"Bu guru, kalau kita lahir dari ibu. Terus bagaimana dengan Jisung? Dia kan tak punya ibu"
Pertanyaan itu membuat Jisung kecil terdiam,
Dirinya yang baru menginjak 9 tahun,
Dibuat bungkam dengan pertanyaan itu."Astaga, lain kali jangan bertanya hal seperti itu ya"ucap wanita dewasa itu kepada murid yang bertanya tadi.
Jisung mengeratkan jemari,
Entah rasa marah atau sedih, namun yang ia lakukan hanyalah menahan diri.-
Brak
"Hahaha! Ibunya bahkan membencinya"ucap seorang anak kecil sekolah dasar.
Sedangkan Jisung hanya bisa meringis sakit,
Karena punggungnya membentur loker yang berada di bagian belakang dari kelas."K-kenapa kalian b-begini?"ucap bibir ranum itu bergetar
"Karena kau tak seperti kami semua yang punya ibu,hahahah"-
"Hei, sudah kubilang bukan. Kau harus memberikan ku 200.000 won hari ini"ucapan itu menekan Jisung.
"A-aku minta maaf. Aku tidak punya uang-"
"Hahh"lengahan nafas jengkel itu menyela ucapan Jisung. Terlihat wajah kesal pemuda dihadapannya itu yang kini mengcengkeram kerahnya.
Bugh
"Kau"
Bugh
"Pikir
Bugh
"Aku"
Bugh
"Peduli"
Brak
"HAHHHH?!!!!" Teriakan itu menggema ke seisi kelas,
Sesaat setelah pemuda itu menghempas kan tubuh Jisung menghantam meja.Masa JHS nya yang tak begitu jauh dengan waktu dia disekolah dasar.
Dia tetap saja dibully habis-habisan.Tak ada yang menolongnya,
Didalam hatinya, ia merasa bahwa murid-murid lain pun tidak punya pilihan selain hanya bisa memperhatikan."Ibumu saja tidak peduli padamu, lalu kenapa aku harus peduli-... hei apa yang kau lakukan?!"ucapan pemuda itu berubah amarah saat ia melihat Jisung merengkuh kakinya.
Jisung berusaha melakukan perlawanan dengan mencengkeram kaki pemuda itu.
"Dasar gila"Bugh
-
TAK
"Akkk"Jisung tersadar dari lamunannya saat teman sebangkunya -Haechan- menjentikkan jarinya ke dahinya.
"Hei! Jangan melamun!"ucap Haechan sambil mendudukkan dirinya.
Jisung tersadar bahwa ia baru saja mengingat kenangan buruknya sewaktu masih JHS dan sekolah dasar dulu.
"Hahhh"Jisung menghela nafasnya, kemudian merebahkan dirinya pada meja,
Menenggalamkan wajahnya di lipatan tangannya.
Kehidupannya terasa tidak mudah,
Apalagi ia masih terbayang-bayang dengan sosok sang ibu.Tapi untunglah, masa SHS nya terasa tenang.
Tak ada yang membully-nya."Haechan-ah"panggil Jisung kepada pemuda Lee disampingnya itu yang sibuk berkaca pada ponselnya
"Apa?"sahut Haechan singkat
"Apa aku lahir dari batu?"ucap Jisung dengan suara yang terdengar tenggelam karena ia menyembunyikan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren ( love for mom ) | JaeJiYong
FanfictionDi umur nya yang ke tujuh belas tahun, Membuat Jisung semakin bertanya-tanya mengenai keberadaan sang Ibu, yang hingga sekarang belum bisa di lihatnya. Rasa penasaran yang menumpuk sejak kecil, membuat nya semakin ingin bertemu . Sulit, terasa sulit...