Prolog

50 9 4
                                    

“Diwa, aku boleh pergi sekarang?” gadis itu menghela nafas kasar, tangannya menggenggam erat tangan milik laki laki didepannya. Ia bisa merasakan lelaki itu membalas genggaman tangannya lebih erat. Ia tau lelaki itu menangis tetapi mencoba menahannya.

“Aku nanti balik lagi—” gadis itu mengelus tangan lawannya dengan pelan, “aku pasti balik” dia tersenyum pada arah yang tidak menentu.

Lelaki itu menunduk, ia mengelus tangan milik gadis didepannya. Matanya berair bahkan sedikit mengeluarkan cairan tetapi bibirnya tersenyum lebar berusaha terlihat kuat walaupun ia tidak yakin gadis itu bisa percaya dengan apa yang tidak ia lihat,

“Aku tunggu kamu, aku akan lanjutin cita cita aku dan nunggu kamu kembali” suaranya terdengar pelan sampai hampir tidak terdengar, deru nafasnya terasa menyesakan. Perasaan takut dan khawatir bercampur, lelaki itu memeluk erat gadisnya,

“Seniman Diwangga Putra—” gadis itu tersenyum sambil mengecup pundak lawannya “kamu harus meraih mimpi kamu.”

Sejak hari itu tidak ada lagi kenangan yang terlukis. Moment yang pernah ia mimpikan menghilang, bahkan untuk bangun tidur rasanya tidak ada semangat. Ia selalu menjadi orang tertutup yang tidak pernah mengizinkan siapapun tau perihal kehidupan nya, kecuali — Adinda Semesta.

DIWANGGA [ NEW STORY ]

and

Hi, gua Diwangga Putra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, gua Diwangga Putra.

DIWANGGA [ NEW ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang