12

951 162 5
                                    

Sialnya Dio tidak dapat menepati janjinya.

Beberapa jam setelah kedatangan Papa Tio dari bandaraㅡusai mengantar putra kesayangannya. Kedua orang tua Tio dan Dio dikagetkan dengan kedatangan tersangka yang membuat tubuh Dio dipenuhi luka.

Entah dia mendapat kemampuan akting dari mana tapi Papa Dio berhasil masuk dan membawa Dio pergi, bahkan dengan luka Dio yang belum kering. Setelah berhasil meyakinkan kedua orang tua sahabatnya akhirnya Dio pergi.

Dio membenci Papa nya, sangat. Tapi dia juga tidak berkeinginan menjadi anak durhaka, maka dari itu dia turuti kemauannya.

Ingat saat Dio bilang bahwa dia lebih baik mati di tangan orang tua kandung nya? Dio sungguh-sungguh soal itu.Dio pikir dia akan ditinggal di tengah jalan begitu saja namun Dio terkejut saat Papa membawa dia ke rumah sakit yang lebih besar dibanding sebelumnya. Menghubungi Dokter kenalannya untuk merawat Dio sampai sembuh.

Yang ada di pikiran Dio saat ini adalah bagaimana kelanjutan hidupnya nanti, apakah Papa nya melakukan ini dengan niat menyembuhkan rasa bersalah nya atau karena motif lain.

Dio seolah menghilang begitu saja, Hanif dan Jejen terus dihujani pertanyaan dari Tio soal teman satu kelasnya, namun mereka tidak tahu apa-apa. Ini sudah masuk minggu ke empat setelah absen pertamanya.


***


Luka Dio perlahan sembuh, di rumah sakit Dio ditemani Bu Ratnaㅡpegawai bayaran orang tua nya. Papa nya hanya muncul sesekali, mengecek keadaan anaknya kemudian pergi entah kemana.

Dio bosan setengah mati, ia tidak diperbolehkan belajar, tidak diperbolehkan memegang handphone yang sekarang entah ada di mana. Dan yang paling sering muncul adalah rasa rindu Dio pada Tio.

Air matanya turun begitu saja, fisiknya berangsur sembuh namun mental Tio makin terguncang. Dio seolah berada di ambang kehancuran, pikiran atas kemungkinan buruk yang akan dilakukan Papa nya setelah ini, kemungkinan ia tidak lagi mendapat kesempatan untuk bertemu Ibu nya, kemungkinan Dio tidak dapat melanjutkan hidupnya.

Dan betapa terkejutnya Dio saat dia tidak sengaja melihat sosok Papa nya di layar TV, diberitakan menjadi salah satu calon anggota legislatif yang baik hati. Jadi ini yang membuat dia menyembunyikan Dio di rumah sakit?








"Keenan?" Suara yang bertahun-tahun tidak pernah ia dengar itu kembali hadir, sosok yang ia rindukan setengah mati muncul dari balik pintu.Dio memukul kepalanya sendiri karena ia memang sering berhalusinasi, tapi usapan lembut di rambutnya membuat dia sadar bahwa itu semua nyata.

Dio menangis hingga tenggorokannya terasa sakit di pelukan orang yang bertahun-tahun pergi dari hidupnya, hangat nya masih candu bahkan meski dirinya sudah lama tidak merasakan itu.

"Maafin Mama, maaf karena Mama ninggalin kamu bareng monster kaya dia."Dio menggeleng, masih di pelukan Ibu nya.

"Bukan salah Mama, Keenan paham kalau Mama bingung harus gimana, kan?"

Dio paham kalau Ibu nya bukan tidak mau membawa Dio pergi bersamanya, tapi saat itu Dio masih terlalu kecil untuk ia seret ke dalam pertengkarannya dengan sang suami. Saat itu ia pergi bahkan tanpa membawa apa-apa kecuali tubuhnya sendiri.

"Sekarang Keenan ikut Mama, ya?" Dio mengangguk, dia tidak perlu berkemas karena ia sungguh tidak bawa apa-apa selama di rumah sakit.

"Sekarang Mama tinggal di mana?"

"Masih di Inggris, tapi Mama mau temenin Keenan di sini sampai dapat ijazah SMA baru kita urus kuliah kamu di sana." Dio tersenyum lalu mengangguk, masih dengan tangan yang saling bertaut dengan Ibu nya.



Don't Look Back [Hwanbby]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang