CHAPTER 2

5.6K 268 7
                                        

Saat ini Tian sudah berada didalam kelasnya dan sedang mengikuti pelajaran, tapi terlihat Tian yang tidak memperhatikan pelajaran melainkan sedang melamun.

Nolan lagi ngapain ya?

Dia udah makan belum? Ck, Gue lupa nyuruh dia makan tadi.

Pasti dia lagi ditaman. Awas aja kalau gue pulang dia belum tidur, Gue hukum!

Dia kangen gue nggak, sih, soalnya gue udah kangen sama dia. Hemm pastilah, gue kan kembaran kesayangan dia.

Batin Tian sambil menunjukkan berbagai ekpresi, namun batinan terakhir membuatnya tersenyum lebar. Para murid dan guru yang sedang melihat Tian langsung kaku, guru yang sedang mengajar langsung terdiam.

Perlu di ketahui, Tian ini orangnya sangat minim ekpresi, jadi satu kali berekpresi sebanyak itu membuat mereka takut, apalagi senyum yang Tian tampilkan membuat mereka bergidik ngeri.

"Aaaa gue kangen banget sama Nolan," gumam pelan Tian yang dapat dengan jelas didengar oleh Murid dan Guru karena kelas yang sunyi.

Tolong ingatkan pada Tian si lebay kalau mereka berdua baru saja berpisah 1 jam yang lalu.

"Bu, ijin ke toilet," ijin Tian dingin dan langsung berlalu keluar kelas. Setelah Tian keluar, barulah pelajaran berlanjut dengan semestinya.

»»--⍟--««

Sedangkan di Kediaman Zoldyck, lebih tepatnya di taman belakang, terlihat Nolan yang sedang berbaring diatas karpet dengan sebuah Novel ditangan nya. Jangan lupakan beberapa bungkus jajan yang berada disamping dan satu bungkus diatas perutnya yang sudah terbuka.

Para pelayan maupun bodyguard yang melihat Tuan Muda mereka memakan jajan sebanyak itu hanya mampu berdoa dalam hati agar mereka tidak terkena amukan dari Tian.

Namun sepertinya Doa mereka tidak terkabulkan. Lihat saja dibelakang sana, Tian sudah berdiri dengan rahang yang mengeras ketika melihat sang kembaran yang dengan santainya memakan jajan. Padahal dia sebelumnya sudah melarang Nolan agar jangan makan jajan terlalu banyak, boleh makan asal hanya satu bungkus. Tapi, ya, memang dasarnya Si Nolan keras kepala, jadi mana mau dia menuruti perkataan Tian.

"Nolan," suara rendah seseorang yang begitu familiar membuat tubuh mereka menegang, terlebih Nolan. Mulut yang sadari tadi mengunyah kini terhenti karena suara itu.

Mencoba tenang, Nolan bangun duduk dan berbalik kebelakang. Di lihatnya Tian yang berdiri tak jauh darinya dengan tangan didepan dada serta tatapan tajam yang membuat Nolan bergidik ngeri.

Pelayan dan bodyguard yang tadi sudah masuk kedalam ketika melihat isyarat Tian untuk meninggalkan mereka berdua, jadi tinggallah Tian dan Nolan di taman belakang.

"Lagi ngapain?" tanya Tian basa-basi dengan suara rendahnya, yang malah terdengar seram ditelinga Nolan. Berjalan mendekat, dan berdiri tepat di depan Nolan.

"Hehehe, nggak ngapa-ngapain, cuman baring baca Novel ditemani jajan kesukaan gue," jawabnya dengan cengiran padahal lagi mati-matian nahan gugup.

"Udah lupa pesan gue 2 hari lalu?"

"Pesan yang mana?" bingung Nolan yang pura-pura lupa.

"Benar-benar nggak ingat atau pura-pura?! Perlu gue ingetin?" kali ini suara Tian terdengar sangat Datar dengan aura yang semakin suram.

"Lo kok udah pulang, 'kan baru jam sembilan. Lo bolos ya?" tuding Nolan mengalihkan pembicaraan. "Gue laporin Mommy, lho, kalau lo bolos," lanjut nya ketika melihat Tian ingin bicara.

Kebiasaan Nolan uang suka memotong ucapan orang benar-benar menyebalkan.

"Jangan ngalihin pembicaraan, Nolan, gue nggak suka!" tatapan tajam Tian layangkan kepada manik merah pekat milik Nolan.

"Ikut Gue!"

Tian langsung menarik Nolan membawa dia kedalam, lebih tepatnya ke kemar nya. Nolan sih hanya bisa pasrah, ntar kalau berontak, Dia kena amukan Singa - Tian.

Sesampainya dikamar, Tian langsung menghempaskan tangan Nolan dengan kasar membuat anak itu mengaduh sakit. Tangan nya sakit, benar-benar sakit, tenaga Tian tuh besar, apalagi kalau dalam mode marah, kekuatannnya bertambah kali lipat.

"Ck, sakit Tian. Lo mah kasar banget sama gue," kesal Nolan sambil memijat bekas cengkraman Tian, sedangkan Tian tidak dengar karena lagi ngunci pintu.

Setelah mengunci pintu, Tian langsung menghadap Nolan yang sedang cemberut. Dahi Tian mengerut karena melihat ekpresi Nolan "Lo kenapa, cemberut gitu?" tanya nya dengan tidak peka. Sepertinya dia lupa dengan apa yang barusan Dia lakukan.

"Nih lihat tangan gue, merah kan! Ini karena lo yang narik kuat banget." Nolan menyodorkan tangannya yang memerah kedepan wajah Tian.

Mata Tian membola, tidak menyangka tarikan nya membuat tangan sang kembaran memerah. Merutuki kebodohannya dalam hati, Tian langsung mengambil kotak P3K dari dalam lemari, kemudian menarik lembut tangan Nolan dan duduk di pinggiran tempat tidur.

Dengan telaten Tian mengoleskan salep pada tangan Nolan, sedangkan Nolan dalam hati sedang berdoa agar Kembaran nya ini melupakan Kejadian tadi.

Jujur! Nolan saat ini sedang ketar-ketir dalam hati, Dia tuh takut banget sama kemarahan Tian. Apalagi Tian selalu menghukum nya dengan hukuman yang sangat membuat hatinya jengah, seperti Nolan harus 24 jam disamping Tian, Nolan harus tidur bersama selama seminggu, dan masih banyak lagi. Intinya hukuman Nolan harus berhubungan dengan Tian.

"Maaf ya, gue narik nya kuat banget. Gue emosi tadi," ucap Tian menyesal. Nolan yang melihat itu jadi nggak tega.

"Hemm gue maafin kok, tapi jangan di ulang lagi ya, sakit nih tangan gue," jawab Nolan membuat Tian tersenyum senang, tapi setelah itu ekpresinya menjadi datar.

"Jangan pikir gue lupa masalah tadi."

Mampus!

»»--⍟--««

Saat ini Nolan sangat-sangat-sangat kesal. Di sampingnya ada Tian yang tertidur sambil memeluk diri nya erat. Ya, Nolan dapat hukuman! Hukumannya dia harus rela di peluk oleh Tian, terserah sampai kapan, intinya sampe Tian puas.

Jika bisa, Nolan sangat ingin melepas pelukan Tian dan menendang lelaki ini. Bisa-bisanya Dia memeluk Nolan seolah Nolan adalah guling.

Oh iya, soal Tian yang sudah pulang sebelum jam pulang sekolah itu semua karena Nolan, begitu kata Tian. Si Tian khawatir karena Nolan nggak angkat telfon nya, padahal HP Nolan ketinggalan dikamar. Takut terjadi sesuatu, Tian langsung pulang dehh.

"Huh, gue harus banyak-banyak bersabar menghadapi nih anak."

"Kenapa juga gue bisa punya kembaran kek dia? Daddy sama mommy kayaknya salah cetak deh."

"Lain kali gue harus hati-hati kalau mau ngelakuin sesuatu, jangan sampe nih anak tau."

Begitulah kalimat-kalimat yang keluar dari bibir Nolan untuk menghilangkan rasa bosan.

Twins But Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang