Setelah sekian lama menyusun kesimpulan dari potret kehidupan, aku percaya kalau kita benar-benar tidak bisa mengatur orang lain dalam hal apapun.
Termasuk tentang bagaimana mereka bereaksi terhadap sesuatu.
Aku belajar menata luka dengan tidak memberi harapan-harapan kecil dalam benakku tentang sikap manusia terhadapku.
Bagian tersulit adalah berusaha tidak berharap pada orang yang benar-benar kita peduli, sekali pun itu orangtua kita.
Menaruh sekecil apapun harapan terhadap orang lain hanya memberi sebuah luka jika pada kenyataannya itu tak sesuai ekspetasi.
Makanya, aku lebih memilih untuk menerima apapun kenyataan di lapangan dan berusaha mengambil sudut pandang positif dari hal tersebut.
Sekali pun itu terasa pahit dan menyesakkan.
Mungkin dengan berusaha mengubah pandanganku terhadap sesuatu, hidup akan terasa lebih mudah untuk dijalani.
Menurunkan sedikit ego untuk merasa damai dengan diri sendiri.
Meskipun, menata luka itu sangat tidak mudah dalam praktiknya.
Pasalnya, hidup bukan cuma tentang bahagia dan pura-pura bahagia.
Tapi meminimalisir rasa sakit dan menata luka juga bukan berarti berpura-pura bahagia.
Hanya saja, kita harus pintar memilih di mana kita meletakkan bahagia dan sedih yang kita rasakan.
Dan hal yang paling penting adalah tidak meletakkan bahagia kita pada orang lain.
----
06 September 2022 • 19.34
© danaelions