ME?

55 1 0
                                    

Ini adalah hari pertama aku masuk sekolah, semua ini terasa asing bagiku. Para murid yang berisik, bercanda, bergosip, dan lain-lain. Aku merasa asing dengan suasana ini dan tak tau bagaimana aku harus bersikap, aku merasa seperti kucing yang berada di antara kumpulan singa. Saat memperkenalkan diri di depan 'teman-teman' baruku aku merasa sangat canggung karena dirumah aku tak memiliki teman sama sekali. Teman yang kupercaya satu-satunya berada jauh di luar kota, kami hanya bisa berhubungan lewat dunia maya. Aku sangat anti dengan sesuatu yang biasa di sebut persahabatan, pacaran dan laki-laki. Makhluk tuhan yang sering disebut laki-laki itu sering membuatku jengkel, kesal dan juga trauma. Aku membenci mereka. Kejadian tiga tahun yang lalu cukup membuatku anti pada mereka.


Karena nilai ujianku paling besar di kelas aku dipilih menjadi ketua kelas. Cara pemilihan yang aneh. Aku memiliki wakil berperawakan kecil bernama Rejun. Teman sebangkuku adalah gadis sensitif yang mudah tersinggung dan kadang mempermalukan dirinya sendiri, namanya Aya. Semuanya berjalan buruk sebelum aku menampakkan sifat palsuku, saat aku mulai menampakkannya semua orang mulai mendekatiku supaya tenar. Namun aku tau bahwa semua itu hanyalah kemunafikan mereka. Mereka sering mencampakkanku dan tidak tau terimakasih. Mereka menuntutku dengan apa yang mereka mau, namun mereka tidak mau dituntut dengan hal biasa yang kecil.


Mereka sering berbicara kotor, kasar dan hal-hal yang mesum dan buruk. Mereka menyanyikannya dengan wajah bahagia yang membosankan. Belum lagi saat mereka mulai berpacaran dan bermesraan di kelas. Seperti orang bodoh. Merangkul, dirangkul, memegang, dipegang dan bahkan ada yang sesama jenis walau hanya candaan. Mereka mulai mengejek dengan ejekan mesum kepada seorang siswi yang berdada besar saat pelajaran olah raga, bahkan gurunya ikut mengejek. Dia adalah salah satu dari orang-orang yang sangat kubenci di sekolah ini, guru olah raga yang suka menggoda murid-muridnya dan tak mau di salahkan, namanya adalah Pak Toro.


—————————————————————


Sekarang sedang berlangsung pelajaran PKN yang sangat membuatku badmood karena gurunya membosankan, dia terus menyalahkan muridnya dan mencari muka di hadapan menteri pendidikan yang sedang berkunjung. Saat dia salah sekalipun, dia tak ingin dibenarkan dan terus mencarimuka. Padahal itu tak berguna. Karena menteri pendidikan itu sedang ketiduran. Haha!


Setelah pelajaran PKN yang membosankan tadi, sekarang istirahat. Para murid berhamburan keluar kelas untuk membeli makanan. Begitupula aku. Tapi aku tetap merasa asing. Mereka terlihat sangat bahagia dan asyik. Tapi aku tetap bisa merasakan kebohongan dan kemunafikan dari cara bicara dan gerak gerik mereka. Itu adalah kemampuan khususku untuk melihat secara cermat apa yang disembunyikan seseorang. Pekerjaan tak dibayar untuk menjadi ketua kelas sangat membuatku lelah baik jasmani maupun rohani. Aku sudah mengingatkan mereka sebanyak 27 kali dan tak ada yang mendengarkan. Karena saat aku mulai mengingatkan, yang lain juga berlomba-lomba ikut mengingatkan dalam artian lain mereka ingin diperhatikan.


Pernah suatu hari pada saat pelajaran kosong mereka melakuka apapun sesuka hati mereka tanpa mendengarkanku sama sekali. Di deret kedua baris paling belakang ada seorang gadis berdada besar yang sedang di goda banyak laki-laki. Bodohnya, bukannya pergi atau marah dia malah diam saja sambil tertawa kecil malu-malu. Namanya Dayu. Di sisi lain ada seorang gadis yang sedang didekati pacarnya dan sama kasusnya dengan Dayu, bukanya menjauh tapi malah diam dan tertawa kecil dia itu si Aya dan pacarnya Rafi. Sebenarnya mereka baik, tapi karena ini. Aku membenci mereka. Telihat egois bukan?


Pada dasarnya aku adalah anak yang jarang tersenyum, gila dunia maya, tak peduli suasana dan apapun yang bukan urusanku. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan saat ada seseorang menangis, saat seseorang sedih, saat seseorang senang, saat seseorang mulai termakan egonya sendiri. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan saat semua itu terjadi. Dan yang aku paling tidak tau apa yang harus aku lakukan adalah saat ada seseorang sedang jatuh cinta dan menyukai seseorang. Well, cinta dan suka itu beda jauh kawan. Sangat jauh, antara cinta, persahabatan, suka, sayang, dan juga perasaan negatif seperti benci, sedih, trauma, dendam. Dan hampir semua perasaan pernah menghampiriku. Kecuali cinta.


Saat aku masih di sekolah dasar, aku menyayangi sahabat-sahabatku. Sangat menyayangi mereka, namun yang kudapat adalah kepedihan saat mereka mencampakkanku, menghianatiku dan membuangku dalam lubang terdalam di bumi. Aku selalu mau berkorban untuk mereka, dan hampir melakukan apapun. Namun sekarang mereka melupakakanku. Jahatnya. Aku masih ingat saat aku mengorbankan THR ku untuk mentraktir mereka makan di sebuah restaurant junkfood terkenal di kotaku. Mentraktir mereka makanan jepang dan lain-lain. Padahal aku tidaklah kaya. Aku baru sadar betapa bodohnya aku saat aku sudah gagal selama dua tahun menjalani masa SMP ku dan imbasnya aku harus mengulang lagi seperti saat ini. Disaat mayoritas temanku sudah SMA aku masih bersarang di SMP. Karena tempat tinggalku yang berpinda-pindah. Dari kota A ke kota B lalu ke kota terpencil G dan kembali lagi ke kota A. Seperti membaca puzzle yang aka mengancurkan otak bukan?


Dulu aku adalah anak yang selalu tebar pesona di sana sini, mencari perhatian seperti singa yang menemukan mangsa di antara gurun tandus. Berdandan saat umurku masih 11 tahun, jalan-jalan ke tempat mewah, pamer, berteriak saat ada laki-laki yang bisa di bilang tampan lewat supaya diperhatikan. Namun sekarang aku sudah tak melakukan semua itu, karena itu berlebihan. Saat umurku 12 tahun keluargaku hancur karena suatu hal yang menjijikkan dan mengakibatkan aku menjadi seorang self-lovers. Laptop adalah teman terbaikku. Dia selalu ada saat aku membutuhkannya, dia juga bukan seorang penghianat dan aku tau bahwa "dia" bukanlah panggilan yang pantas untuk makhluk yang tak hidup seperti laptop. Tapi aku tetap ingin memanggil laptopku seperti itu. Aku tidak menyukai lelaki tampan, walaupun sebenarnya aku suka. Aku tidak menyukai lelaki tampan karena aku takut terlena karena mereka. Dan aku memutuskan untuk menyukai lelaki yang 'cantik' saja. Di sekolahku ada seorang lelaki yang cantik. Wajanya putih dan pipinya merona seperti kebanyakan wanita. Wajahnya seperti blasteran Amerika-Indonesia. Sangat cantik. Aku menyukainya! Hanya suka, bukan cinta. Namun untuk ukuran tampan aku juga mempunyai seseorang yang aku sukai, dia tinggi, baik, sedikit nakal, kulitnya eksotis seperti mayoritas orang Indo. Seleraku pasaran sekali ya. Namun dia sama-sama bajing*an seperti teman-temanku yang lain. Dan aku sama-sama bajing*an seperti mereka. Karena kami semua mempunyai banyak kesalahan dan kami bukanlah tuhan yang bisa menjadi makhluk sempurna.


Itu sudah sejak delapan bulan yang lalu aku sekolah di SMP MIS dan sekarang aku sedang dalam masa liburan yang membosankan sekaligus menyenangkan. Di kala pagi sampai sore aku sibuk menjaga adik-adikku yang masih kecil dan saat malam adalah waktu bebas yang sempurna. Menghabiskan malam di depan laptop sampai mataku berkantung dan kulit wajahku tak terawat adalah kebiasaanku. Namun sekarang aku mulai menghidupkan kebiasaanku untuk menghidupkan lagi kulitku yang mulai berjerawat. Faktor frustasi dan kurang tidur. Ugh, ugh, ugh, sepertinya batuk ini menyerang lagi. Aku harus segera pergi.


-TBC-






I Hope YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang