Part 1

7 0 0
                                    

"Seung, liat Jake gak? Dicariin sama adek kalas tuh, kasian nungguin di depan pintu."Jay menunjuk dua orang gadis yang sedang berbisik-bisik dibalik bingkai pintu dengan dagunya. Heeseung menatap gadis-gadis itu dari balik badan Jay, kemudian menggeleng sambil menyeruput es teh di dalam plastik itu. "Tadi sih katanya mau ke perpustakaan sama si Sunoo, tapi ga tau itu beneran ke sana apa pergi liat pdkt-an dia."

"Buset, belum jadian?"

"Ya belum lah, anaknya di gantung mulu, marahin tuh temen lo, cinta mati jangan sama yang ga bisa di gapai."sahut Heeseung. Ia tidak habis pikir dengan Jake yang enggan untuk beralih hati itu, padahal kan dia pihak yang di rugikan.

"Namanya perasaan, ga ada yang bisa milih dik, biarin aja anaknya sampai jenuh sendiri."timpal Jay. Heeseung hanya tertawa menanggapi. Kemudian pemuda berdarah amerika tersebut pamit untuk memberitahu gadis yang enggan pergi dari depan kelasnya itu.

Heeseung terus memperhatikan punggung Jay, entah kenapa, ada perasaan aneh yang bergejolak di dalam dirinya, ketika melihat pemuda itu. Padahal sebelumnya ini terlihat biasa-biasa saja. Mencoba menepis pemikiran tidak logisnya, Heeseung memilih untuk menghadap kebelakang, tepat dimana Sunghoon -temannya - sedang tertidur sambil menghadap dinding dengan wajah yang di tutupi oleh kupluk.

"Hoon,"panggilnya sembari mengguncang tubuh pemuda tersebut-dengan tidak manusiawi.

"Apa?"balas Sunghoon setengah sadar, ia menguap lebar, lalu menatap Heeseung. "Siapa yang nyimpen ular tangganya?"

"Hah??"Sunghoon menatap Heeseung. Dia masih belum bisa mencerna ucapan pemuda itu karena terbawa suasana tidur. "Ular tangganya dimana?"balas Heeseung terdengar greget.

"Oooh, sama si Ni-ki sih, katanya bahaya, jadi dia yang nyimpen."

"Bay the way, lo udah coba buka kotak yang semalem? Isinya apa?"

Sunghoon mengetukkan jarinya di meja, memberikan gestur seolah ia enggan untuk menjawab pertanyaan Heeseung. Pun pemuda itu juga tidak mau kalau-kalau saja jawabannya akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Sunghoon itu egois, dia tidak mau dirinya terkena masalah, melainkan membiarkan orang lain terkena dampak dari perbuatannya. Lebih memilih menyelamatkan diri sendiri, dibandingkan dengan membantu temannya yang jauh lebih kesusahan. Sifat Sunghoon jauh sekali berbeda dengan Heeseung.

"Coklat, terus surat cinta, gak gue tanggepin."

Heeseung memilih percaya, meski kurang yakin dengan jawaban Sunghoon itu. Gadis mana yang mengirimi nya surat dan hadiah di jam 12 malam? Mentok itu di sekolah, atau nekat datang ke rumah di tengah hari. Kecuali ... Tau saja.

"Oh iya, nanti ke rumah Jake yuk, katanya dia ada game baru." Ajak Sunghoon. Heeseung berpikir sejenak, lalu mengiyakan. Ngomong-ngomong game apa ya?









"Kak, ngapain ke sini sih? Bolos lagi?"

"Ck, diem dulu, gue mau cari sesuatu!"

"Apa sih?? Katanya mau ke perpustakaan, mana sekarang tinggal lima menit lagi mau masuk, gak mikirin gue banget lo Kak, lo mah cerdas dari orok, lah gue? Sembilan kali tujuh aja kadang kejawab tujuh dua."

"Terus lo masuk SMA nyogok? Perkalian dasar aja ga tau."

"Ya enggak lah, Kak Jay noh yang sering main jalur dalem."

"Sunoo berisik banget elah, nanti kita ketahuan."cerca Jake kesal. Sunoo hanya terkikik kecil.

Di dalam ruangan sempit yang diterangi cahaya remang-remang, dan juga kardus berserakan dimana-mana, di tambah suara cekikikan dari Sunoo sedikit menambah rasa horor. Namun Jake tetap bertahan, dengan mengobrak-abrik isi kardus di depannya sambil mengarahkan cahaya senter ke depan.

Sunoo hanya menatap sekeliling, dia tidak ikut membantu, selain karena dirinya tidak tahu hal seperti apa yang di cari Jake, juga dia enggan untuk mengotori tangan dengan debu-debu yang ada.

Bau apek yang di hasilkan membuat hidung perih tidak memutuskan semangat Jake, atau lebih ke rasa ingin tau.

"Gotcha!"

"Hah? Apa?" Sunoo mengintip apa yang di temukan Jake dari balik tubuh pemuda itu.

"Ini."

Jake menunjukkan sepenuhnya barang itu, "kunci dari ular tangga itu, gue yakin kita bisa nyelesaiin permainan nya."

"Tapi Ni-ki udah bilang, permainan nya berbahaya, gue gak mau ambil resiko."Sunoo menolak. Sungguh, ini bukan keputusan yang baik, dan Sunoo tidak mau ambil resiko atas hal itu. "Sun, dengan petunjuk ini, gue yakin kita semua bakal menang."

"Gimana kalau cuma satu yang menang?"

"Ulang lagi, kayak permainan biasa."

"Tapi ga bakal semudah itu kan?"

Jake tersenyum culas. Tanpa membalas, ia berjalan mendahului Sunoo, keluar dari ruangan tersebut.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada yang menguping pembicaraan mereka berdua. "Bodoh."gumamnya lalu pergi entah kemana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PLAY OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang