CHAPTER 1: KERJA MALAM

3.4K 37 0
                                    

"Sorry you're not my type" - Boy07

"I'm not into Chub" - PerfectGuy92

"Not interested." - Hunky88

"Gak dulu, makasiii..." - HeadlessMan43

"Nanti gue kabarin kalo jadi ketemu ya." - Liar21

"JELEK!" - Asshole32

Ya kata, tersebut sering gue dapatkan di dating apps. Dari aplikasi "Partai Merah, Kitab Kuning, Lem Biru dll". Mostly guys rejected me right after I sent my pictures. Sungguh sangat menyakitkan, tapi gue sudah ditahap legowo dan biasa saja saat mendapatkan kata-kata itu. Ya walaupun beberapa ada saja pria-pria baik yang tidak memandang fisik. Tapi di dunia per-gay-an ini, sungguh sangat langka.

By the way, gue Ega, 27 tahun. Tinggi gue 167 cm dan berat 95 kg. Kebayang kan bentuknya gimana? I never liked what I see in the mirror. I hate the way I look. I hate myself. Keinginan untuk menguruskan badan sudah berkali-kali gue lakukan, tapi selalu gagal karena kurang komitmen dan disiplin dari diri gue. Sebenernya sudah beberapa kali gue memikirkan untuk bundir aja tapi jiwa pengecut gue selalu muncul saat pikiran itu muncul.

Pada kesempatan ini, gue mau menceritakan kejadian aneh yang mengubah hidup gue selamanya.

____________________________________

"Ga, nanti jangan lupa ya kirim draft desainnya. Senin soalnya sudah harus dikasih ke vendor." ucap Rama, kolega gue di kantor. Dia gay juga. Umurnya 2 tahun dibawah gue.  Orangnya baik dan cukup well-built. Tapi tak pernah sekali pun menganggap gue sebagai orang yang menarik. Dia tak pernah bilang sih. But at least, itu yang gue rasa kan.

"Ram, ini masih jumat lho. Bisa kan, besok sabtu aja gue kirim?" kata gue.

"Ya gapapa juga, cuma gue udah males buka laptop kalau udah weekend. Hehehe." bilang Rama.

"Yaudah, ini gue juga mau selesai sih draftnya. Cuma takut rendernya lama aja."

"Gapapa, Ga, gue tungguin deh."

"Yakin lo? Ini udah jam 8 loh. Lampu koridor juga udah dimatiin, tinggal kita doang disini."

"Kenapa? Lo takut yaaaa... Karena kantor kita deket pekuburan?" singgung Rama.

"Gak lah, cuma takut gak dapet bus aja kalo udah malem." jawab gue ketus

"Yaudah makanya cepet kelarin. Eh tapi, Ga. Semalem OB ngeliat penampakan di gudang. Dia gak jelas sih liatnya apa. Kayak sekelebat gitu, tapi suaranya jelas banget katanya. Kayak suara menggerutu gitu."

"Tai lah lu, Ram. Udah ah, gue mau pulang aja bentar lagi." gue kesal.

"Hahahahaha tuh kan lu 'kecut. Yaudah ya, gue balik duluan, Ga." Rama langsung menuju kubikalnya, mengambil tas dan langsung keluar dari ruang kantor.

Anjing, si Rama! Beneran dong gue ditinggal. Sebenernya gue bukan orang yang penakut, tapi kalau ada kejadian seperti yang dibilang Rama barusan di kantor gue sendiri, ya agak jiper sih. Ah, sudahlah gue selesaikan saja rendering di rumah.

Gue bergegas membereskan barang-barang untuk dimasukkan ke tas lalu pulang dari kantor yang sudah gelap gulita ini. Kemudian... "Brakkkk!" Ada suara seperti barang terjatuh dari arah gudang. Anjrit, plis lah, gue sudah mau pulang. Masa gue harus mengalami ini juga. Tapi gue juga tidak bisa pulang tanpa melalui depan ruangan gudang. Karena pintu depan jam segini sudah dikunci dan OB pun sudah pulang. Yaudah lah gue beranikan diri berjalan cepet menuju pintu belakang.

Begitu gue mendekati pintu gudang, ada sesuatu yang keluar dari celah pintu. Menggelinding menuju arah gue dan berhenti tertabrak sepatu gue. Sebuah cincin!? Mungkin punya OB ketinggalan. Begitu gue sentuh cincin itu, tiba-tiba...

...

...

...

"...Ga, bangun! Lo kenapa bisa pingsan di koridor gini?" samar-samar suara Rama terdengar saat gue berat membuka mata.

"Damn, kepala gue pusing banget. Tadi barusan..." belum selesai gue ngomong, Rama sudah menyuguhkan segelas air putih ke mulut gue.

"Udah ini minum dulu. Lo kayaknya kecapekan bisa sampe pingsan gitu." selak Rama. "Lo gue anterin pulang ya. Gak mungkin sih lo balik naik bus keadaan gini."

"Gue gapapa kok. Btw, bukannya lo tadi udah balik?" tanya gue.

"Kunci mobil gue ketinggalan. Pas masuk, langsung liat lo terkapar gitu. Mana bentukannya kayak pesut terdampar. Hahaha."

"Brengsek lo, Ram. Gue begini aja masih lo ledekin."

"Canda, Ga. Yaudah, lo masih kuat jalan gak? Agak gempor nih kalo mesti gendong lo. Hahaha."

"Ngentot lo, Ram!"

Dan Rama pun nganterin gue sampe kosan. He can be jerk sometimes, but he is a good friend, gue akuin.

 He can be jerk sometimes, but he is a good friend, gue akuin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rama [Ilustrasi]

***TBC***

MENJADI ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang