Aku duduk sendiri sambil membaca novel sastra yang minggu ini harus selesai, sebab perpustakaan akan menagihnya. Aku membaca dalam hening, sambil sesekali menaikkan kacamata hitam yang menurutku terlalu besar untuk ukuran mataku. Entahlah, tapi sampai saat ini Mama dan Ayah tidak pernah protes jika Aku memilih kacamata ini. Tepat pada bagian ke-tiga puluh dua. Terdengar suara bel yang nyaring dari speaker pusat. Aku menutup novel tebal dan membawanya menyusuri koridor kelas. Aku menatap sebentar dan diam di depan loker. Aku menghela nafas pendek. Aku mengeluh, karena hampir setiap hari loker tetangga kanan selalu saja penuh dan barang-barang di sana terlihat sesak seperti ingin meminta dibebaskan. Aku membuka lokerku dan meletakkan novel sastra inggris di dalamnya, dan Aku mulai masuk ke dalam kelas.
Aku mengambil duduk paling belakang. Terlihat di sebelah deretan bangku sebelah kiri, segerombolan cewek gaul sosialita dan tidak pernah menganggap bahwa sekolah untuk belajar. Di deretan terdepan, ada kumpulan cowok kece nan tampan cocok bagi idaman cewek-cewek di sekolah. Jangan tanya Aku. Aku yang penyendiri dan tidak suka di ganggu, lebih sedikit memiliki teman. Aku membuka catatan fisika yang ke-sepuluh. Ada sebuah amplop berwarna putih bersih dan kecil. Ya, Aku suka sederhana. Aku mengingat apa Aku pernah menyimpan sebuah surat di catatan ini?. Mencoba dan Aku tidak berhasil untuk mengingatnya. Ku buka dan terlihat tulisan super jelek yang pernah ku lihat.
'Boleh gue kenalan?'
Seperti bermimpi. Selama ini Aku tak pernah mendapat surat semacam ini. Aku senang, tapi di sisi lain Aku cuek saja. Aku tahu, pengirim ini hanya becanda tingkat rendah denganku. Aku memilih mengabaikannya. Meletakkan di dalam loker bangku. Aku mencoba sibuk dengan teman kecilku, fisika namanya. Dari sudut kacamata, perlahan dapat ku lihat seorang cowok menghampiri dan mengambil duduk di depanku. Aku mendongak dan membenarkan kacamatku lagi. Dia menghadap ke belakang. Tersenyum lebar, sangat lebar. Mungkin itu senyum terbaik yang pernah ia miliki. "Boleh Gue kenalan?". Dia. Ya, Dia. Ini tidak mungkin. Tolong jauhkan Aku darinya dan dekatkan Aku pada fisika-fisika mungil. Tolong, Tuhan.Hai, Readers!
Ini cerita pertamaku yah, semoga saja suka dengan prolog pertamanya. Ohiya jangan lupa komen ya, biar cerita ini bertambah seru! Terimakasih yang sudah membaca ceritaku. Harap dengan sabar menunggu kelanjutannya! See you.