Genre : Aku nggak mau kasih tau😛
.
.
.
.
.
.
.
.Seorang gadis menatap sayu ke sebuah gedung bertingkat 30 itu. Apartemen, apartemen ini terlihat besar dan mewah. Ia berjalan gontai menuju pintu gerbang apartemen tersebut.
*
Bruk. Ia menghempaskan tubuhnya pada ranjang. Ia merasa sesuatu yang aneh pada perutnya, perutnya sudah meronta karena kelaparan. Ia mengutuk dirinya karena tidak langsung membeli makanan sepulang kuliah tadi. Mungkin rasa lapar itu muncul karena ia terlalu lama naik lift._.
Olla, ia tinggal sendiri di apartemen ini dengan kamar bernomor 104. Ia menatap halaman apartemen melalui jendela sebelum keluar untuk membeli makanan. Banyak mobil polisi yang terparkir di depan apartemen. Gadis itu menautkan alisnya. Ia ingin tahu apa yang terjadi, namun akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan tujuan utamanya.
***
"Apa kau baik baik saja?" ujar seseorang menepuk bahu Olla lantas gadis itu sontak menoleh. Grace, wanita ini tinggal di sebelah kamar Olla. Ia bertanya dengan tatapan nanar dan gelisah.
"A-aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" Olla tergagap heran dengan tingkah Grace. Grace menghela napas berat.
"Sebenarnya, penghuni kamar 201 dan 101 dibunuh semalam pada waktu yang sama. Kepala mereka terpenggal dan matanya di cungkil keluar. Gadis dari kamar 102 mengaku mendengar suara telepon kamar berdering sekitar pukul 11 malam. Deringan itu berhenti setelah beberapa lama, dan dia mendengar suara jelas mengatakan tiga syllabil yang menyeramkan, dan seseorang mulai berteriak. Gadis itu pindah pagi ini, aku tidak menyalahkannya. Dia mengambil langkah yang tepat."
"Hm?" Olla bingung apa yang diucapkan tetangganya itu.
"Jangan pedulikan aku, aku pemegang sabuk hitam. Kalau kau ada apa apa, jangan sungkan datang ketempatku. Kita kan tetangga."
"Ya, terimakasih," wanita itu kembali melanjutkan belanjanya dan berjalan menjauhi Olla yang masih dirundu kebingungan.
***
Olla terus membolak-balikan tubuhnya di atas ranjang. Ia terus memikirkan apa yang di katakan Grace. Setelah ia menyelesaikan makan malamnya, ia memutuskan untuk menunggu telepon yang sempat di ceritakan Grace sore tadi.
Sudah pukul sebelas, namun belum ada bunyi telepon. Gadis ini juga mulai mengantuk, ia mulai memejamkan mata. Tiba-tiba ia mendengar suara itu.
'Ringringring'
Olla mempertajam pendengaran. Sepertinya suara itu datang dari kamar 103. Kemudian ia dengar lagi bunyi itu, kemungkinan juga dari kamar 202 dan 203. Selisih beberapa detik kemudian, telepon berdering dari kamar 102.
Bagaimana bisa telepon di empat kamar terpisah dapat berdering di waktu yang sama?
Telepon yang tadi berdering di kamar atas, sudah berhenti. Mungkin diangkat oleh pemilik kamar. Dan samar-samar, Olla mendengar tiga syllabil itu diucapkan tapi lebih seperti gumaman.
Sebenarnya ia tidak terlalu memikirkan apa yang di katakan Grace. Tapi semua yang di ceritakan olehnya, benar-benar terjadi. Telepon dari kamar Grace terus berdering, mungkin lebih baik jika ia tidak mengangkatnya.
Teleponnya terus berdering. Gadis ini buru-buru memakai sandalnya dan bergegas keluar menuju kamar 103, kamar tempat Grace dan keluarganya tinggal. Ia mendobrak pintunya, "jangan angkat telepon itu, Grace."
Sayangnya, ia terlambat. Grace lebih dulu mengangkat telepon itu. Setelah wanita itu mengangkat telepon, dia mulai mengatakan tiga syllabil.
"Hah Tah Yo"
Ia tidak mengerti sama sekali, namun ia rasa tiga kata itu memiliki makna yang dalam. Ia berlari lagi ke lantai atas untuk mengecek penghuni kamar tepat di atas kamarnya. Mereka juga baik-baik saja.
Kemudian ia kembali untuk mengecek Grace, tak terjadi apa-apa. Mereka tetap baik-baik saja.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mereka selamat. Lantas bagaimana bisa penghuni dari kamar 101 dan 201 di bunuh? Olla tertegun.
Bagaimana kalau mereka yang mengangkat telepon itu selamat, sedangkan yang menjadi korban adalah mereka yang tidak mengangkat telepon?
Oh shit.
Ia masih berada di lantai tiga karena kuatir akan keadaan penghuni kamar lain. Namun malah terdengar suara dering telepon dari kamarnya.
Ringringring.
Ringringring.
Ringringring.
Ringringring.
Ringringring.Terimakasih, telepon itu masih berdering. Aku selamat, pikirnya. Segera ia masuk, dan mengangkat telepon itu. Tetapi tiga Syllabil yang ia dengar berbeda.
'Kau terlalu lambat'
Dan semuanya menjadi gelap.
-End-
nb.
syllabil : kata.Vote dan comment yaaa! Laffya💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Collection ☆彡
ContoBerisi sekumpulan cerita pendek satu bagian dari berbagai genre, entah setan mana yang merasuki author sehingga memiliki mood untuk membuat work ini.