S2. part 1

3K 243 5
                                    

Halo aku kembali lagi, membawakan kelanjutan ceritanya.
Semoga suka dicerita ini?....

17 tahun telah berlalu, kini keluarga Kiel terlihat semakin bahagia. Mereka kedatangan satu anggota baru keluarga, seorang anak laki-laki berparas menawan seperti Kiel.

Sekarang mereka semua sedang berada disebuah taman yang indah, rumputnya sangat hijau. Bermacam bunga bermekaran, mereka bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga.

Sebuah sungai yang sangat jernih, airnya kelihatan melintas di pinggir taman.
Semilir angin pun mereka rasakan disela-sela jarinya, ada banyak orang juga yang sedang menikmati keindahan taman tersebut.

Terlihat Diel sedang sibuk mencari bunga yang ia sukai, bahkan mondar-mandir untuk melihat bunga berwarna-warni.
Kiel juga ikut membantu memilih bunga yang disukai oleh Diel, seperti yang kita ketahui ia sangat suka tanaman bunga, bahkan di rumahnya sudah banyak jenis-jenis tanaman bunga berwarna-warni.

Dean dan Dea hanya bisa pasrah melihat Papanya seperti itu, mereka berdua tidak ikut membantu karena Papanya terus bolak-balik. Membuat keduanya sangat malas, melihat saja sudah lelah bagaimana membantunya.

"Dean, Dea!" Diel memanggil kedua anaknya, membuat Mereka berdua menoleh melihat sang Papa sedang memegang sebuah tanaman di tangannya.

"Menurut kalian berdua cantikan yang mana? merah atau ungu?" tanyanya, menunjukkan kedua tanaman bunga tersebut.

"Merah cantik tuh," jawab Dean dengan malas,
sedangkan Dea meresponnya dengan anggukan kepala, menandakan bahwa ia setuju dengan jawaban Dean.

"Ah... Kalian ini gimana sih, cantikan juga warna kuning," ujarnya, sambil meletakkan kedua bunga tersebut. Kemudian mengambil bunga warna kuning.

"Papa gimana sih? terus ngapain suruh kita berdua milih, kalo ujung-ujungnya milih yang lain!" ketus Dea yang kesal.

"Papa kan minta pendapat kalian berdua, tapi setelah dipikir-pikir pilihan kalian jelek semua."

"Terserah Papa aja lah, cape banget sih!"

"Lah bodo amat," ujarnya yang kembali memilih tanaman.

"Papa lo rese banget sih, Dean."

"Papa gue, Papa lo juga!"

"Biasa aja kalo ngomong! Gak usah ngegas!"

Plak!

"Awh! lo kalo ngomong jangan sambil nampar, bisa gak sih?"

"Gak bisa, gue lagi kesal."

"Lo kan kesalnya sama Papa, kenapa gue yang disalahin?"

"Habisnya! Papa lo itu dari tadi pagi sampe menjelang sore, belum selesai juga pilih bunga!" ucap Dea sambil membentak Dean, untung saja Dean segera menutup kedua telinganya agar tidak budek mendengar suara Dea yang cempreng.

"Lo! bisa kan ngomong biasa aja gak usah ngebentak gue!" teriak Dean tak kalah cemprengnya.

Sedangkan Dea hanya cemberut tidak merespon, ia pun menghampiri sang Papa yang berada di tengah-tengah tanaman tersebut.

"Papa udah belum? pulang yuk Dea bete nih."

"Ini anak gak sabaran amat sih, tunggu aja sana bisa gak sih."

"Papa Dean juga bete nih, pulang yuk."

"Ini juga sama... Kalian berdua tuh gak seperti Kai, lihat dia dari tadi anteng bantuin Papa."

Dea dan Dean menatap Kai yang sedang, memilih tanaman bersama Daddy Kiel.

Sedangkan Kai merasa tidak enak di tatap seperti itu. "Ada masalah?" dengan polosnya Kai bertanya seperti itu.

Kemudian Dea membalasnya dengan gelengan kepala. "enggak ada."

Kai merupakan anak angkat dari pasangan Kiel dan Diel. Kai sendiri adalah anak dari pasangan  Rendy dan Noval, mereka menitipkan anaknya yang bernama Kai.

Dikarenakan mereka harus fokus kuliah pada saat itu, mereka menemukan seorang anak laki-laki di pinggir jalan seorang diri. Pada akhirnya Rendy dan Noval memutuskan untuk merawat dan membesarkan.
Tapi sayang waktu mereka tidak ada, dengan terpaksa Kai harus dititipkan pada Kiel dan Diel.

Namun sekarang Kai lebih dekat dengan keluarga Kiel dan Diel, karena Rendy dan Noval juga sibuk bekerja dan sangat jarang ada luang bersama Kai.

Kai Renault, Kiel memberikan nama untuknya, Karena Kai memiliki wajah tampan seperti dirinya.
Rendy dan Noval tidak keberatan dengan nama tersebut.

"Papa ayo pulang." Dean terus menarik-narik lengan Diel, membuat ia sangat risih pada anaknya.

"Bentar lagi Papa masih sibuk, lihat cantik gak yang ini?"

"Papa beli aja semuanya lah, lama amat dah!" dengus Dean lagi, yang terlihat makin kesal itu.

"Kalo papa beli semuanya, mau di tanam di mana?"

"Di atas balkonnya Dea masih kosong, tanam di sana aja."

"Sembarangan kalo ngomong, jangan bikin malu gue deh." timpal Dea, tidak terima jika balkon kamarnya penuh dengan tanaman.

"Kalo perlu di atas genteng, Papa tanam aja di sana, lama-lama tuh rumah jadi bukit," ucap Dean asal ceplos.

"Ide bagus," balas Diel menyetujui ucapan Dean.

"Papa! Dean bercanda loh, aahk!" Dean sangat jengkel pada Diel Papanya, ia begitu prustasi dibuatnya.

"Bisa-bisanya Daddy, tahan sama Papa," ucap Dea yang salut, sambil bertepuk tangan.

"Kalo Daddy gak tahan sama Papa, kita berdua gak akan ada di dunia ini, bangke!"

"Apaan sih, Dean. orang gue cuma ngomong gitu," balas Dea. "tapi... Gak kebayang juga pas muda Papa kaya gimana?"

"Lo tinggal ngaca aja, nah kaya gitu persis seperti lo, bikin rese."

"Gak ngaca, orang lo juga sama tolol!" Dea menoyor kepala Dean yang menjengkelkan.

"Gak sopan, gue ini Abang lo!"

"Abang? beda 3 menit doang belagu," cibir Dea tidak perduli sudah, membuat Dean sangat kesal padanya.

Binal Vs Tsundere [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang