O N E

1.8K 154 3
                                    

Semua orang tau, bahwa Na Jaemin dan Mark Lee sangatlah berbeda. Jika diibaratkan, mereka layaknya matahari dan bumi. Dunia mereka saja sudah berbeda. Jaemin yang selalu sibuk berkutat dengan buku-buku tebal berisikan rumus-rumus yang membuat kepala terasa pening, mengikuti banyak olimpiade dan menjadi siswa kebanggan disekolahnya. Jaemin adalah siswa terbaik.

Sedangkan Mark sebaliknya. Dunia malam adalah tempatnya. Balapan, merokok, alkohol, dan sex adalah sahabatnya.

Mark Lee adalah berandal sekolah yang merangkap sebagai cassanova. Mulai dari para gadis hingga lelaki submisif disekolahnya berlomba-lomba untuk mendekati lelaki itu walaupun hanya untuk sekedar one night stand.

Walaupun Mark sering melakukan ons untuk bersenang-senang, tetapi ia tetap selektif dalam memilih partnernya. Hanya beberapa orang saja yang berhasil melakukan hubungan sex dengannya. Sedangkan yang lain hanya sebatas make out, tidak lebih.

Namun siapa sangka, jika si berandal Mark Lee malah terlihat mengejar siswa paling lurus disekolahnya; dalam artian dia tidak pernah melakukan hal aneh yang bisa merugikan dirinya dan mencoreng prestasinya saat ini.

"Na Jaemin, kumohon. Bantulah aku." Mark sudah frustasi dibuatnya, ia terus merengek dan mengekori Jaemin kemanapun lelaki manis itu pergi. Namun Jaemin tidak ingin membuang waktunya untuk menanggapi lelaki itu.

"Jaemin, aku tau kau tidak tuli. Bukankah pak Kim sendiri yang memintamu untuk menjadi mentorku?" Langkah Jaemin terhenti disusul dengan Mark yang kini berdiri dihadapannya, memblokade jalan agar Jaemin tidak lagi melengos pergi meninggalkannya.

"Dan bukankah aku sudah menolaknya, Mark?" Jaemin sudah jengah karena harus dibuntuti oleh Mark sejak mereka keluar dari ruang guru.

"Aku tau, tapi pak Kim bersikeras menyuruhku untuk menjadikanmu mentorku. Aku harus mendapat nilai minimal B disetiap mata pelajaran, Na. Setelah itu aku berjanji untuk tidak mengganggumu— dan oh! Aku juga akan membayarmu tenang saja." Mark terus berupaya untuk membujuk lelaki manis yang menjadi teman sekelasnya sejak keduanya masuk ke sekolah menengah itu.

Jaemin tidak merespon, ia hanya menghela nafas pelan sebelum menanggapi, "tapi aku tetap tidak mau, Mark. Ada banyak murid pintar disini, kenapa harus aku?"

Mark mengepalkan kedua tangannya diudara, menatap Jaemin dengan gemas sebelum akhirnya mengusap rambutnya ke belakang dan mengerang frustasi, "sudah ku katakan padamu jika pak Kim memintamu untuk menjadi mentorku, Na Jaemin. Lagipula kenapa kau menolak? Bukankah tawaranku sudah cukup? Aku akan membayarmu."

"Itu bukan soal uang, aku hanya tidak ingin berurusan denganmu."

"Kenapa? Memangnya apa yang salah denganku?"

Kau yang bermasalah, ucap Jaemin dalam hati. Lalu ia menyadari jika ada banyak pasang mata yang mengawasi mereka. Bagaimana tidak? Selama hampir dua tahun mereka menjadi teman sekelas, mereka hampir tidak pernah bertegur sapa atau bahkan untuk sekedar mengobrol. Namun kini keduanya tiba-tiba terlihat berduaan dengan Mark yang terus mengekorinya.

Jaemin mendesah kesal, "baiklah, tapi jika kau membuatku kesal, carilah mentor baru." Tukas Jaemin final. Mark tersenyum girang, "oke, bisa kita mulai sesi belajarnya lusa?"

Lelaki Na itu mengangguk kecil, "baiklah." Kemudian ia mendorong bahu lelaki itu agar menyingkir dari jalannya lalu melenggang pergi meninggalkan Mark sebelum akhirnya kembali menghentikan langkahnya untuk berbalik, "oh iya, dan kau tidak perlu membayarku." Setelah itu Jaemin benar-benar berjalan pergi hingga punggungnya menghilang dibalik kerumunan siswa yang berlalu lalang.

"Oy, Mark." Seseorang menepuk punggung Mark hingga lelaki blasteran itu menoleh dan mendapati sahabatnya sedang tersenyum mengejek kearahnya hingga kedua matanya membentuk bulan sabit.

Never Be The Same | MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang