Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
Pengantar sebagai wadah untuk menyampaikan sepatah-dua patah kata. Kemudian, Tulisan ini adalah wujud apresiasi bagi saya sendiri selaku penulis dan pelaku dalam tulisan saya sendiri yang telah melalui tahun-tahun yang sedikit sengaja menerjang likunya satu, dua dan tiga tikungan kehidupan dan masih akan bertambah. Momo, ucapan selamat tidak akan kamu dapat meskipun kamu mengerti bahwa tulisan ini adalah milikmu dan untukmu.
Perlu kamu-kamu sekalian ketahui, sebuah tulisan akan bernyawa jika ia dibaca. Anggaplah aku memang benar-benar tersisa separuh, maka sisanya ada pada pembaca tulisanku ini. Selain itu, tulisan ini telah aku pertimbangkan selama 105 hari dalam fase stres tidak berkesudahan dengan niat dan sadar bahwa apa yang kamu lakukan akan ada pertanggungjawaban sebelum dan sesudahnya. Sebagai apresiasi diri yang telah usai dari fase-fase depresi dan mulai mengenal ikhlas, serta sedikit pemahaman tentang betapa berharganya kehidupan yang telah aku terima, aku publikasikan sepatah-dua patah untuk dipahami sesuai dengan latar belakang pembaca dan buatlah asumsi versi kamu sendiri.
Meskipun rasanya jiwamu hanya separuh dari kesadaranmu, gila bukan kepalang, lemah tidak karuan, berterimakasihlah diri, tegarlah diri. Aku bersyukur, aku dapat bertahan meski selalu terlintas dan sedikit kecolongan untuk lari dengan mengakhiri hidup.
Derai, Bentala, dan fase Keikhlasan Momo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi: Derai, Bentala
PoetryMeskipun rasanya jiwamu hanya separuh dari kesadaranmu, gila bukan kepalang, lemah tidak karuan, berterimakasihlah diri, tegarlah diri. Aku bersyukur, aku dapat bertahan meski selalu terlintas dan sedikit kecolongan untuk lari dengan mengakhiri hidu...