Pak Satpam dan Celana Dalamku

119K 230 15
                                    

Pagi ini Bunga (bukan nama sebenarnya) mandi lebih awal dari biasanya karena temannya, Daun (bukan nama sebenarnya) berjanji menjemputnya untuk pergi ke kampus. Motor Bunga sedang dipakai pacarnya. Maka, Bunga meminta Daun menjemputnya.

Daun mengirimkan SMS untuk Bunga. Jam 10 aku jemput. Saat itu sudah jam sepuluh lewat satu jam, tetapi Daun tak kunjung tiba. Sampai akhirnya, terdengar suara ketukan pintu. "Masuk!" kata Bunga.

Daun menerima omelan yang bertubi-tubi dari Bunga. Bunga adalah ABG labil yang sangat-sangat ribet, meski dia tak jarang mencaci-maki Daun jika ribet menghadapi laporan praktikum.

"Aku pipis dulu, ya," kata Bunga. Ini kan kamarnya, itu toiletnya, sepenuhnya hak pakainya. Kenapa dia harus pamit kepada Daun yang hanya tamu? Benar-benar ababil. Keluar dari toilet, dia berganti pakaian. "Oya, nanti anterin masukin baju ke laundry-an dulu, ya". Kemudian, dia berkata lagi, "bawa tas ngga, ya?" Daun menghujat dalam hati. Setelah memutuskan untuk memakai tas berwarna biru, Bunga memberi isyarat kepada Daun untuk keluar dari kamar. Bukan karena mengusir, melainkan mengajaknya untuk segera berangkat ke kampus.

Dengan sigap, Daun keluar dari kamar Bunga sambil menenteng mapnya yang berwarna hijau dengan tag harga yang masih menempel. Setelah mengunci pintu kamar, "eh, pake sepatu yang mana, ya? Kalo yang ini gathel," kata Bunga sambil menunjuk salah satu sepatu. "Gathel? Apaan?" tanya Daun. "Apa yah? Kemayu gitu lo." Daun manggut-manggut. Setelah beberapa waktu memilih sepatu, akhirnya dia memutuskan untuk memakai sepatu yang tadi diakatakannya gathel.

"Oke. Yuk!" ajak Bunga. "Katanya mau nge-laundry," kata Daun. "Oia..." Bunga memukul dahinya yang lebar bak lapangan bola, lalu membuka kembali kunci pintu kamarnya. Setelah mengambil seplastik pakaian kotor, mereka pun berangkat. Kali ini benar-benar berangkat.

Di jalan, Bunga berkata, "tadi pagi aku udah nyuci rukuh, nyetrika, ngepel kamar. Ah, capek banget deh." Daun hanya mengangkat alis. "Oya, tadi pagi..." Bunga berkata sambil sesekali tertawa. Daun yang polos dan tidak tahu apa-apa hanya mengerutkan dahi tidak mengerti. "Tadi pagi apa?" tanya Daun. "Tadi pagi, aduh, aku malu banget ceritanya. Kamu juga pasti malu deh jadi temenku kalo tahu. Hahaha..."

Setelah seharian di kampus, Daun mengantar Bunga pulang ke kosnya. Sampai di parkiran kos, Bunga tersenyum kepada satpam yang sedang duduk di teras. Bunga buru-buru ke kamarnya untuk mengambil mukena. Setelah itu, dia meminta Daun mengantarkannya ke kos pacarnya untuk mengambil motor. Setelah tersenyum kepada satpam untuk yang kesekian kalinya, Bunga dan Daun meninggalkan kos itu. Di jalan, Bunga menceritakan kejadian-tadi-pagi-yang-memalukan kepada Daun

Bunga baru saja selesai mencuci rukuh dan beberapa pakaian dalamnya. Lalu, dia pergi ke tempat mesin cuci berada untuk mengeringkannya. Saat dia akan kembali ke kamarnya untuk mandi usai menjemur pakaian, dia berpapasan dengan ibu kos.

"Eh, mbak Bunga, abis ngapain?" sapa ibu kos.

"Abis njemur cucian, buk," jawab Bunga tak kalah ramah.

"Oya, tadi ada celana dalam jatuh di sana," kata ibu kos sambil menunjuk suatu arah. "Warnanya merah. Jangan-jangan punya mbak Bunga, ya," tuduh ibu kos.

"Ha? Bukan kok, buk. Pasti bukan punya sayalah, buk," kata Bunga mantap.

"Oo bukan, ya. Ya udah, ibu udah taruh di depan kok. Siapa tau nanti yang punya nyariin," kata ibu kos.

"Hm, iya, buk. Saya mandi dulu, ya, buk, mau ke kampus," Bunga tersenyum.

"O nggeh, nggeh..."

Setelah mengakhiri percakapan dengan ibu kos, Bunga tak lantas masuk ke kamarnya untuk mandi. Dia terlebih dahulu pergi ke tempat ibu kos meletakkan celana dalam misterius karena penasaran.

"Hah? Itu kan punyaku," Bunga berkata dalam hati. Dia lalu pergi ke kamarnya. Selama mandi, dia gelisah. "Celana dalam itu kan riskan banget. Nanti kalo aku dipelet gimana? Atau kalo dibuang, nanti aku sakit. Aduh..." Bunga berkata pada dirinya sendiri.

Setelah memakai pakaian, Bunga kembali ke tempat celana dalam itu berada. Dia menunggu hingga situasi benar-benar sepi sebelum mengambilnya. Sampai ketika dia rasa kondisi sudah benar-benar aman, dia mengulurkan tangan hingga jarinya sudah menyentuh celana dalam itu. Settt! Secepat kilat dia meraih celana dalamnya. Dia membalikkan tubuh. Tepat saat itu, dia melihat satpam kosnya berada di belakangnya dan melihat dengan jelas apa yang Bunga lakukan di sana.

Bunga lemas, namun tetap memaksakan diri untuk tersenyum kepada pak Satpam tersebut. Ketika satpam berlalu, Bunga segera masuk ke kamarnya dan mengunci rapat pintunya.

"Hahaha..." Daun tak bisa menahan tawa. "Ya udah sih, ngga apa-apa kalo cuma satpam aja yang tau. Kan ngga mungkin dia mau ngasih tau ke ibu kos," kata Daun menenangkan.

"Heiiiiiiii... Masalahnya, pak Satpam itu suaminya ibu kos!!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2011 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pak Satpam dan Celana DalamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang