1. Kartu Nama

97 11 11
                                    

Hari ini adalah semester baru.

Kiarra akhirnya sudah bukan mahasiswa baru lagi, itu artinya ia sudah berada di posisi junior, sekaligus senior tentunya.

Ia akhirnya juga akan merasakan bagaimana rasanya ditakuti oleh adik tingkat.

Lalu ia melangkah memasuki gedung fakultasnya, kota Gunma pagi ini benar-benar dingin di bawah hembusan angin musim gugur.

"Kiarra!"

Kiarra menoleh ke belakang saat ia mendengar suara nyaring dari temannya meneriaki namanya.

Saa ia menoleh, ada Clarisha dan Rin yang melambai ke arahnya

Lalu kedua sahabatnya itu berlari menyusulnya.

"Eh, katanya anak maba tahun ini banyak yang bening loh."

Mereka mulai melangkah, Kiarra di tengah kedua temannya terlihat antusias mendengar ucapan Rin.

"Gak butuh ya. Gue cukup ngincar Jo aja."

Rin yang berada di sebelah kanan Kiarra menyempatkan diri untuk memukul kepala Clarisha pelan.

Clarisha mengaduh, menatap Rin sengit.

"Jo mulu. Gak berhasil tuh dari dulu."

"Sabar dong, Rin. Semuanya itu butuh proses."

"Nye nye nye."

"Anjir lo pada bisa diam gak sih? Berisik banget heran. Btw ini kenapa bisa barengan gini? Hebat banget kalian ambil matkul."

Perdebatan tidak penting Clarisha dan Rin akhirnya berhenti ketika Kiarra menggerutu.

Bagaimana tidak kesal sih jadi Kiarra? Masih jam 8:50 padahal, apalagi semester baru yang harusnya itu cerah, namun kedua temannya itu memang tidak pernah berhenti pro dan kontra.

"Kenapa, Ra?" tanya Clarisha, pertanyaan dari Kiarra tidak masuk ke telinganya hingga tidak di proses oleh saraf sensoriknya.

"Ini, semester tiga ini 'kan kita dah ngambil matkul sendiri. Tapi ini kenapa kita bisa barengan gini sih? Kebetulan banget."

Mendengar pengulangan pertanyaan Kiarra, kepala Rin langsung berasap.

Panas amarahnya naik ke ubun-ubun.

"Tau gak sih, Ra? Hari apa tuh ya gue war sama anak kelas B, padahal gue udah nyerahin kelas siang sama pak Fuma ke dia, tapi dia malah pengen juga kelas sama pak Kei. Anjir banget gak tuh ngambil matkul sama dosen muda aja dia. Ngerebut punya gue lagi."

Clarisha kompor, "bener banget anjir. Hampir waktu itu mau cakar-cakaran Rin sama tuh cewek, Jo tiba-tiba datang hentiin."

"Bukannya ngebela gue, nih anak malah caper sama Jo."

"Kapan lagi 'kan gue bisa ketemu sama dia?"

Membahas Jo, pikiran Kiarra akhirnya mengarah ke hal lain, bukan lagi tentang bagaimana mereka bisa punya kelas di jam sama di awal semester ini.

Ia menoleh pada Clarisha, menatapnya penasaran, "lo jadi masuk BEM? Jo anak BEM 'kan?"

Clarisha yang ditanya, langsung cemberut.

"Gak ah. Gak ada waktu gue. Biar akhir minggu gue habis sama tugas kalkulus sama aljabar aja, gak mau juga ngurusin program kegiatan mahasiswa."

"Sayang banget tau, Sha. Padahal nih ya, kalo lo masuk BEM terus masuk bidang minat dan bakat. Gue jamin lo tiap hari ketemu Jo."

Clarisha menatap Kiarra tak percaya, "anjir lah jangan bikin jiwa organisasi gue menggebu-gebu ya."

"Eh tapi emang Jo di bidang minat dan bakat departemen mana sih?"

Lost WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang