gadis itu tidak kabur sebelum dibawa ke ranjang.

"Ke ruang tamu. Aku tidak bisa berkonsentrasi dengan baik jika makan bersama mereka." Pria itu langsung pergi dari sana dan melangkahkan kakinya menuju ruang tamu yang ada di sana. Gadis itu terus mengikuti di belakangnya sambil membawa steak yang dipesan oleh pria itu.

William duduk di sofa sedangkan gadis itu menaruh steak yang ada di sana di meja tepat di hadapan pria itu.

"Nama kau siapa?"

"Mia Jhonson."

Pria itu menyeringai puas dan menyandarkan punggungnya di sofa. "Kalau nanti aku antar kau pulang, apakah kau akan menolaknya?"

"Untuk apa kau mengantarku pulang? Aku bisa pulang bersama dengan teman-temanku," jawab gadis itu kemudian pergi meninggalkan pria itu.

William menyunggingkan senyuman lebarnya. Dia semakin tertarik dengan gadis itu. Tidak ada satu pun gadis yang mampu menolaknya, dan gadis itu berhasil membuatnya merasa tantangan baru seperti ini.

SELINGKUHAN CEO [PINDAH KE KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang