T W O

1.5K 136 17
                                    

Haechan melongo tidak percaya setelah mendengar seluruh cerita dari sahabatnya itu, "benarkah? Wah, padahal aku baru tidak masuk sehari saja sudah ketinggalan berita seperti ini?"

"Siapa suruh kau bolos?"

Haechan berdecih, menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi sambil memainkan sedotan di gelas minumannya. "Itu karena kak Jo baru kembali dari Chicago. Aku dan keluargaku pergi berlibur sehari karena hari ini ayahku harus pergi lagi." Ujarnya, ia menyesap minumannya sebentar sebelum kembali melanjutkan sambil menunjuk paper bag disebelah sahabatnya itu, "dan lihat, kau bahkan mendapat oleh-oleh dari kakak dan ibuku."

Lelaki Na itu tertawa pelan, "hahaha iya, terimakasih oleh-olehnya tuan muda Lee."

Jaemin tertawa pelan melihat Haechan yang mendengus sebal. Memang kemarin sahabatnya itu izin tidak sekolah karena urusan keluarga. Kakaknya yang baru saja menyelesaikan studi nya di luar negeri itu kembali. Dan mereka sepakat untuk family time bersama sebelum ayahnya harus pergi ke luar negeri untuk bekerja.

"Lalu, bagaimana kau dengan Mark?"

"Bagaimana apanya?"

Lelaki manis kelahiran bulan Juni itu memutar bola matanya malas, "ya kelanjutannya. Kapan kau akan mulai menjadi tutornya?"

"Hehehe besok." Jaemin tidak bisa menahan senyumnya. Sedangkan Haechan hanya menatapnya geli, "kau sesenang itu?" tanyanya. Jaemin mengangguk antusias, "tentu saja."

"Hahh, bagaimana jika Mark tau kalau kau sering menjadikannya objek fantasimu, ya?" kata Haechan. Sebuah pukulan diterimanya hingga ia mengaduh kesakitan sambil mengusap bahunya yang baru saja menjadi sasaran. Jaemin menatapnya tajam sembari membenarkan posisi duduknya.

"Jaga bicaramu, brengsek. Bagaimana jika ada yang dengar?"

"Biar saja mereka tau, Na Jaemin yang terlihat polos ini rupanya menjadikan Mark sebagai fantasi nya saat bermain solo." Ledeknya, hampir saja Jaemin ingin menyiram sahabatnya itu.

Hanya Haechan yang tau perihal sisi gelapnya itu. Karena lelaki bermarga Lee itu yang tidak sengaja menemukan dildo miliknya berada di laci meja belajarnya. Dan dengan terpaksa ia menceritakannya pada Haechan yang membuatnya ditertawakan oleh lelaki itu.

"Wah, apakah ini suatu kemajuan? Siapa tau akan terjadi sesuatu."

Jaemin hanya bisa tertawa pelan, "tidak mungkin, Chan. Aku sama sekali bukan seleranya."

"Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi kedepannya, Na Jaemin."

Keesokan harinya, Jaemin menepati janjinya untuk menjadi mentor lelaki yang disukainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Jaemin menepati janjinya untuk menjadi mentor lelaki yang disukainya. Mark mengiriminya pesan berisikan alamat dan waktu mereka akan memulai sesi belajar.

Mark menyuruhnya datang jam 4 sore. Padahal hari ini akhir pekan, biasanya ia akan menghabiskan waktunya untuk tidur, menonton film atau pergi bersama Haechan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never Be The Same | MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang