Bab - 2

2 0 0
                                    

"Kita ke tempat Lik Yuan dulu."

Kang Legi segera menarik lengan adiknya.

"Lik Yuan?"
Paijan terlihat kebingungan.

"Iya," balas Kang Legi.

"Potong rambut?" tanya Paijan dengan malas.

Tanpa menanggapi ucapan adik tirinya Legiman tetap menyeretnya menuju ke tempat Lik Yuan. Sesampainya di rumah yang bagian terasnya ada papan bertuliskan 'Potong Rambut Yuan' dua laki-laki berhenti, dan Kang Legi melangkah ke pintu masuk lebih dulu, tetapi kaki Paijan berat untuk melangkah masuk. Kang Legi menoleh ke belakang sambil memberi kode dengan kepalanya agar Paijan segera masuk. Paijan mendekat, tetapi berdalih.

"Ta-tapi Majnun suka rambut gimbalku, Kang."
Ucapan Paijan membuat Legiman melotot.

"Istrimu sudah menghadap Illahi, jangan bicara seperti itu, Jan.''

"Majnun masih sering datang malam-malam, Kang," protes Paijan.

"Katamu wanita berkain batik, sekarang istrimu. Mana yang benar, Jan." Legiman menghela napas berat sambil mengeluarkan mimik gemas.

"Wanita itu mirip betul dengan Majnun," jelas Paijan.

"Jangan bilang wanita di mimpimu itu juga melayanimu, Jan," bidik Kang Legi.

Paijan kembali garuk-garuk kepala sambil meringis.

"Hah?!"

Legiman mengusap wajahnya sendiri sambil geleng-geleng kepala.
Paijan hanya menatap aneh atas kelakuan kakaknya. 

"Jangan-jangan wanita di mimpimu itu bukan manusia," lanjut Legiman.

"Apa lagi yang kamu lakukan dengan wanita itu!" hardik Legiman.

"Emmm ...," gumam Paijan.

"Kang Legi, tumben mampir?" Gaya Lik Yuan menyapa sungguh kemayu, jauh dari kesan jantan. Dua laki-laki yang dikenal Lik Yuan masih saja berdiri di pintu masuk. Tangan gemulai pemilik barbershop merangkul kedua tamunya.

"Ini nganter Paijan."
Kang Legi menarik tangan adiknya untuk mengikuti langkah Yuan.

"Duduk sini Mas Pai."
Yuang tidak hanya jago memotong rambut bergaya modern, tetapi juga memotong nana orang agar terdengar lebih kekotaan. Tangan pemilik salon menarik satu kursi yang ditinggalkan orang yang sudah selesai merapikan rambut.

"Di plontos halus, Lik Yuan," pinta Kang Legi.

"Loh, nggak diratakan saja, sayang rambutnya hitam dan tebal ini, Kang." Logat manja centil kembali muncul digaya Yuan bicara.

"Bau gitu, sekalian untuk membuang sial, Lik," tukas Kang Legi tegas.

"Okey, baiklah," balas Lik Yuan.

Yuan memanggil pegawainya yang memperhatikan dari dekat meja kasir yang segera mendekat lalu menutup tubuh Paijan dengan jas plastik pencegah potongan rambut menghujani tubuh adik Kang Legi. Setelah siap, pegawai itu kembali ke meja dekat kasir dan Lik Yuan mulai menyemprot rambut gimbal Paijan yang panjangnya sudah hampir menyentuh betis. Rambut gimbal di kepala adik Kang Legi mulai dipisah-pisah. Karena sudah terlalu lama menggimbal ketika gunting siap memotong rambut tiba-tiba terpental jatuh ke lantai. Kemudian gunting diarahkan ke bagian terbawah rambut Paijan yang tidak menggumpal tebal, tetapi kembali terpental jatuh ke lantai. Kang Legi kaget mengetahui gunting jatuh dan sekerupnya terlepas. Yuan pun terlihat kaget. Tidak menyangka genggaman tangannya pada gunting bisa terlepas.

Tetapi Lik Yuan dan Kang Legi belum mempunyai pikiran yang aneh-aneh. Gunting kembali diarahkan ke rambut gimbal Paijan. Lagi-lagi terpental. Kali ini Kang Legi sempat terlonjak kaget menangkap wajah adiknya di cermin. Wajah yang menyiratkan rasa senang meskipun tanpa senyum. Kening Yuan juga terlihat berkernyit.

Cemara di Pantai SlamaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang