Prolog

20 4 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan tengah malam,tapi gadis itu masih terjaga.Ia berbaring di atas kasur menghadap langit kamar. Tangan kiri Louiana terangkat memegang sebuah foto hitam putih yang menampilkan dua orang gadis sedang tersenyum ceria,yang mana salah satunya adalah Louiana sendiri. Sudah tiga tahun dan dia merasa sangat rindu. Lampu kamar sudah dimatikan,hanya diterangi dengan cahaya lampu teras yang dipantulkan oleh jendela yang tidak tertutup gorden. Saat sedang terbuai dalam lamunannya,tiba-tiba kamar gelap gulita. Itu artinya ada yang mengganggu pantulan cahaya dari jendela yang mana itu adalah satu-satunya sumber cahaya.


Jantung Louiana berdetak lebih cepat. Tiba-tiba kepalanya terasa kaku untuk digerakkan ke arah jendela yang letaknya ada di sisi sebelah kanan dirinya. Buru-buru ia pejamkan matanya,berpura-pura untuk tidur.Tangannya yang terangkat ia turunkan perlahan-lahan. Louiana mencoba untuk berfikir positif seperti lampunya yang mati atau itu salah satu anggota keluarganya yang mungkin belum tidur dan iseng. Louiana mengatur nafasnya. Lima menit berlalu,ia memberanikan diri untuk membuka matanya. Nafas lega keluar dari mulut Louiana melihat kamarnya yang sudah diterangi kembali. Kepalanya ia hadapkan ke arah jendela,tidak ada apa-apa,cuma pantulan cahaya.


Louiana bangkit dari posisinya. Ia meletakkan foto tadi ke saku celananya. Sejenak ia ragu. Ia turun dari tempat tidur,berjalan dengan hati-hati menuju jendela itu. Matanya menerawang keadaan di luar rumah,tidak ada apa-apa. Suasana sangat sunyi,hanya terdengar suara detik jam dari kamarnya. Louiana segera menutup jendela,dan kembali ke tempat tidur.


Baru saja ia akan memejamkan matanya,tiba-tiba terdengar suara ketukan. Louiana terlonjak. Entah apakah ketukan pintu atau benda lain.Suara apa itu?Siapa tengah malam begini keluarganya yang belum tidur,fikir Loui. Reflek,ia menaikkan selimutnya hingga ke bahu. Loui tidak menghiraukan ketukan,toh kalau itu anggota keluarganya,mereka akan langsung masuk ke kamarnya. Ia memejamkan matanya lagi.


Kriek


Loui membuka matanya waspada mendengar suara pintu kamar dibuka. Pintu terbuka sedikit,meninggalkan celah disana. Jantung Loui rasanya seperti berhenti. Telinga-nya tiba-tiba tidak lagi mendengar suara detik jam yang memenuhi kamarnya. Pintu dibuka,tapi tidak ada tanda-tanda orang akan masuk. Pandangan Loui terpaku ke arah celah pintu. Gelap. Tentu saja,karena lampu ruang keluarga sudah dimatikan. Loui masih menunggu apa yang terjadi. Ia mengeratkan cengkramannya pada selimut.


"Siapa disana?",Loui berusaha mengumpulkan suaranya. Tercekat. Keringat dingin keluar dari pelipisnya. Menelan ludahnya sendiri pun terasa susah.


Satu detik


Dua detik


Tiga detik


Brak!


Pintu terbuka lebar.


Loui menjerit. Teriakannya memekakkan seluruh ruangan. Orang tua serta kakak dan adik Loui seketika bangun dan segera keluar dari kamar masing-masing.


"Apa yang terjadi?",mereka sempat saling bertatap-tatapan dan menyadari teriakan itu berasal dari kamar Louiana. Ayah Loui berlari mendahului ke arah kamar Loui yang tertutup rapat. Ia terkejut tidak mendapati Louiana disana. Hanya selimut yang tergulung tidak rapi dan jendela kamar yang terbuka. Ayah Loui segera memeriksa ke arah jendela yang menghadap langsung ke arah halaman depan itu. Ia tidak melihat siapa-siapa. Tidak ada jejak. Semua terlihat seperti tidak terjadi sesuatu. Ibu Loui yang baru tiba,membekap mulutnya menyadari tidak ada Loui disana. Ia menangis. Ayah Loui menyuruh anak sulungnya untuk segera memanggil polisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRENCHANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang