[PROLOG] Night Ride

337 28 1
                                    

Pukul 2 dini hari, motor besar berwarna merah melaju dengan kecepatan rendah menyusuri jalanan kota yang lenggang. Seorang pemuda dan seorang penumpang yang dibawanya mengendarai motor besar itu nampak santai sembari menikmati angin malam yang berhembus menerpa wajah mereka, membawa serta partikel-partikel polusi udara dari kesibukan kota.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Nath kepada penumpang yang dibawanya.

"Kecepatan." Jawab penumpang itu

"Kenapa??"

"Hanya saja, bagaimana jika kau melajukan kendaraan ini dengan lebih cepat? Apakah dia akan bisa membawaku ke rumah dalam 5 menit atau dia hanya akan membuat debu-debu diwajahku semakin menumpuk."

Mendengar celotehan penumpangnya, pemuda yang bernama Nath itu hanya bisa tertawa. Karena benar juga, pada saat ini sebagian besar orang pasti sudah terlelap jauh ke dalam mimpi mereka. Sedang dirinya masih saja berkeliaran menembus dinginnya angin malam. Tak heran jika teman seperjalanannya merasa perjalanan mereka hari itu harus cepat diakhiri.

"Bilang saja kalau kau mengantuk, hahaha.." Ejek Nath yang merasa kawannya ini makin haru makin payah.

"Dan jika aku bilang aku mengantuk apa kau akan mempercepat laju motor sialanmu ini?"

"Motor sialan kau bilang? Motor ini lebih berharga daripada nyawaku kau tau?"

Nath merasa sedikit tersinggung dengan ucapan kawannya itu. Bisa-bisanya orang yang sudah mengetahui Nath luar dan dalam serta yang sudah Nath anggap sebagai keluarganya sendiri itu mengatakan hal seperti itu di depannya. Ini pertama kalinya sahabat karibnya itu mengatakan hal jelek tentang motornya yang sangat Nath cintai. Nath sendiri cukup terkejut, karena dialah satu-satunya orang yang pernah beritahu tentang latar belakang Nath memiliki motor itu. Namun Nath berpikir mungkin sahabatnya sudah kepalang sering melihat Nath mengeluh akan kondisi motornya yang memang sudah tua dan seringkali rusak atau mogok, jadi dia merasa Nath tidak akan keberatan jika sahabatnya itu mengolok motornya sesekali seperti yang sering Nath lakukan.

"Yah..yah.. aku tau. Kau sudah menceritakannya berulang kali, tidak perlu repot-repot mengatakannya lagi sekarang. Lagipula setelah aku pikir-pikir, bukankah nyawa kita lebih berharga dari segalanya? Dengar, seberapa kerasnya aku mencari pembenaran atas alasanmu mencintai motor ini, aku tetap tidak bisa menemukan hal yang rasional di dalam alasanmu."

"Tidak ada yang menyuruhmu berpikir, karena dalam mencintai manusia tidak butuh rasionalitas."

"Huft, terserah kau saja lah!" Balas sahabat Nath dengan lenguhan lelahnya.

"Hahaha, jadi kau ingin apa tadi? Sampai ke rumah dalam 5 menit kan?"

"Memang bisa?"

Nath melepas tangan kirinya yang tidak memegang kendali gas dan menggamit salah satu lengan sahabatnya, kemudian melingkarkan lengan itu pada pinggangnya sendiri.

"Pegang pinggangku erat-erat, dan kubur wajahmu di punggungku. Kita akan sampai di rumahmu dalam waktu kurang dari 5 menit."

"Benarkah? Tunggu sebentar Nath."

Penumpang itu memperbaiki posisi duduknya. Kedua lengannya merangkul erat pinggang Nath, sedangkan wajahnya ia benamkan di sela-sela punggung dan tengkuk leher Nath. Setelah itu dia memberi Nath aba-aba, menandakan dirinya sudah siap.

"Siap Will?! Home we're coming!!"

BELANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang