S3X or DARE

15.3K 44 0
                                    

THALIA

"Kok udahan?" tanya Arsen lewat pesan WA.

Wajah gue merah padam. "Papa ngetuk pintu. Disuruh tidur."

Arsen mengirim emoticon tertawa terbahak sampai mengeluarkan air mata. "Syukurin. Godain pacarnya, sih. Awas kamu besok aku hajar sampe nggak bisa jalan."

"Nggak sekarang aja?" tantang gue.

"Jangan nantang," balas Arsen. "Sana bobo. I love you. I miss you so much."

"I love you too," balas gue. "Aku mau lanjutin yang tadi dulu bentar. Soalnya punya aku telanjur basah."

Arsen nggak membalas apapun, tapi gue yakin dia lagi panas dingin ngebayangin gue lagi muasin diri sendiri. Dia paling nggak tahan kalau gue udah kayak gitu. Kadang, kami gituan juga lewat video call meski seharian udah bercinta dan Arsen selalu minta ampun. Gue juga suka melihat Arsen mengocok batang besarnya di depan layar ponsel dan memuncratkan spermanya ke kamera. Katanya supaya dia ngerasa udah menyemburkannya ke mulut gue. Pernah suatu kali Arsen kembali ke kosan gue setelah sejam sebelumnya pulang hanya gara-gara gue mengiriminya foto nakal. Jari gue sedang berada di dalam liang gue sendiri. Padahal waktu itu gue hanya iseng dan nggak benar-benar sedang melakukannya.

Malam ini pun, gue nggak berniat melakukan itu meski punya gue udah basah. Gue memilih menunggu besok sampai Arsen yang melakukannya untuk gue. Karena lampu udah padam, gue memutuskan untuk tidur tanpa busana di balik selimut. Badan gue lumayan lelah seharian ini. Gue ngebantu Mama Arsen menyiapkan makan malam dari menemaninya belanja sampai menata meja makan.

Nggak lama kemudian, gue udah terlelap dan bermimpi.

Mungkin gue teramat mencintai Arsen sehingga nggak lama kemudian, gue bermimpi tentangnya.

Dalam mimpi gue, Arsen membaringkan tubuh gue di atas pasir pantai yang hangat di sore hari menjelang petang. Ini pasti karena Arsen sering menyebut-nyebut bahwa dia ingin mengajak gue ke Bali saat libur semester nanti. Dia ingin menyetubuhi gue di atas pasir putih di pantai-pantai tersembunyi di Bali. Katanya, di sana masih ada sangat banyak pantai yang nggak terjamah. Gue udah nggak sabar. Kami juga menabung supaya impian itu menjadi nyata.

Kembali ke mimpi gue, Arsen melucuti bikini gue dan menjilati payudara gue dengan lembut. Dia membasahi setiap jengkal tubuh gue dengan lidahnya, menguncup puting gue dengan manis, menggelitikinya dengan ujung lidah dan memilintirnya dengan bibir. Segalanya terasa sangat nyata sehingga gue yakin desahan gue dalam mimpi itu benar-benar gue suarakan di alam sadar.

Namun, bibir kewanitaan gue merasakan isapan yang begitu nyata ketika dalam mimpir gue Arsen sudah merayap jauh ke bawah. Dia membuka celana bikini gue yang amat kecil dengan giginya, lalu membelai permukaan labia-labia gue dengan usapan lidahnya yang hangat. Gue mengejang dan mengerjap. Mata gue membuka lebar menatap langit-langit kamar gue yang gelap. Selimut gue sudah tersingkap. Dada gue terasa basah dan dingin diterpa angin malam yang masuk lewat jendela kamar gue yang terbuka.

Gue menunduk. Rupanya, itu bukan mimpi.

"Ah! Arseeen!"

"Hssst!" Arsen mendongak panik dari milik gue yang sedang dipagutnya dan merangkak naik membungkam mulut gue.

"Arsen... nga—ngapain kamu di sini?!"

Setelah yakin gue nggak akan bersuara keras, Arsen membuka bungkaman tangannya dan mencium bibir gue dengan gemas. "Ngapain?" geramnya. "Kamu pikir aku bakal bisa tidur setelah ngelihat kamu kayak barusan, hm?"

"Ahk!" seru gue tertahan. Arsen merunduk ke bawah, menggigit puting gue, sekaligus menusukkan jari tengahnya ke liang gue dengan sangat tepat. Tubuh gue menggelinjang. "Arseeen... jangan... nanti aku mendes—sahhh... ahhh...!"

S3X or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang