37

524 111 54
                                    

Rumah Nenek Haemin, 7 tahun lalu.

"Tahun ini pun dia tidak datang ke festival tahunan SIS. Sepertinya dia membenci festival itu sejak seseorang bernama Jack dan sasaeng bodoh meninggalkannya tanpa penjelasan." Pemuda bermata emerald mengerling Taehyung yang masih menatap rumah nenek Rosie dari balik kaca jendela mobil. "Kenapa tidak menemuinya saja, Tae? Kita sudah sampai di depan rumah neneknya." Dia membuang napas kasar sebab Taehyung hanya membisu.

"Lebih baik seperti ini. Dengan begitu, Rosie akan lebih mudah melupakanku," jawab Taehyung, setelah terdiam beberapa saat tanpa mengalihkan pandangan dari rumah yang kini ditempati Rosie bersama neneknya.

"Lalu bagaimana dengan dirimu? Kau selalu datang kemari setiap akhir pekan hanya untuk memastikan dia baik-baik saja selama 2 tahun ini."

Taehyung diam, tidak memberikan tanggapan. Pandangannya masih menetap di tempat yang sama.

"Aku ingat saat Jimin meminta Jennie untuk menemani Rosie di rumah. Saat itu nenek Haemin sedang dirawat di rumah sakit, dan kau dengan sigap menawarkan diri untuk mengantar Jennie kemari. Tapi, kenapa saat itu kau tidak menemuinya dan mengatakan kalau kau adalah Jack dan pengagum rahasianya selama ini?"

"Aku tidak bisa tiba-tiba menemuinya dan mengatakan kalau aku adalah Jack yang bersamanya di pesta dansa 2 tahun lalu, atau Taehyung yang selalu menaruh sesuatu di lokernya setiap hari." Vokal Taehyung menyendu. "Aku tidak bisa melakukannya, Hyung."

"Tapi kenapa, Tae?"

"Rosie sudah membenciku saat itu."

Pemuda bermata emerald itu dapat melihat bulir kristal yang tertahan di pelupuk mata sang adik saat dia menatapnya.

"Alasan Jimin meminta bantuan Jennie untuk menemani Rosie meski mereka sudah berpisah adalah karena ..." Taehyung menjeda ucapannya. "... malam itu hujan deras disertai petir, dan Rosie sendirian di rumah."

"Maksudmu, Rosie takut petir?"

Taehyung menggeleng pelan. "Tidak, Hyung. Rosie ... trauma pada keadaan yang mengingatkannya pada kejadian di malam dia menungguku di SIS."

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti, Tae."

"Di hari terakhir aku memberikan bunga dan lukisan pada Rosie, aku mengatakan padanya kalau hari itu adalah hari terakhir aku menjadi sasaeng bodohnya."

"Hari terakhir? Maksudmu sehari setelah upacara kelulusan?"

Taehyung mengangguk. "Aku tidak tahu kalau saat itu Rosie sengaja menungguku hingga tengah malam di sekolah."

Sang kakak memaku fokusnya pada Taehyung. Jujur saja dia terkejut dengan pengakuan adiknya, sebab dia mengira, selama ini Taehyung tidak pernah menyembunyikan apapun darinya.

"Kita berdua tahu alasan, kenapa tidak ada seorang pun yang mencurigai kita di sekolah saat aku bertingkah seperti penguntit."

Kakak Taehyung mengangguk. Dia ingat pernah meminta Tn. Song, si penjaga sekolah, untuk berjanji tidak memberitahukan pada siapapun tentang apa yang mereka lakukan.

"Paman Song menepati janjinya hingga sekarang, Hyung." Taehyung tersenyum getir. "Dia diam saat Rosie bertanya. Karena itulah Rosie sengaja menungguku hingga tengah malam, hanya untuk mengetahui siapa yang menjadi pengagum rahasianya selama ini. Lalu ...."

UNDENIABLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang