Prolog

4 1 0
                                    

Dua hari yang lalu. .aku tidak ingat apa yang terjadi, aku hanya berjalan melewati jalan besar yang sepi, tiba-tiba seseorang menarik lenganku masuk ke sebuah lorong gelap dan menutup mulutku agar tidak mengeluarkan suara.

Aku benar-benar takut, takut hidupku akan berakhir saat itu juga. Beberapa detik berlalu, aku yang berusaha mencerna apa yang terjadi tersadar dari lamunanku dan memberontak. Dirasa aku akan terlepas, sosok itu malah memperkuat menyekap mulutku. Aku kehabisan nafas dan akhirnya pingsan.

"Sial! Aku sepertinya benar-benar terlambat kali ini!." Federica yang sedari tadi menulis sebuah diary bergegas berlari ke kamar mandi untuk bersiap siap. Hari pertamanya masuk ke SMA merupakan saat saat yang paling membahagiakan dalam hidupnya!.

Gadis itu mulai berlari kebawah tangga untuk mengambil bekal yang telah disiapkan oleh kakaknya, dengan sigap dan menaruhnya ke dalam tas. "Kak! Aku berangkat yah, aku mencintaimu~."

Cup!

Sebuah kecupan manis mendarat di pipi sang kakak, yang di cium hanya tersenyum sambil memegang pipinya melihat gadis itu berlari keluar rumah. "Hati hati dijalan." Ucapnya kecil dan kembali melakukan pekerjaan nya.

Federica berlari untuk menghemat waktu dan tidak menyia-nyiakan nya, saat itu yang terpenting baginya adalah kesan baik di hari pertama. "Bodoh! Ini gara gara hari itu aku benar-benar akan mencarimu!."

Hosh!. .hoshh. .

Nafasnya kian memburu, dirinya sedikit membungkuk memegang lutut untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin. Tetesan keringat terjatuh dari pelipisnya membuat ia mengerutkan dahi. "Ck! Masih pagi tapi sudah keringetan gini, untung aja udah sampai." Federica memperbaiki posisi berdirinya dan hendak melangkah maju memasuki gerbang sekolah.

Brukk!!

"Kyakk!!." Kakinya yang masih lemas tak kuasa menopang tubuhnya dan terjatuh setelah menabrak punggung seseorang yang juga kebetulan akan masuk ke gerbang sekolah. Pria itu berbalik sejenak dan menatapnya dengan mata sayu. Rasanya seperti melihat peri turun ke bumi.

Perasaan ini. .tunggu! Perasaan apa ini?, Tidak, apa aku baru saja di mabuk cahaya yang bagaikan dalam dongeng ini?.

"Huh." Helaan nafas terdengar keluar begitu saja. Pria itu meninggalkan Federica yang masih dalam lamunannya.

"Tunggu! A-apa apaan dia?, Tatapan menjijikkan itu hampir sama ketika melihat orang yang tidak penting." Perasaan nya seketika kacau dengan ekpresi merah di wajahnya. Ia tak sadar begitu lama ia memandang pria tadi membuat orang orang berbisik disekelilingnya.

Bergegas ia bangun, lantas membersihkan pakaiannya dan masuk ke gerbang sekolah.

Saat melangkahkan kaki, mungkin saat itu adalah masa yang dikira nya adalah paling membahagiakan, malah merupakan masa yang paling ingin ia lupakan dan mungkin berharap hari itu tidak pernah terjadi. .

Federica ContessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang